WAKTU



    
        Allah bersumpah dalam Al-Qur’an dengan waktu subuh, waktu dhuha, dan perputaran siang serta malam. Memang ada apa dengan kodrat alam raya itu? Apakah dia penting bagi kelangsungan hidup kita atau bahkan kelanjutan hidup kita?

Ketika Allah bersumpah dengan salah satu ciptaan-Nya, itu menandakan pentingnya akan ciptaan tersebut, diinginkan manusia untuk lebih meperhatikannya dengan seksama demikianlah yang didapatkan dari kaidah dari mufasir.

Dalam hadis Nabi pun dijelaskan akan nilai dari sebuah waktu, yang mana menjadi tanggung jawab setiap manusia dan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak di hari akhir. Terdapat 4 hal yang dasar akan ditanyakan pada manusia nantinya di antaranya; 1) Umurnya, untuk apa dia habiskan, 2) Masa mudanya, untuk apa dia gunakan, 3) Hartanya, dari mana dan untuk apa dia habiskan, dan 4) Ilmunya, dikerjakan untuk apa. Dari 4 pertanyaan tersebut, ada 2 hal yang menyangkut waktu, yaitu umur seutuhnya dan masa muda yang merupakan masa tenaga di masa puncak, “Allah menciptakan kalian dari lemah lalu menjadi kuat dan kembali menjadi lemah.” [Rum: 54].

Imam Hasan al Banna pernah berkata, “Inilah kehidupan, bukankah kehidupan adalah waktu yang telah dia habiskan sejak dilahirkan hingga dia meninggal.” Imam Hasan al Basri juga pernah berkata, “Wahai anak Adam, sesungguhnya kalian adalah kumpulan dari hari-hari, setiap berjalan hari, hilang darimu sebagian tubuh mu.”

Darinya kita ketahui apa dan siapa itu waktu, tapi masih ada hal penting lainnya yaitu, karakteristik dari waktu itu sendiri.

1.      Cepat berlalu

Cepat sebagaimana cepatnya hingga tidak menyadari umur ktia semakin bertambah, yang pertanda kita semakin menua. Waktu akan terus berlalu dengan cepat, entah di saat kita senang atau sedih, tengah bahagia atau kesusahan.

2.      Yang telah lalu tidak akan kembali

Setiap jam akan habis, hari akan berlalu, dan setiap permainan siasat akan hilang.

3.      Waktu adalah harta terbaik manusia.

Waktu bukan sebanding dengan emas sebagai mana yang dikatakan para penyair, tetapi lebih dari itu dalam hakikatnya lebih dari emas, mutiara, intan, dan barang mulia lainnya.

 

Penyakit-Penyakit Waktu:

1.      Lalai

Hal ini berasal dari akal dan hati, hingga hilang rasa kesadaran akan kejadian yang terlewat, tidak sadar dengan perputaran waktu yang terjadi dan hilang perhatian akan makna sesuatu. Al-Qur’an sangat mencela perbuatan lalai ini hingga mengancam menjadikannya kayu bakar dari neraka, padahal nerakalah tempatnya pendosa, dan juga dalam Al-Qur’an dinyatakan lebih sesat dari hewan ternak.

Bagaimana maksud menjadi lebih sesat dari hewan ternak?

Mereka tidak mau membuka hati yang telah diberi kemampuan untuk memikirkan petunjuk-petunjuk keimanan dan hidayah yang terbentang di alam semesta. Juga, di dalam risalah-risalah yang dapat diketahui oleh hati yang terbuka dan pandangan yang melek.

Mereka tidak mau membuka mata mereka untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta. Juga tidak mau membuka telinga mereka untuk mendengarkan ayat-ayat Allah yang dibacakan (Al-Qur’an).

Mereka telah mengabaikan perangkat-perangkat yang telah diberikan kepada mereka ini. Mereka tidak mau mempergunakannya. Mereka hidup dalam kelalaian dan tidak mau memikirkan dan merenungkan.

“….Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."

Orang-orang yang lalai terhadap ayat-ayat Allah di alam semesta dan di kehidupan, dan yang lalai terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri mereka dan orang lain, sehingga tidak melihat adanya tangan Allah pada semua itu. Maka, mereka itu bagaikan binatang ternak bahkan lebih sesat lagi.

Binatang ternak memiliki perangkat-perangkat instingtif dalam tubuhnya yang dapat menuntun mereka. Sedangkan, sama halnya dengan hewan yang memiliki insting, jin dan manusia juga memilikinya ditambah lagi dengan kalbu yang dapat memahami, mata yang dapat memandang, dan telinga yang dapat menangkap suara.

Apabila mereka tidak membuka hati, mata, dan pendengaran mereka untuk memikirkan dan merenungkan ketika mereka menempuh kehidupan dengan lengah, maka mereka itu lebih sesat dari pada binatang ternak yang cuhanyama dibekali fitrah saja.

2.      Taswif (menunda-nunda)

Meletakkan pekerjaan sekarang untuk nanti adalah termasuk tentara iblis. Dalam buku Waktu dalam Kehidupan Muslim disebutkan alasan untuk kita agar tidak terbiasa menunda-nunda pekerjaan:

·         Tidak ada yang menjamin sampai esok hari.

·     Jika pun hidup, tidak ada yang menjamin keselamatan kita, atau setidaknya tidak ada kesulitan di esok hari.

·         Ingat setiap hari ada pekerjaannya masing- masing.

·        Jika kita menunda pekerjaan akhirat, menjadikan tubuh besiap untuk meninggalkannya, dan jika dilakukan berulang maka akan menjadi bagian diri kita dan merepotkan diri sendiri.

Waktu bukanlah hal yang patut untuk dipermainkan,waktu adalah salah satu amanah yang diberikan Allah kepada kita para manusia dan selayaknya digunakan dengan sebaik-baiknya, hindari rasa menyesal di akhir.

Dalam sesi kehidupan kita di dunia ini, jangan sampai kita lupa akan sesi kehidupan kita selanjutnya, selalu ingat puncak dari kehidupan kita adalah kampung akhirat, jangan sampai kita kekurangan amal untuk bekal kita di penghujung kehidupan.

 

Sumber gambar : Pwmu.co

Muhaamad Nur Wahid

Mahasiswa International University of Africa

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak