Dibalik Keindahan Arsitektur Masjid El-Nilein

 


Halo, Ners! Sudah nggak asing lagi dengan nama salah satu masjid yang cukup populer di Sudan ini? Masjid yang merupakan salah satu landmark Negeri Sudan selain sungai dua Nilnya yang legendaris. Masjid ini lebih akrab di telinga kita dengan sebutan lain; Masjid Durian, karena bentuk kubahnya yang menyerupai kulit buah Durian.

Nah, pernah nggak sih terlintas gitu, kan di Sudan nggak ada buah Durian lantas dari mana arsitek masjid ini punya inspirasi hingga membuat masjid dengan simetri kubahnya yang mirip banget sama buah Durian yang musiman itu di Indonesia? Eh, apa jangan-jangan emang terinspirasi gitu ya?

           Ternyata Ners, Masjid El-Nilein yang sering banget jadi destinasi wajib kita kalau tinggal di Sudan ini punya banyak fakta di balik keindahan arsitekturnya. Masjid yang terletak di Kota Omdurman dengan akses transportasi ke sana yang cukup mudah membuat masjid ini memang populer didatangi masyarakat. Buat kamu yang belum pernah ke sana, akses menuju masjid ini bisa menggunakan transportasi umum yang ada, seperti muwasholat (bis umum), amjad atau hais (sejenis angkutan umum), atau bisa juga pesan taksi online lewat aplikasi.

           Pertama kali memasuki areanya, kita akan disambut dengan pepohonan rindang dan taman-taman berumput yang hijau. Beberapa paviliun segi delapan yang menampilkan kesan klasik dengan sentuhan warna cokelat juga mengelilingi bangunan utama masjid ini. Rupanya masjid indah ini sudah dibangun pada periode 1970-an. Ja’far An-Numary, Presiden Sudan waktu itu, mengadakan sayembara desain untuk menjaring ide-ide hebat anak negeri yang akan dijadikan model tempat beribadah yang dibangun.

           Pada sayembara itu, desain masjid unik karya Gamer Eldawla Eltahir, salah satu mahasiswa departemen arsitek Universitas Khartoum, masuk menjadi desain terbaik yang dipilih. Desainnya diklaim merupakan desain masjid yang modern, artistik, sekaligus selaras dengan kebudayaan Sudan. Maka mulailah masjid tersebut dibangun pada tahun 1976 dengan menjaring tenaga-tenaga ahli dari dalam negeri.

           Masjid yang dibangun di area seluas 12 ribu meter persegi ini sengaja dipilih di lokasi strategis, bahkan bersisian langsung dengan pertemuan dua warna Sungai Nil; Nil Putih dan Nil Biru. Ketika sedang tidak pasang, Masjid El-Nilein mampu menampilkan pemandangan pertemuan warna Sungai Dua Nil yang indah. Namun, jika terjadi pasang ia juga tetap menampilkan pemandangan Sungai Nil yang dibasuh cahaya matahari, apalagi jika senja, masjid dan pemandangan sungai nilnya seperti disapu cahaya keemasan. Duh mana nih suaranya anak senja?!

           Terkait keindahan arsitekturnya, usut punya usut, rupanya kubah yang sering kita bilang mirip buah Durian itu ternyata adalah tampilan wujud dari sebongkah batu permata. Jika dilihat dari udara, desain kubah setengah bola yang ditampilkan dengan bentuk belah ketupat yang menonjol keluar ini memang mirip sebongkah permata apalagi dengan susunan rapi hingga pucuk kubahnya.

           Selain kubah dengan desain bongkahan batu permata, menara masjid ini juga memiliki motif desain bangunan yang hampir sama dengan kubah. Ukurannya dua kali lebih tinggi dari bangunan utama dengan sentuhan ramping dan makin runcing pada ujungnya.

           Masjid El-Nilein juga dikelilingi oleh 12 paviliun segi delapan yang berfungsi sebagai perpustakaan, aula pertemuan, dan madrasah. Sebagaimana yang perlu Ners tahu bahwa lokasi masjid ini juga bersisian dengan salah satu kampus legend di Sudan, yaitu University of The Holy Qur’an and Islamic Sciences, Omdurman. Jadi masjid yang merupakan tempat ibadah, berkumpul, bahkan tempat studi ini berusaha disuguhkan di atmosfer Masjid El-Nilein.

           Menelusuri dalam masjid, interiornya pun juga tidak kalah indah. Format setengah bola di kubah masjid menjadikan masjid ini tidak memiliki pilar dan cukup disangga dengan dinding sirkular saja. Desain arsitekturnya yang demikian menyuguhkan kesan ruangan sholat yang lebih luas di dalam. Langit-langit masjidnya terbuat dari kayu berkualitas tinggi yang pada permukaannya terdapat pola-pola geometris yang sambung-menyambung seperti mozaik. Sayangnya ruangan sholat perempuan terletak di bagian bawah dengan interior yang terbilang sederhana dan ukuran ruangan yang relatif kecil jika dibandingkan dengan ruangan salat di Masjid Kabir, Arobi, atau Masjid Al-Noor, Khartoum.

           Selain destinasi karena keindahan arsitekturnya, masjid ini juga menjadi destinasi tempat tarawih saat Ramadan bagi Ners yang mau ngerasain suasana tarawih dengan durasi yang lumayan lama dengan nada khas Sudannya yang kental. Masjid El-Nilein merupakan perwujudan dari keindahan arsitektur lokal yang indah. Sudan nggak hanya dipenuhi sambatan dan desas-desus kriminalnya, setidaknya ada satu-dua, termasuk masjid ini, yang bikin kita tahu, ada yang indah dari Sudan, dicari terus aja biar bisa tambah sayang sama dia.


Faradilla Awwaluna Musyaffa'

Mahasiswa International University of Africa

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak