Tentu usaha keras dari berbagai Lembaga ini telah memberikan efek positif dengan terus menghasilkan karya dan menampung minat menulis bagi para mahasiswa yang memiliki ketertarikan dalam dunia literasi. Namun, Seperti disampaikan di awal, literasi dikalangan mahasiswa Indonesia belum mampu dijangkau oleh mereka yang tidak terlibat secara langsung di dunia literasi. Berangkat dari fenomena gersangnya minat literasi di tengah lingkup mahasiswa, El-Nilein berikhtiar untuk meneruskan apa yang sudah dilakukan oleh kru El-Nilein sebelumnya dengan mengadakan El-Nilein Festival dengan sedikit improvisasi dari kru El-Nilein periode kali ini.
Akhirnya, terlintas suatu ide tentang sebuah festival literasi dengan konsep visual. Harapannya, kalangan mahasiswa yang belum memiliki ketertarikan terhadap literasi dapat menikmati festival ini dengan mudah dan menyenangkan. Tema El-Nilein Festival 2023 adalah “Visual Literacy to Visualize World”. Dari tema tersebut, kami berharap mampu menyajikan literasi dengan gaya visual dan pegiat literasi juga bisa memvisualisasikan dunia dengan wadah literasi.
Sebelum acara puncak El-Nilein fest, kami juga mengadakan beberapa forum literasi sebagai pengantar untuk menyambut acara puncak yang berlangsung pada tanggal 10 Februari 2023. Forum-forum tersebut antara lain adalah; diskusi literasi dan bedah buku. Di forum diskusi literasi ini El-Nilein mengundang seluruh pimpinan redaksi di Sudan untuk turut serta menyampaikan ide dan gagasan terkait dunia literasidikalangan Mahasiswa Indonesia di Sudan. Diskusi literasi ini diadakan dalam dua kali sesi dan bertempat di Aula PPI Sudan. Sesi pertama mengangkat pembahasan mengenai peran, tantangan dan derap langkah majalah-majalah sebagai pegiat literasi dan wadah pengembangan SDM mahasiswa Indonesia di Sudan. Lalu pada sesi kedua, diskusi dilanjutkan dengan pembahasan seputar problematika kehidupan di Sudan dengan perspektif pegiat literasi. Forum diskusi ini menarik antusiasme para peminat literasi di Sudan dan dihadiri oleh banyak mahasiswa karena forum ini bersifat umum.
Kami juga mengadakan forum bedah buku yang juga bertempat di Aula PPI Sudan. Kami mengulik lebih dalam dengan membedah novel fenomal karya Laela S. Chudori berjudul “Laut Bercerita”. Pembedah buku pada forum ini adalah Lintang dan Yusuf Abdullah. Dengan menjelaskan sinopsis, kelebihan dan kekurangan dari novel Laut Bercerita, mereka berhasil membuat para hadirin penasaran akan isi cerita dari novel tersebut.
Hingga pada akhirnya, sampailah pada acara puncak El-Nilein Festival yang dinantikan. Dengan ditemani semilir angin sepoi di jumat sore, festival literasi berkonsep visualisasi resmi dibuka. Diawali dengan sambutan dari ketua panitia, berlanjut sambutan oleh Direktur El-Nilein, Zaid Abdul Aziz. Lalu sambutan dari presiden PPI Sudan, Arya Kurniantoro. Dan terakhir sambutan dari perwakilan KBRI Khartoum, Bapak Musurifun Lajawa. Bapak Musurifun menyampaikan poin penting mengenai kepedulian kita dalam penyaringan informasi. Beliau menyampaikan ini karena melihat maraknya fenomena penyebaran hoaks di media sosial.
Setelah acara pembukaan seremonial selesai, para hadirin dipersilahkan menikmati sajian literasi hasil dari karya kreatif panitia acara. Terdapat pameran-pameran menarik di lokasi festival seperti mading berisi informasi-informasi unik, kuis, dan galeri foto El-Nilein dari masa ke masa. Ada juga photoboothlucu yang bisa dijadikan tempat untuk mengabadikan momen. Selain pameran kreativitas, ada pula stand bazar makanan dan minuman. Bahkan, ada pameran buku gratis yang disediakan oleh panitia. Seluruh hadirin dipersilakan menikmati setiap pameran yang ada sembari menunggu waktu maghrib.
Selepas maghrib, acara dilanjutkan dengan pembawaan lebih santai (informal). Sesi live podcast menjadi penampilan pertama yang ditampilkan. Mengundang Yahya Ayyash sebagai narasumber, podcast kali ini membawa tema “Menjadi Warganet yang Bijak”. Berangkat dari fenomena sering terjadinya kesalahpahaman dalam menerima informasi di media sosial, maka di sesi podcast kali ini, El-Nilein ingin mendalami, memahami, dan menelusuri apa penyebab utama dari kesalahpahaman di media sosial. “Minimnya pemahaman akan literasi oleh pengguna medsos, menjadi salah satu sebab mengapa fenomena salah paham ini sering terjadi. Kita kurang bijak dalam memperlakukan informasi, seperti asal share dan saling menuding salah hanya karena beda opini. Tentu menjadi tugas besar bagi mahasiswa muslim untuk mengambil peran dalam mengedukasi orang lain dalam bermedia sosial” ungkap Ayyash.
Setelah berakhirnya live podcast, El-Nilen Festival menampilkan para peserta lomba puisi yang dinikmati secara melankolis dan meriah. Melankolis karena ada peserta yang menyampaikan karya puisinya yang membawa hadirin pada suasana sendu, namun ada pula peserta yang membawakan puisi dengan semangat membara dan jenaka sehingga menjadikan suasana meriah penuh gelak tawa.
Hingga penampilan yang paling dinantikan dalam rangkaian El-Nilein Festival, yakni Panggung Monolog, akhirnya tiba. Dalam rangka mengapresiasi sebuah karya sastra karangan Seno Gumira Ajidarma yang berjudul “Sepotong Senja untuk Pacarku” El-Nilein menghadirkan tiga pemeran panggung monolog. Saifurrahman sebagai Sukab, Mala sebagai Alina dan Zaid sebagai Tukang Pos. Mereka bertiga berhasil menyihir hadirin seakan benar-benar masuk kedalam dunia dalam cerpen tersebut.
Syukur kepada Allah sang Maha memberikan kemudahan bagi hambaNya, El-Nilein Festival dapat berjalan dengan lancar hingga festival berakhir. Sekali lagi, dengan visualisasi literasi yang dihadirkan semoga mampu menjadi langkah awal para pegiat literasi untuk mengajak para mahasiswa yang masih asing perihal dunia literasi agar dapat dinikmati dengan gembira.
Dari berbagai rangkaian forum dan penampilkan yang disuguhkan, kami menggarisbawahi sebuah kesimpulan. Bahwasannya tugas kita sebagai pegiat literasi sangatlah besar demi mewujudkan lingkungan mahasiswa yang bersahabat dengan literasi. Kita yang sudah memiliki wadah untuk berkarya, harus lebih berjuang keras dengan lebih bijak dalam menyajikan informasi, lebih mengerti kondisi dan kapasitas literasi lingkungan sekitar dan lebih banyak meluangkan waktu untuk bersama-sama belajar mengenai literasi. Tentu, Festival ini masih memiliki banyak kekurangan yang harus dibenahi, sehingga kritik dan saran yang membangun akan kami terima sebagai bahan evaluasi.
Festival ini hanyalah langkah kecil untuk mengenalkan literasi melalui konsep visualisasi. Besar harapan kami kepada para pegiat literasi di Sudan untuk bisa meningkatkan dan mengembangkan literasi dengan lebih baik. Semoga literasi visual mampu membawa kita untuk memahami dunia yang penuh warna dengan lebih indah.
Oleh: Muhammad Hasan Albanna
Mahasiswa Jamiah Al Quran Madani
Sumber gambar: Dokumentasi JRR Gallery
0 Comments
Posting Komentar