![]() |
Hadis atau sunnah merupakan
salah satu sumber ajaran Islam yang menduduki posisi sangat signifikan, baik
secara struktural maupun fungsional. Secara struktural menduduki posisi kedua
setelah al-Quran, namun jika dilihat secara fungsional, ia merupakan bayan
(eksplanasi) terhadap ayat-ayat al-Quran yang bersifat ‘am (umum), mujmal
(global) atau mutlaq secara tersirat,
al-Quran pun mendukung ide tersebut, antara lain firman Allah SWT:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ
لِلنَّاسِ مَانُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
“Dan kami turunkan al-Quran
kepadamu (Muhammad) agar kamu menjelaskan kepada umat manusia apa yang telah
diturunkan untuk mereka, dan supaya mereka memikirkan.” (QS. An-Nahl 44).
Di samping sebagai
bayan terhadap al-Quran, hadis secara mandiri sesungguhnya dapat menetapkan
suatu ketetapan yang belum diatur dalam al-Quran. Namun, persoalannya adalah
bahwa untuk memahami suatu hadis dengan “baik” itu tidaklah mudah. Untuk itu
diperlukan seperangkat metodologi dalam memahami hadis.
Ketika kita
mencoba memahami suatu hadis, tidak cukup hanya melihat teks hadisnya saja,
khususnya ketika hadis itu mempunyai asbabul
wurud, melainkan kita harus melihat konteksnya. Dengan kata lain, ketika kita ingin menggali pesan
moral dari suatu hadis, perlu memperhatikan konteks historisitasnya, kepada
siapa hadis itu disampaikan Nabi, dalam kondisi sosio-kultural yang bagaimana
Nabi menyampaikannya. Tanpa memperhatikan konteks historisitasnya, seseorang
akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami makna suatu hadis, bahkan
ia dapat terperosok ke dalam pemahaman yang keliru. Itulah mengapa asbabul wurud menjadi sangat penting
dalam diskursus ilmu hadis, seperti pentingnya asbabun nuzul dalam kajian tafsir al-Quran.
Secara
etimologis, “asbabul wurud” merupakan
susunan idhafah yang berasal dari
kata asbab dan al-wurud. Kata “asbab”
adalah bentuk jamak dari kata “sabab”.
Menurut ahli bahasa, “sabab” diartikan
dengan “al-habl” (tali) yang artinya
dijelaskan sebagai segala yang menghubungkan satu benda dengan benda
lainnya. Sedangkan menurut istilah adalah
كل
شيء يتوصل به الى غا يته
“Segala sesuatu yang mengantarkan pada
tujuan”.
Ada juga yang mendifinisikan dengan: suatu
jalan menuju terbentuknya suatu hukum tanpa ada pengaruh apapun dalam hukum
itu.
Sedangkan kata Wurud bisa berarti sampai,
muncul, dan mengalir seperti:
الماء
الذي يورد
“Air yang memancar atau air yang
mengalir”.
Dengan
demikian, secara sederhana asbabul wurud dapat diartikan sebagai sebab-sebab
datangnya sesuatu. Oleh karena istilah tersebut biasa dipakai dalam diskursus
ilmu hadis, maka asbabul wurud dapat diartikan sebagai sebab-sebab atau latar
belakang (background ) munculnya
suatu hadis.
Menurut As-Suyuthi, secara terminologi asbabul wurud diartikan sebagai berikut:
أنه
ما يكون طريقا لتحديد المراد من الحديث من عموم أو حصوص أو إطلاق أوتقييد أونسخ
أونحو ذلك.
“Sesuatu yang menjadi thoriq
(metode) untuk menentukan suatu hadis yang bersifat umum, atau khusus, mutlaq atau muqayyad, dan untuk menentukan ada tidaknya naskh (pembatalan) dalam suatu hadis.
Jika dilihat secara kritis, sebenarnya definisi yang dikemukakan
As-Suyuthi lebih mengacu kepada fungsi asbabul
wurud, yakni untuk menentukan takhsis
(pengkhususan) dari yang ‘am (umum),
membatasi yang mutlaq, serta untuk
menentukan ada tidaknya naskh mansukh
dalam hadis dan lain sebagainya.
Dengan demikian,
nampaknya kurang tepat jika definisi tersebut dimaksudkan untuk merumuskan
pengertian asbabul wurud. Menurut
Prof. Dr. Said Agil Husin Munawwar, untuk merumuskan pengertian asbabul wurud, kita perlu mengacu kepada
pendapat Hasbi Ash-Shiddiqi. Beliau mendefinisikan asbabul wurud sebagai berikut:
علم يعرف به السبب الذي ورد لأجله الحديث والزمان
الذي جاء به
“Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi Saw. menuturkan sabdanya dan masa-masa Nabi Saw. menuturkannya”.
Sementara itu, ada pula ulama yang memberikan definisi asbabul wurud agak mirip dengan pengertian asbabun nuzul, yaitu:
ما
ورد الحديث أيام وقوعه
“Sesuatu (baik berupa peristiwa-peristiwa
atau pertanyaan-pertanyaan) yang terjadi pada waktu hadis itu disampaikan
oleh Nabi Saw”.
Dari
ketiga definisi tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa asbabul wurud adalah konteks historisitas, baik berupa peristiwa-peristiwa,
pertanyaan, atau lainnya yang terjadi pada saat hadis itu disampaikan oleh Nabi
Saw. Ia dapat berfungsi sebagai pisau analisis untuk menentukan apakah hadis
itu bersifat umum atau khusus, mutlaq
atau muqayyad, naskh atau mansukh, dan lain
sebagainya. Dengan demikian, dalam perspektif ini
mengetahui asbabul wurud bukanlah
tujuan (ghayah), melainkan hanya
sebagai sarana (washilah) untuk
memperoleh ketepatan makna dalam memahami pesan moral suatu hadis.
Sebagian ulama berpendapat bahwa sebab-sebab, latar belakang, dan
sejarah dikeluarkannya hadis sudah tercakup dalam pembahasan ilmu tarikh maka
tidak perlu dijadikan suatu ilmu yang berdiri sendiri. Akan
tetapi, ilmu ini mempunyai sifat-sifat yang khusus yang tidak
seluruhnya tercakup dalam ilmu tarikh dan mempunyai faedah yang cukup besar
dalam lapangan ilmu hadis, maka kebanyakan muhadditsin
menjadikan ilmu tersebut sebagai suatu ilmu pengetahuan tersendiri, sebagai
cabang ilmu hadis dari jurusan matan.
Secara
sederhana asbabul wurud dapat
diartikan sebagai sebab-sebab datangnya sesuatu. Oleh karena istilah tersebut
biasa dipakai dalam ilmu hadis, maka asbabul
wurud dapat diartikan sebagai sebab-sebab atau latar belakang munculnya suatu
hadis. Asbabul wurud
al-hadis merupakan
konteks historisitas yang melatarbelakangi munculnya suatu hadis. Ia dapat
berupa peristiwa atau pertanyaan yang terjadi pada saat hadis itu disampaikan Nabi
Saw. Dengan kata lain, asbabul wurud
adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya suatu hadis.
Sebagai
salah satu disiplin ilmu dalam studi hadis, asbabul
wurud mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam rangka memahami maksud
suatu hadis secara lebih baik. Pemahaman yang mengabaikan asbabul wurud cenderung dapat terjebak kepada arti tekstual saja
dan bahkan dapat membawa pemahaman yang keliru.
Sumber gambar : muslima.hops.id
Muhamad Azka Azwadi
Mahasiswa International University of Africa
2 Comments
Alhamdulillah..👍🏻👍🏻👍🏻❤️❤️❤️
BalasHapusAllahu akbar
HapusPosting Komentar