Sampai Allah Menakdirkan


 
       Cinta menjadi sebuah kata yang misterius yang tidak bisa didefinisikan oleh kata. Setiap orang memiliki definisi tentang cinta yang berbeda-beda. Sebagian orang bilang cinta itu kalau kamu merasakan kupu-kupu berterbangan dalam perutmu atau ketika kamu merasakan dunia membeku seakan dunia milik berdua. Banyak sekali pendifinisian tentang cinta. Mana yang pasti pun tak bisa di pastikan.

          Sebuah fitrah bagi manusia merasakan apa yang namanya cinta. Baik cinta pada hewan, anak, atau teman sekelasnya. Jadi bukan suatu keharaman yang berarti untuk merasakan cinta itu sendiri. Cinta menjadi satu hal yang peru dijaga bukan dihilangkan. Dengan cintalah Islam terbentuk, Allah yang mencintai nabi-Nya. Nabi yang mencintai umatnya. Bukan kah itu tanda cinta?
 Fenomena tentang cinta tidak hanya terjadi saat ini, namun juga terjadi pada masa-masa lampau. Dari nabi Adam diciptakan hingga nantinya cinta akan selalu asik dibicarakan. Karenanya islam juga telah mengatur tentang hal ini. Bagaimana cara yeng tepat dan mengekspresikan cinta yang terus tumbuh dalam hati.

      Ibnu Mas’ud pernah berkata “Jika kau tertarik dengan seseorang ingatlah kejelekan-kejelekannya.” Dalam hal ini kita memiliki peran untuk tidak membiarkan cinta ini terus tumbuh dalam hati. Yang seperti kita tahu, dalam kasus cinta seringkali seseorang tertutupi oleh pancaran keindahaan sosok yang dicintainya. Makannya, cinta akan terus tumbuh bukan pada tempat dan waktu yang benar. Jangan biarkan cinta tumbuh terus-menerus dalam hati.

     Dalam Al-Qur'an surat An-Nur ayat 33 Allah Subhanallahu Wa Ta'ala berfirman “Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya....” Allah SWT memerintahkan untuk menjaga kesucian diri kita dan menjaga cinta itu sendiri. Bukan cinta namanya kalau masih bisa menyatakan cinta tidak pada tempatnya. Bukan cinta namanya kalau membiarkan setan yang menuntun dalam pencapaiannya.

     Jika kita belum mampu untuk menikah maka jaga diri kita, perbaiki diri kita sampai Allah yang memberikan karunia pada diri kita. Bukan malah asik mengungkapkan seraya bilang “Nanti tiga tahun lagi aku akan melamarmu.” Wahai pencari cinta, tidakkah kau lupa dengan setan yang berbisik disebelahmu dan disebelahnya? Setan-setan ini akan berbisik tentang komitmen yang menghalalkan semua hal.

    Coba kau lihat figur Ibunda Khadijah ketika ditanya tentang perasaan cintanya pada Rasulullah SAW beliau menjawab “Bagaimana caranya?” lalu Nafisah sahabatnya yang menyampaikan keinginan hati Khadijah pada Rasulullah SAW. Tidak serta merta Khadijah mengungkapkan perasaannya tanpa berpikir dan tanpa perhitungan.

   Begitu juga cintanya sayyidina Ali dan Fatimah. Begitu elok kisahnya. Sampai-sampai setanpun tak mengetahuinya. Ali yang tak mengungkapkan cintanya karena menyadari bahwa ia belum siap secara materi. Fatimah yang tak mau mengungkapkan perasaanya. Sampai akhirnya Allah menakdirkan bersatunya kedua belah pihak ini. Allah yang menakdirkan bukan chat gombal yang menentukan.

   Wahai pencari cinta, janganlah cinta menjadikanmu lupa sama cinta yang hakiki. Sudahkah mencintai Allah SWT dan rasul-Nya melebihi apa yang kamu punya? Sudahkah berhasil mencintai orang tuamu tanpa membantah? Sudahkah kau melakukan itu semua? Cinta akan selalu datang pada waktu dan tempat yang tepat. Maka kita tak perlu risau soal siapa yang akan menjadi kekasih. Karena ia tak akan kemana-mana.

Sumber: ig atkftryt
Oleh: Kuni Abida Kamila

Mahasiswa University of Africa

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak