Bukan Lagi Agama Versus Kesehatan Jiwa

 


Akhir-akhir ini kesehatan jiwa sedang menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Banyak program, kampanye, serta akun media sosial dengan tema edukasi kesehatan jiwa. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, sekitar 12 juta penduduk Indonesia berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Data tersebut sejalan dengan pernyataan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Dr. Celestinus Eigya Munthe, bahwa sekitar 20% dari total penduduk Indonesia mempunyai potensi mengidap masalah gangguan jiwa.

Bila membahas soal kesehatan jiwa, maka perdebatan mengenai pengaruh agama di dalamnya tidak bisa dihindari. Ada sekelompok orang yang berpendapat bahwa penyebab gangguan jiwa adalah kurang ibadah. Kelompok lainnya menentang dengan berpendapat bahwa ketaatan beragama tidak ada hubungannya dengan kesehatan jiwa seseorang. Perbedaan pendapat ini kemudian membuat bingung masyarakat. Sebenarnya bagaimana peran agama terhadap kesehatan jiwa pemeluknya?

Agama memiliki peran yang sangat penting bagi kesehatan jiwa pemeluknya, seperti dalam agama Islam. Al-Qur’an telah menjelaskan dalam surat Ar-Ra’d ayat 28 bahwa salah satu cara memperoleh ketenteraman hati adalah dengan mengingat Allah Swt.. Selain ayat tersebut, masih banyak potongan ayat Al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan dapat diamalkan oleh umat Islam untuk memperoleh ketenangan hati.

Tidak hanya untuk menenangkan hati, Islam juga memiliki berbagai macam doa yang dapat diamalkan sesuai dengan kondisi kesehatan jiwa pemeluknya. Contohnya umat Islam dapat membaca doa “yaa farijal-hammi yaa kasyifal-ghammi yaa man li’abdihi yaghfiru wa yarham” sebanyak tiga kali sebagai obat merasa stres, cemas, ketakutan, atau putus asa.

Umat Islam, sebagai manusia ciptaan Allah Swt., hanya bisa memohon kesembuhan penyakit kepada Asy-Syafii atau Yang Maha Menyembuhkan. Umat Islam dapat senantiasa berdoa kepada Allah Swt. dan memanfaatkan Al-Qur’an sebagai Asy-Syifa (penyembuh) untuk mengatasi segala penyakit, jasmani maupun rohani.

Selain sebagai obat gangguan jiwa, keyakinan terhadap Allah Swt. juga akan menyelamatkan umat Islam dari menggantungkan harapan kepada manusia. Berharap kepada manusia hanya akan menimbulkan rasa kecewa karena manusia bisa berubah dan pergi kapan saja, baik disengaja maupun tidak. Mereka yang memiliki kepercayaan penuh dan hanya menggantungkan harapan kepada Allah Swt. akan terhindar dari berbagai rasa kecewa karena Allah Swt. tidak akan mengecewakan hamba-Nya.

Cara lainnya untuk meningkatkan kesehatan jiwa umat Islam adalah dengan menjaga silaturahmi dan hubungan baik dengan orang-orang terdekat, seperti keluarga dan sehabat. Memiliki support system yang baik kemudian bisa meningkatkan semangat dan mengurangi stres. Islam telah memberi berbagai tips agar pemeluknya dapat membangun hubungan yang baik antar sesama, seperti bertutur kata yang sopan, saling membantu dalam kebaikan, menebar senyum, tidak menggunjing sesama, dan lain sebagainya.

Umat Islam juga dapat selalu bersyukur atas rezeki yang telah Allah Swt. berikan, baik besar maupun kecil. Hal ini kemudian akan membantu umat Islam lebih fokus kepada apa yang mereka miliki ketimbang yang tidak, selalu merasa cukup, serta berprasangka baik kepada Allah Swt.. Usaha yang dapat dilakukan untuk membangun kebiasaan bersyukur ialah memperbanyak zikir “alhamdulillah”, memperbaiki salat, menjalankan ibadah sunah, berbagi kepada yang kurang mampu, dan masih banyak lagi.

Islam juga tidak pernah melarang umatnya berkonsultasi kepada dokter, psikiater, dan psikolog asal mereka tetap menyadari dan meyakini bahwa hanya Allah lah yang dapat menyembuhkan semua penyakit. Aktifitas tersebut kemudian akan dinilai sebagai ikhtiar atau usaha umat Islam untuk memperoleh kesembuhan. Namun, usaha tentunya juga harus disertai dengan doa untuk memohon dengan kesungguhan kepada Allah Swt..

Penjabaran di atas merupakan sedikit dari banyaknya peran agama Islam bagi kesehatan jiwa pemeluknya. Setelah ini, yang seharusnya menjadi perbincangan bukan lagi agama versus kesehatan jiwa, karena sudah jelas bahwa agama memiliki peran yang sangat penting. Tetapi, yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara memperkenalkan dan mempraktikkan peran tersebut kepada masyarakat. Maka, diperlukan kerja sama antar psikolog, psikiater, dan tokoh agama. Selain itu, dibutuhkan juga peran anak muda Indonesia sebagai agent of change yang kreatif dan inovatif.


Sumber gambar : kastara.id

Maghfira Syarifaningtyas

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Peserta Lomba Menulis Opini El-Nilein Minor tema "Kesehatan Mental"

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak