Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang sering
terkait, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, justru sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu,
dari kata “philos” dan “sophia”. “Philos” artinya cinta
yang sangat mendalam, dan “sophia” artinya kebijakan atau kearifan. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola
pemikiran bangsa Yunani yang awalnya memiliki pandangan mitologi yang sangat
kuat akhirnya lenyap, dan beralih menjadi pandangan rasio yang lebih domain.
Dengan filsafat, pola pikir yang selalu tergantung pada rasio, kejadian seperti
gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi
merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi yang berada
pada garis sejajar. Sehingga
bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi. Perubahan dari pola pikir
mite ke rasio membawa implikasi yang tidak sedikit. Contoh perubahan yang
mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang
menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun manusia itu
sendiri. Dari penelitian alam semesta dan manusia, muncullah ilmu-ilmu seperti
astronomi, kosmologi, fisika, kimia, biologi, psikologi, sosiologi, dan
lainnya.
Ilmu-ilmu tersebut kemudian menjadi lebih
terspesialisasi dalam bentuk yang lebih khusus lagi, semakin aplikatif, dan
terasa manfaatnya. Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu secara
mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya, sejauh mana yang dapat
dicapai akal manusia, dan bagaimana seharusnya sikap manusia setelah mencapai
pengetahuan tersebut.
Istilah filsafat sering dipergunakan
secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak
sadar. Dalam penggunaan populer, filsafat dapat diartikan sebagai suatu
pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut sebagai pandangan masyarakat.
Mungkin anda pernah bertemu dengan seseorang dan mengatakan, filsafat hidup
saya adalah hidup seperti oksigen, menghidupi orang lain dan diri saya sendiri
atau hidup harus bermanfaat bagi orang lain dan dunia. Ini adalah contoh
sederhana tentang filsafat seseorang. Selain itu, masyarakat juga mempunyai
filsafat yang bersifat kelompok. Oleh karena manusia merupakan makhluk sosial,
maka dalam hidupnya ia akan hidup bermasyarakat dengan berpedoman pada
nilai-nilai hidup yang diyakini bersama. Inilah yang disebut filsafat atau
pandangan hidup. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan filsafat bangsa.
Filsafat berusaha untuk membahas hakikat
segala sesuatu. Hakikat artinya kebenaran yang sesungguhnya atau yang sejati
dan esensial, bukan yang bersifat kebetulan. Manusia sebagai objek kajian ilmu
dan filsafat dapat dikaji dari berbagai sudut pandang. Manusia dapat dikaji
dari sudut interaksinya dalam kehidupan bermasyarakat dan ini ditinjau dari sudut
pandang sosiologi. Manusia juga dapat ditinjau dari sisi kejiwaannya, yang
disebut sudut pandang psikologi. Manusia juga dapat ditinjau dari perilakunya
dalam memenuhi kebutuhan hidup yang cenderung tidak terbatas dihadapkan dengan
benda-benda yang terbatas, inilah sudut pandang ilmu ekonomi. Tetapi, manusia
dapat pula ditinjau dari sudut pandang yang hakiki, inilah sudut pandang
filsafat.
Sepintas jika
dilihat dari akar katanya, bisa ditebak kalau “filsafat” berasal dari peradaban
Yunani. Namun sejatinya bukan bangsa Yunani yang merintis pemikiran filsafat di
dunia. Ternyata di negeri-negeri lain seperti; Mesir, Cina, dan India sudah
lama mempunyai tradisi filsafat semasa atau sebelum orang Yunani kuno, walau
mereka tidak mempergunakan kata philosophia untuk maksud yang
sama.
Dalam membangun tradisi filsafat,
banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama, menanggapi, dan meneruskan
karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan
agama di tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa
diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Filsafat
biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan latar belakang
agama. Menurut wilayah, filsafat bisa dibagi menjadi: Filsafat Barat, Filsafat Timur,
dan Filsafat Timur Tengah. Sementara menurut latar belakang agama, dapat dibagi
menjadi: Filsafat Islam, Filsafat Budha, Filsafat Hindu, dan Filsafat Kristen.
Berpikir secara filsafat dapat diartikan
sebagai berpikir yang sangat mendalam sampai hakikat, atau berpikir secara
global, atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau
ilmu pengetahuan. Berpikir yang demikian ini, sebagai upaya untuk dapat berpikir
secara tepat, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan, yang mana hal ini harus
memenuhi persyaratan sitematis. Pemikiran yang sistematis dimaksudkan untuk
menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional. Sistematis adalah masing-masing
unsur saling berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam suatu
keseluruhan.
Tidak semua kegiatan atau problematika
kehidupan dapat dikatakan sampai pada derajat filsafat, tetapi dalam kegiatan
atau problem terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiraan
filsafat yaitu, universal. Pemikiran filsafat mempunyai kencenderungan yang
sangat umum, dan tingkat keumumannya sangat tinggi, karena pemikiran filsafat
tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan
konsep-konsep yang bersifat umum, misalnya tentang manusia, keadilan, kebebasan,
dan lain-lain.
Dalam Al-Qur’an
dan bahasa Arab, terdapat istilah “hikmat”, yang berarti arif atau
bijak. Filsafat itu sendiri bukan hikmat, melainkan cinta yang sangat mendalam
terhadap hikmat. Dengan pengertian tersebut, maka yang dinamakan filsuf adalah
orang yang mencintai dan mencari hikmat, serta berusaha mendapatkannya. Al-Syaibani (1979) mengatakan bahwa hikmat mengandung kematangan
pandangan dan pikiran yang jauh, pemahaman dan pengamatan yang tidak dapat
dicapai oleh pengetahuan saja.
Oleh : Azka Azwadi
Mahasiswa International University of Africa
0 Comments
Posting Komentar