Ahlus Shuffah merupakan julukan bagi para sahabat yang tinggal di masjid.
Menurut Ibnu Manzur, Ash-Shuffah merupakan bangunan yang menyerupai
teras (beranda depan rumah) yang luas, panjang, dan tinggi. Disebut Ahlus
Shuffah, karena ketika pada zaman Rasulullah Saw, banyak
sahabat yang tinggal di shuffah (beranda) masjid. Namun demikian, bukan
berarti mereka semuanya tidak memilki tempat tinggal, di antaranya ada para
delegasi dari suatu kelompok untuk meyatakan keislamannya kepada Rasulullah,
dan ada juga orang Anshar yang sengaja memilih tinggal di shuffah masjid
dengan maksud hidup lebih sederhana walaupun mereka memilki rumah.
Para Ahlush Shuffah sendiri mendapat didikan langsung dari Rasulullah Saw., dengan pendidikan yang memadukan antara ilmu, iman, dan amal, Ash-Shuffah melahirkan orang-orang yang pandai dalam masalah keilmuan. Ada banyak sekali para sahabat yang menjadi bagian dari Ahlush Shuffah. Berikut ini akan penulis ‘kenalkan’ beberapa sahabat yang menjadi bagian dari Ahlush Shuffah.
1. Abu Hurairah
Nama aslinya adalah Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dausi. Masuk Islam
pada tahun ke-7 hijriah, ketika Rasulullah berada di Khaibar. Ia merupakan Ahlush
Shuffah tekenal yang tinggal di Ash-Shuffah dan selalu membersamai
Rasulullah, hampir tidak pernah berpisah kecuali saat sedang tidur. Kondisi ini
berjalan sejak masuk Islam hingga Rasulullah wafat.
Abu Hurairah menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis,
karena banyaknya waktu yang ia lalui bersama Rasuullah Saw. Hal ini diakui oleh
Umar bin Khatab bahwa dia berkata, “Hai, Abu Hurairah, engkau adalah orang yang
paling lama mendampingi Rasulullah Saw. dibandingkan kami, dan engkau adalah
orang yang paling banyak menghafal hadis daripada kami.” (HR. Tirmizi).
Menurut Baqi bin Makhlad, hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah berjumlah 5.374 hadis. Asy-Syafii mengatakan, “Abu Hurairah adalah orang yang paling banyak hafal di antara seluruh perawi hadis pada masanya".
2. Abdullah bin Mas’ud
Abdullah bin Mas’ud merupakan orang keenam yang masuk Islam. Dididik dari kecil oleh
Rasulullah dengan Al-Qur’an, sehingga Al-Qur’an yang dibacakan olehnya sangat
mirip dengan apa yang diturunkan kepada Rasulullah. Abdullah bin Mas’ud
jugalah
orang pertama yang membacakan Al-Qur’an dengan sangat lantang di
tengah-tengah masyarakat Mekkah setelah Rasulullah.
Abdullah bin Mas’ud dianugerahi oleh Allah bakat membaca Al-Qur’an dan pemahaman yang mendalam tentang arti dan maksud Al-Qur’an. Keistimewaan lainnya, dia juga menjadi salah satu dari empat orang yang Rasulullah perintahkan orang-orang untuk belajar Al-Qur’an kepada mereka, yait; Abdullah bin Mas’ud, Salim Maula, Abu Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab, dan Muadz bin Jabbal. (HR. Bukhari).
3. Sa’ad bin Abi Waqqash
Sa’ad bin Abi Waqqash masuk Islam saat berusia 17 tahun. Merupakan salah satu sahabat yang aktif
mengikuti perang, sehingga tercatat pada dirinya sosok yang memiliki keberanian
hebat dan iman yang tebal.
Di samping itu, Sa’ad merupakan administratur pemerintahan yang baik. Ketika Sa'ad memimpin wilayah Irak pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Sa’ad bin Abi Waqqash berhasil membuat Kota Kuffah dan Bashrah menjadi pusat perdagangan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan Islam.
4. Abu Dzar Al-Aghifari
Nama aslinya adalah Jundab bin Junadah, sedangkan Abu Dzar sendiri
merupakan nama panggilan setelah anak pertamanya lahir. Dia
mempunyai ras Arab dan bersuku Ghifar, itulah sebabnya nama Ghifari
tertulis bersama namanya.
Abu Dzar masuk Islam dengan sengaja mendatangi Rasulullah
dan mendengarkan ceramah darinya. Setelah memeluk Islam,
Abu Dzar
kembali kepada keluargnya dan kaumnya agar bisa menceritakan apa saja yang
telah dialaminya.
Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, Abu Dzar datang ke Madinah dengan membawa rombongan besar dari suku Ghifar dan Aslam yang telah diislamkannya. Selama di Madinah pula, Abu Dzar tinggal di Ash-Shuffah dan menjadi salah seorang yang melayani Rasulullah dan menyibukkan hidupnya dengan beribadah.
4. Salman
Al-Farisi
Salman Al-Farisi merupakan salah satu bagian dari Ahlus Shuffah yang memilki
ilmu yang luas. Banyak dari para sahabat yang mengakui keilmuan Salman, di
antaranya ada Umar bin Khattab yang ketika ditanya setelah Salman meningal, ia
menjawab, “Salman adalah keluarga kami dan kembali kepada kami. Siapa di antara
kalian yang mampu menyerupai Lukman Al Hakim, Salman telah diberi ilmu yang
pertama dan ilmu yang terakhir. Dia membaca kitab pertama dan kitab terakhir.
Dia bagaikan lautan yang tak pernah kering".
Salman meninggal pada tahun 36/37 H. Detik-detik sebelum ia berpulang, barang berharga yang ia miliki hanyalah seikat minyak kesturi yang sejak lama ia titipkan kepada istrinya. Pada hari meninggalnya, ia memerintahkan kepada istrinya agar memercikkan minyak kesturi ke sekitar tempat tidurnya. Setelah itu, dia meninggal dengan tenang bagaikan orang tidur.
Demikianlah sedikit kisah para sahabat yang merupakan bagian dari Ahlush Shuffah. Budi luhur
dan perangainya yang selalu menawan sepatutnya menjadi contoh dan teladan. Ini
baru sedikit kisah, belum seluruhnya. Semoga kita semua bisa mencontoh
dan meneladani mereka semua. Aamiin.
Jika sobat Nileiners punya kisah selain dari sahabat-sahabat di
atas, atau yang tahu cerita lain dari sahabat-sahabat di atas, silakan berbagi
pengetahuan lewat tulisan dan kirimkan melalui website El-Nilein, ya.
Nailul Rohmatul Muwafaqoh
Mahasiswa International University of
Africa
0 Comments
Posting Komentar