Senja dan Dia yang Malas Kuliah


Sore menjelang maghrib adalah waktu yang aku tunggu-tunggu untuk melihat keindahan matahari terbenam. Pancaran sinar orennya selalu membius siapa saja yang melihatnya. Meskipun keindahannya akan hilang ditelan kegelapan, namun ia akan diganti dengan cahaya bintang dan sinar rembulan. Pun esok ia akan kembali dengan keindahan yang sama. Kepergiannya untuk kembali.  

Sama halnya sekarang, aku sedang menikmati keindahannya. Berkali-kali aku mengucap kalimat agung atas keindahan ciptaan Allah swt yang masih bisa kunikmati ini.

"Besok kamu masuk kelas kan?" Aku memulai pertanyaan

“Sepertinya tidak, aku ingin istirahat saja di tempat tidur alias rebahan”. Jawabnya. 

 

Dua minggu berlalu sejak pertanyaan itu. 

Aku kembali mengulang pertanyaan yang sama.

"Besok kamu masuk kelas, kan?"

Lagi lagi jawabannya tetap sama tiap kali pertanyaan serupa aku lontarkan.

“Tidak, aku malas masuk kelas. Aku capek." ucapnya.

"Tidakkah hatimu tergerak untuk masuk kelas?" tanyaku lagi.

“Tidak, yang terpenting adalah aku bisa menjawab ujian” jawabnya. 

"Apa kau lupa kita di sini diberi beasiswa penuh untuk belajar bukan rebahan?"

“Justru itu karena gratis aku ingin menikmatinya, lagipula tiap masuk kelas tidak ada absen.” jawabnya lagi. 

"Dasar, kamu! Kalau hanya rebahan, kenapa kamu mau mengambil beasiswa di sini?" aku mencoba bertanya lagi.

Namun aku tak mendapatkan jawaban apapun dari empunya. Keheningan menutupi pembicaraan kami pada sore ini. 

 

Aku tak mengerti jalan pikiran temanku menjawab pertanyaanku dengan begitu enteng. Padahal rebahan berkepanjangan juga tidak baik untuk tubuh. Tentu tubuh juga butuh bergerak. 

 

Sudah kesekian kalinya aku mengatakan ini padanya, namun jawaban yang aku dapatkan tetap dan masih sama seperti awal pertama kali aku berbincang dengannya.  

 

Sungguh aku salut dengan keteguhannya mempertahankan diri untuk tidak pergi kuliah. Salutnya diriku padanya yang tak ingin masuk kelas. Anehnya di kamar juga hanya rebahan, apa tidak bosan. Tidakkah dia pusing tidur sepanjang hari. Dia dengan keteguhannya, aku dengan putus asa dalam mengingatkannya. Sudah beberapa kali aku mengingatkan dan selalu aku doakan agar dia masuk kelas tetapi tetap saja ia enggan.

 

Bukan berarti aku ingin mengusik dan ingin mengurus hidupnya, tentu aku melakukan ini karena peduli terhadapnya. Meskipun begitu, aku akan tetap berusaha untuk menyemangati dan pastinya aku selalu mendoakannya. Aku yakin dia melakukan ini pasti memiliki satu alasan, aku hanya belum mendapatkan alasan itu. Kalau sudah mengetahui alasannya, tentu ini akan mudah untuk menarik dia untuk masuk kelas.

 

Karena  banyak kebaikan dan ibrah yang didapat dan bisa diambil dari dosen yang mengajar. Pastinya kita mendapatkan ilmu baru dari para dosen. Apalagi jika dosen menjelaskan dan menerangkan di depan kelas, kita bisa lebih memahami pelajaran yang diajarkan.


Oleh: Nova Rosawanda

(Mahasiswi KIIFAL)

Sumber gambar: Dokumentasi Penulis

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak