Ternyata, SDG Lebih Kuat Dibanding Rupiah!

 


Amerika di masa-masa kejayaannya. Negara ke 2 terbesar penghasil emas di benua Afrika itu memang pernah mencicipi masa keemasannya, dan Sudan juga membuktikan perkataan seorang sejarawan, bahwa bekas jajahan Inggris selalu berhasil. Walau pada akhirnya Sudan harus jatuh karena beberapa alasan.


Pada akhirnya Sudan juga mencicipi kutukan yang juga dialami negara-negara benua Afrika lainnya, krisis ekonomi menghantui negara gurun pasir tersebut akhir-akhir ini. 120% bahkan lebih adalah angka tingkat inflasi yang dialami negara yang pernah menyamai jumlah Dolar Amerika tersebut. Hanya dalam waktu 3-4 tahun saja Sudan bisa menduduki peringkat 4 negara-negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia.


Bagaimana tidak? Di pertengahan tahun saja, disaat penulis pertama kali menduduki Sudan 1 Dolar Amerika waktu itu sebanding dengan 40 SDG, dan sekarang, di bulan November 2022, 1 Dolar Amerika sebanding dengan 580 SDG. Perbedaan yang sangat jauh menyebabkan tingkat inflasi Sudan sangat mengenaskan, dan barang-barang yang mulai naik dan harganya tidak masuk akal menambah krisis ekonomi semakin terlihat di Sudan.


Harga barang-barang yang naik secara jumlah nominal uang Sudan dan bahkan secara nilai mata uang negara lain membuat pandangan orang asing yang berada di Sudan berpandangan bahwa SDG yang merupakan mata uang negara Sudan tidak ada harganya sama sekali, bahkan warga Sudan sendiri pun beberapa memiliki pandangan yang sama. 


Bagaimana tidak? Pada awal saya datang ke Sudan di tahun 2018, harga 1 porsi nasi ayam bakar masakan Sudan hanya seharga 35 SDG yang mana kalau dirupiahkan kurang lebih senilai Rp.12.000. berbeda jauh dengan sekarang, di bulan November 2022, harga 1 porsi nasi ayam masakan Sudan seharga 1.200 SDG, yang mana kalau diubah ke dalam nominal rupiah, harganya setara dengan Rp.32.000. perbedaan yang sangat jauh ini adalah tolak ukur orang-orang yang berpendapat bahwa SDG tidak ada harganya.


Pada tulisan kali ini, saya tidak akan membahas kenapa barang-barang Sudan pada naik?, kenapa kenaikan barang-barang di Sudan tidak masuk akal?, kenapa biaya hidup di Sudan sama seperti negara-negara maju?, hal-hal tersebut akan saya bahas pada tulisan saya berikutnya, yang mana saya akan membahas alasan kenapa harga barang-barang di Sudan menjadi lebih mahal. Tapi, kali ini saya akan membahas sedikit sudut pandang lain tentang penganalisaan SDG terhadap nilai-nilai kekuatan mata uang dengan negara lain terkhusus Rupiah.


Kalau dilihat dari Sudut pandang pembahasan sebelumnya memang, terlihat jelas bahwa nilai SDG sangatlah kecil dibandingkan dengan rupiah, apalagi kalau kita bandingan harga antara barang-barang yang ada  di Indonesia dan Sudan terlampau jarak yang sangat jauh, ambil misal lain esteh, di Indonesia dengan mengeluarkan uang Rp.1.000 saja kita sudah bisa menikmatinya, tapi kalau di Sudan, kita harus merogoh Rp.10.000 baru bisa menikmati 1 gelas es teh yang bahkan volumenya kurang dari 1 liter.


Tapi saya disini akan melihat dari sisi nominal terkecil antara SDG dan Rupiah. Menurut pandangan saya (kalau memang salah, saya minta maaf) nominal terkecil pada SDG adalah 100 SDG dan pada rupiah adalah Rp.1.000, melihat dimana tidak ada barang/bahan pokok yang harganya dibawah nominal tersebut. Sebagai bukti contoh gampangnya adalah, kalau di Sudan, para pengemis saja sudah tidak mau menerima nominal 50 SDG walaupun sampai sekarang 50 SDG masih dijadikan uang kembalian, tapi sudah tidak ada barang yang seharga 50 SDG.


Sekarang kita lihat bukti contoh di Indonesia, apakah ada barang bahan pokok di Indonesia yang di jual dibawah nominal Rp.1000?, rata-rata bahan pokok di Indonesia dijual dengan harga diatas Rp.1.000, dan dari kedua contoh tersebut, saya mengambil kesimpulan bahwa nominal terkecil di Sudan 100 SDG sedangkan nominal terkecil Indonesia adalah Rp.1.000.


Setelah melihat berapa minimal nominal terkecil di setiap mata uangnya, kita lihat berapa nominal per 1 dolarnya. Kenapa kita membandingkan dengan dolar? Karena kita tau bahwa, mata uang yang digunakan untuk transaksi Internasional adalah Dolar Amerika, bukan Rupiah, apalagi SDG. 


Kita lihat berapa nominal per1 Dolar Amerikanya. Kita mulai dengan Rupiah, 1 Dolar Amerika sama dengan Rp.15.800, yang mana kalau dilihat dari nominal terkecil Rupiah yang Rp.1.000, per1 Dolar nya adalah x15, berbanding terbalik dengan SDG yang mana 1 Dolar Amerika nya hanya 580 SDG, yang mana hanya x5 saja dari nominal terkecil SDG, yaitu 100 SDG.


Sekali lagi saya tekankan, jangan dilihat pada harga barang-barang di Sudan yang harganya meroket jauh bahkan melewati harga normal, karena itu Insya Allah akan saya bahas pada artikel lainnya, kali ini kita fokus pada nominal antara 2 mata uang tersebut. Rupiah harus dikali 15 kali dahulu dari nominal terkecil mata uangnya untuk mendapatkan 1 Dolar Amerika, sedangkan SDG hanya 5 kali dari nominal terkecilnya untuk mendapatkan 1 Dollar Amerika nya.


Ok, kalau dengan cara itu masih menimbulkan pertanyaan, cara mudahnya gini saja. Indomie, harga Indomie di Indonesia kurang lebih Rp.3.000 dan di Sudan 300SDG, tanpa kita sadari, harga keduanya sama-sama dikali 3 dari nominal terkecil dari setiap mata uangnya, contoh lain harga sabun mandi batang, yang mana kalau di Indonesia Rp.4.000, dan di Sudan 400SDG yang mana keduanya sama-sama dikali 4 dari nominal terkecil mereka, dan lebih banyak contoh harga barang lain nya.


Dari argumen saya sebelumnya, terlepas dari benar salahnya, kita bisa melihat bahwa sebenarnya pemerintah Sudan tetap mementingkan perekonomian negara Sudan walaupun pada internal pemerintahan  mereka sedang kacau balau, pemerintah Sudan masih memikirkan perekonomian negara walaupun kita tahu sendiri, Sudan habis diboikot oleh Amerika yang menjadi salah satu negara adidaya dunia.


Terlepas dari itu semua mari kita doakan Sudan, yang mana negara mayoritaas muslim agar menjadi nagara yang baik, stabil dalam segi apapun dan maju, negara yang dibangun dengan dasar islam mengingat negara ini dibangun oleh ulama-ulama islam yang dibantu oleh militer ini agar tetap menjadi salah satu negara yang berpegang teguh dengan aturan-aturan yang sudah Allah tetapkan dalam amaliyah umat islam.


Oleh: Daniel Zia Ulhaq

Mahasiswa International University of Africa

Sumber ilustrasi: alamy.com

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak