Mentari Belum Kunjung Tiba


 


Tempo waktu berlalu sudah.

     77 tahun kita berlayar mengarungi lautan.

Tanpa lupa kenangan dan keringat perjuangan.

      Para pendahulu kita yang setiap hari menguras tenaga dan fikiran.

        Menyuarakan kebebasan hak asasi dan kemerdekaan.

   Melawan tirani luar yang ingin menggerayangi ibu pertiwi.

Namun hanya satu kata dalam benak para pejuang.

Yaitu “LAWAN LAWAN LAWAN !!!”

Hingga sampai hari ini.

     Dimana mentari masih malu untuk mengekspos diri.

         Harapan pejuang dulu agar Indonesia kedepan adem lestari.

Tanpa adanya penjajahan nepotisme dan korupsi.

      Dan memperlakukan anak bangsa secara manusiawi.

Tapi di negeri tercinta aku mendapatkan.

  Semut yang bersuara tapi malah dipidanakan.

Entah apa kata kuasa.

Mencintai tanpa memakai rasa.

Kulihat banyak yang terluka .

Mulai dari rakyat, hukum hingga sang garuda.

Ingin ku lampiaskan.

Pada pemegang tahta kekuasaan.

Bahwa kami melihat mereka.

Walau mereka melihat kami bak fatamorgana.

Ya! diamnya mereka melahirkan tanda tanya.

Bergeraknya mereka membuat kami sengsara.

Keputusan kuasa membuat banyak insan terluka.

Putus harapan banyak orang berfikir kearah sana.

Kulihat banyak singa tertawa HA HA HA.

Melihat tikus memakai busana.

Tampil menawan mengaungkan sejuta kata.

       Mengatakan “Di lubuk hati kita lho, jiwa Indonesia”

Katanya negara kita sudah merdeka.

     Melawan penjajah Inggris, Jepang juga Belanda.

Namun benar kata putra sang fajar.

   Bahwa melawan ego rakyat sendiri merupakan perjuangan yang teramat besar.

      Hingga sampailah di usia kita yang agak senja.

       Namun ku rasa cerahnya mentari belum kunjung tiba.

     Tapi itulah perjuangan, walau berbeda oleh siapa namun tetap satu cita-cita.

     Yaitu sampai lambang padi merata, dari kota seribu banteng sampai kota rusa.

Sumber ilustrasi: pinterest

Oleh: Imad ‘Aql

Mahasiswa International University of Africa

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak