Alija Izetbegovic, Sang Pejuang dari Daratan Balkan

 


Di semenanjung Balkan, tepatnya Eropa Timur, siapa yang menyangka akan lahir seorang revolusioner sejati karena perjuangan dan keyakinannya. Ia mendapatkan sebuah tempat nyaman yang sebelumnya penuh dengan kekangan baginya dalam mengekspresikan agama, akhirnya menemui kebebasannya. Tempat tersebut adalah negara bernama Republik Bosnia dan Herzegovina. Sang Revolusioner itu ialah Alija Izetbegovic. Siapa dia? Let’s check him out!

    Lahir di Samac, sebuah kota di Bosnia pada tanggal 8 Agustus 1925. Setelah ayahnya kehilangan pekerjaan, ayahnya membawa keluarganya pindah ke Sarajevo. Pada saat meletusnya Perang Dunia II, kala itu Alija berusia 15 tahun. Beberapa tahun kemudian, ketika usianya masih sangat muda, Alija sudah memulai aktivitas organisasinya di Young Muslims, sebuah organisasi sosial berhaluan islamis yang memiliki tujuan mengangkat harkat martabat muslim Bosnia.

    Perjuangan Alija untuk mewujudkan kebebasan tidaklah mudah. Ia sempat dipenjarakan dua kali. Setelah Perang Dunia 2 berakhir, ia dipenjarakan untuk pertama kalinya setelah rumahnya didatangi para aktivis komunis. Penyebabnya adalah karena Alija menyampaikan pidato di hadapan mereka yang mungkin menyinggung para komunis. Tahun 1970, merupakan tahun yang sangat penting bagi Alija, di mana dia menerbitkan manifesto politiknya yang berisi tentang bagaimana menghubungkan antara agama, negara, dan masyarakat. Manifesto tersebut tentu menyebabkan penguasa saat itu yang berhaluan komunis menjadi marah dan melarang penyebaran manifesto tersebut. Akibatnya, Alija kembali dijebloskan ke penjara untuk kedua kalinya. Ia dipenjara selama empat belas tahun. Selama di penjara, ia menulis buku yang berjudul: Islam, antara Timur dan Barat, bahkan bukunya sempat terbit di Amerika Serikat.

    Akhirnya, pada tahun 1988, Alija dibebaskan setelah adanya desakan dari para ahli hukum. Kemudian Alija memulai karir politiknya yang baru. Ia dipertemukan dengan sebuah partai muslim di Yugoslavia pada tahun 1989, dan secara tak terduga partai tersebut menjadi partai muslim terbesar. Pada 1990, ketika Yugoslavia di ambang krisis politik, konflik di Kroasia bergejolak, Alija berinisiasi untuk menjadikan Bosnia menjadi negara tersendiri dan menjaga solusi perdamaian, ia menawarkan “Loose Confederation”. Pada 29 Februari 1992, Alija memimpin referendum tersebut dan berlanjut pada 1 Maret 1992 yang menghasilkan bahwa Bosnia dan Herzegovina menjadi negara yang independen. Lalu beberapa bulan kemudian, PBB mengakui Bosnia dan Herzegovina sebagai negara yang sah sekaligus pada tahun tersebut Alija dinobatkan sebagai Presiden pertama Bosnia dan Herzegovina.

    Meskipun PBB sudah mengakui Bosnia sebagai negara yang berdiri sendiri setelah lepas dari Yugoslavia, pihak Serbia malah berseberangan. Serbia tidak setuju atas pengakuan ini, mengingat Serbia sebelumnya juga merupakan bagian dari Yugoslavia. Akhirnya terjadi peperangan di Sarajevo hingga pasukan Serbia mampu melumpuhkan kota tersebut. Serangan pasukan Serbia tersebut berujung pembantaian massal (genosida) yang di mana Srebrenica menjadi saksi atas kekejaman pasukan Serbia kala itu. Alija yang sudah memiliki kekuasaan, memimpin tentara Bosnia selama masa-masa perang. Di samping itu, Alija juga mengajak para pemimpin dunia ikut andil untuk menghentikan konflik yang terjadi antara dua negara tersebut. Pada 1995, setelah berulang kali melakukan negosiasi, akhirnya membuahkan hasil. Tepatnya di Dayton pada 1995 terjadi sebuah forum sacral yang berisikan tentang perjanjian damai yang disebabkan oleh Serbia. Kemudian, konflik dan pembunuhan yang disebabkan oleh pemerintah Serbia berakhir.

    Ada fakta yang menarik untuk dibahas pada tulisan kali ini. Ketika Alija masih memperjuangkan nilai-nilai Islam agar dapat diaplikasikan pada setiap kegiatan masyarakat muslim Bosnia, ia dianggap ingin mendirikan negara Islam atau khilafah islamiyah. Padahal jika melihat perjuangan Alija terutama dari manifestonya, ia hanya ingin menjadikan muslimin Bosnia kembali kepada Islam dan terbebas dari kekangan ideologi komunis yang tengah menyebar di kawasan Balkan kala itu.

    Kepemimpinan Alija sebagai Presiden Bosnia berakhir pada Oktober tahun 2000, saat usianya menginjak 75 tahun. Alija mundur sebagai Presiden karena mengalami gangguan pada kesehatannya, hingga pada akhirnya Alija Izetbegovic menghembuskan napas terakhirnya pada 2003. 

Demikianlah perjuangan heroik Alija Izetbegovic, seorang pemuda yang memiliki harapan dan impian agar negerinya terbebas dari ideologi komunis yang mengekang kebebasan berekspresi dalam beragama. Mimpinya pun menjadi kenyataan berkat keyakinan dan keteguhan atas prinsipnya untuk membela hak-hak kaum muslim Bosnia. Kisah perjuangan Alija Izetbegovic bahkan dijadikan film dokumenter oleh media berita ternama asal Qatar, Aljazeera, yang bisa kita akses di kanal Youtube.

    “Bosnia yang kita kenal bukan hanya tentang sekeping negeri di antara negara-negara Balkan. Bagi kami, Bosnia adalah sebuah ide, kepercayaan bahwa orang-orang dengan keragaman agama, bangsa, dan tradisi budaya dapat hidup berdampingan,” Alija Izetbegovic.


Sumber gambar : Anadolu Agency

Oleh: Hasan Al-Banna

Mahasiswa University of The Holy Qur’an taseel of Science, Wad Madani

   

   



Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak