Konflik antar Suku Kembali Bergejolak, Sudan Terancam Krisis Kemanusiaan


       Pekan lalu, tepatnya pada tanggal 19 Juli, 3 mahasiswa asal Indonesia yang berangkat dari Ibu Kota Khartoum yang akan melakukan perjalanan ke Kota Madani, Provinsi Jazirah mengalami pemberhentian mendadak ditengah jalan. Pemberhentian tersebut dikarenakan adanya kerusuhan yang disebabkan oleh dua suku yang sedang bertikai, yakni Kabilah Birta dan Hausa. Kabar baiknya, mahasiswa yang berjumlah tiga orang tersebut tidak mengalami hal-hal yang tak diinginkan dan akhirnya tetap bisa melanjutkan perjalanan ke Madani dengan selamat.

       Pada akhir-akhir ini negara Sudan mengalami konflik antar suku terburuk dalam beberapa tahun terakhir.  Setidaknya 105 orang  tewas dalam konflik yang terjadi di kawasan Nil Biru. Nil Biru sendiri merupakan kawasan yang dekat dengan perbatasan Negara Ethiopia. Konflik antar suku ini melibatkan 2 suku antara Birta dan Hausa yang bermula sejak senin kemarin. Akibat dari konflik ini, ribuan orang terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka. Kerusuhan yang terjadi di perbatasan Negara ini pun menambah daftar krisis kemanusiaan

      Anwar Mohammed, salah satu pengungsi yang meninggalkan Nil Biru untuk menghindari kerusuhan mengabarkan kepada Aljazeera. “Saya sudah melarikan diri tanpa membawa (barang-barang) apapun, kecuali pakaian yang saya kenakan” ungkapnya kepada wartawan. Para pengungsi pun sudah merasa putus asa karena kerusuhan antar suku ini menyebabkan mereka sulit untuk kembali ke rumah mereka.

        Adapun penyebab dari konflik antar suku ini adalah karena Suku Birta menolak permintaan dari Suku Hausa untuk membuat otoritas sipil guna mengawasi akses ke kawasan. Sementara Suku Birta menyatakan bahwa Suku Hausa lah yang memulai konflik dengan melakukan penghinaan terhadap Suku Birta.

      Sementara itu, pemerintah sudah memberikan peringatan dan melarang pertemuan skala besar di dua kota dalam upaya mencegah kekerasan terjadi.

    Para pengamat berpendapat bahwa kudeta pemerintah beberapa tahun lalu yang dipimpin oleh pimpinan militer Sudan, Abdel Fattah Al-Burhan telah membuat lemahnya tingkat keamanan negara yang menyebabkan bergejolaknya konflik antar suku di Sudan dan imbas dari konflik yang menyebabkan korban jiwa ini adalah semakin minimnya stok makanan sehari-hari dan sulitnya akses air dan pertanian. 

        Beberapa waktu lalu juga terjadi demonstrasi di berbagai wilayah di Sudan. Para demonstran pro-demokrasi menuduh para pimpinan militer dan para mantan pimpinan yang terjerat kasus yang menandatangani kesepakatan damai karena bertambah buruknya ketegangan antar suku, ternyata merupakan upaya untuk memuluskan kepentingan pribadi.

        Para pemerhati politik khawatir jika kerusuhan antar suku ini terus berlanjut, maka akan semakin banyak terjadi krisis kemanusiaan dan akan berimbas ke wilayah Negara tetangga, Ethiopia, tepatnya di daerah Benishangul-Gumuz, di mana Ethiopia sendiri sedang membangun bendungan air di daerah tersebut.

Sumber : Aljazeera

Oleh : Muhammad Hasan Albanna

University of the Holy Quran and Tasheel of Science,Madani

Posting Komentar

1 Comments

  1. Dibalik konflik antar dua suku tersebut tentunya ada dalangnya. Dan dalangnya tentunya yang punya kepentingan di sekitar wilayah tersebut. Sudah rumus klasik...

    BalasHapus

Posting Komentar

Formulir Kontak