Indonesia Terancam Resesi, Akankah Berdampak pada Mahasiswa Indonesia di Sudan?

 

“Situasi ekonomi global menjadi lebih dan lebih menantang. Entahlah apakah ini berlebihan untuk mengatakan bahwa dunia dalam kondisi bahaya.” – Sri Mulyani

Dunia kembali digemparkan dengan kabar kurang baik khususnya di bidang ekonomi, hal ini banyak ditemui di pelbagai situs media, yaitu resesi global yang ditandai dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia.

Apa itu resesi? Resesi dapat diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan, berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja dan produksi-konsumsi yang tidak seimbang. Inflasi yang berlebihan, deflasi (turun harga) berlebihan dan kenaikan suku bunga juga menjadi faktor adanya resesi.

Sebenarnya berita resesi bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia. Sebagian masyarakat ada yang percaya ada yang tidak, sebagian lagi menyikapinya dengan panik dan ketakutan. Namun pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,4 persen pada kuartal II 2022 dan inflasi level 5,95 persen  pada September bulan lalu, menjadi dasar akumulasi menteri keuangan negara sehingga beliau menyebutkan bahwa Indonesia masih tergolong aman dari ancaman resesi. Lalu, apa kabar mahasiswa Indonesia yang ada di Sudan?

Berita semacam ini juga tidak asing lagi bagi mahasiswa Indonesia di Sudan, hal ini mungkin tidak akan berdampak secara langsung, hanya saja cukup terasa dengan melemahnya kurs rupiah, di mana saat ini 1 Dolar senilai dengan Rp.15.394.65 per 14 Oktober kemarin. Meskipun sebagian mengatakan bahwa lemahnya ekonomi Indonesia maupun dunia tidak berpengaruh sama sekali bagi kehidupan mereka. Begitu pula banyak yang acuh dan tidak peduli dunia sedang berkata apa.

Namun Sudan juga tidak terlepas dari hal ini, menduduki peringkat kedua terbesar inflasi dengan angka 192,2% pada bulan Mei 2022 (CNBC Indonesia) mahasiswa Indonesia di Sudan sudah terbiasa dengan melejitnya harga yang tidak masuk akal. Misalnya saat ini mahasiswa harus menguras kocek lebih hanya untuk membeli paket kuota atau sekadar beli makanan maupun biaya transportasi. Pembengkakan biaya tersebut tidak hanya dirasakan oleh warga lokal tapi juga dirasakan oleh orang asing yang berada di sini.

Kendati demikian persiapan diri perlu ditingkatkan, melihat kebutuhan manusia saat ini tidak hanya sandang dan pangan, faktanya di era modern manusia lebih mudah menghabiskan uang. Misalnya untuk beli paket kuota, transportasi, bahkan kebutuhan primer seperti biaya pendidikan dan kesehatan, sebagian lain justru mengubah kebutuhan sekunder menjadi kebutuhan primer, seperti healing, nge-chill, beli skincare, beli paket nonton, nge-mall, dsb.

 Maka dari itu perlu adanya kesadaran penuh dan kepedulian terhadap hal ini. Bagi mahasiswa yang belum bekerja alangkah baiknya mampu mengelola keuangan pribadinya, menabung dan menyisihkan dana darurat, atau bisa dengan mulai berinvestasi dan pandai dalam pengalokasian dana.

Berbicara soal investasi, ada beberapa hal menarik dan cocok untuk mahasiswa lakukan, salah satunya dengan berinvestasi waktu, investasi yang rendah modal ini sangat mudah didapatkan bagi mahasiswa Indonesia  khususnya yang ada di Sudan, yaitu dengan cara menambah dan mengasah keterampilan, seperti keterampilan berbahasa, keterampilan menggunakan komputer, keterampilan mendesain, keterampilan menulis, dan lain sebagainya, yang mana di negara ini wadah tersebut mudah ditemui dan tidak mengeluarkan modal yang besar, bahkan ada yang tidak berbayar sama sekali alias gratis, kesempatan ini sangat sayang  untuk dilewatkan. Investasi semacam ini menjadi peluang besar untuk mempersiapkan ekonomi di masa depan.

Atik Fitriyati

Mahasiswi International University of Africa

Sumber ilustrasi : pinterest

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak