![]() |
Khartoum (17/9), Karnaval Persahabatan dengan Para Diaspora
berhasil diadakan oleh Dewan Persahabatan Internasional atau yang biasa dikenal
dengan Friendship Council. Pada kesempatan kali ini, Lembaga El-Nilein turut
diundang sebagai perwakilan pers dari Persatuan Pelajar Indonesia Sudan (PPI
Sudan). Acara dengan tema “Fostering Social Cohesion and Indusion of Migrants
in Sudan” itu merupakan acara tahunan di bawah naungan Dewan Persahabatan
Internasional yang bekerja sama dengan International Organization of Migrants
(IOM) dan Kedutaan Besar Swiss.
Dengan jargon ‘respect, love, and
peace’, acara yang dihadiri oleh berbagai negara, meliputi: Sudan,
Indonesia, Somalia, Nigeria, Bangladesh, Mali, Sudan Selatan, Uganda, Ethiopia,
dan Senegal, dengan menyajikan berbagai macam penampilan dari masing-masing
negara dan menyuguhkan pameran berupa budaya ataupun barang-barang khas dari
negara mereka.
Agenda pertama disambut oleh
penampilan dari Sudan Selatan, selanjutnya penampilan dari Filipina berupa
Kulintang, kemudian disusul dengan pameran dari masing-masing negara yang
hadir. Agenda setelahnya berupa sambutan-sambutan, sambutan pertama dari Ketua
Dewan Persahabatan Internasional, kedua dari Direktur IOM cabang Sudan, selanjutnya
sambutan dari perwakilan Kedutaan Swiss yang disampaikan oleh Mis. Nadia. Sambutan
terakhir dari perwakilan kedutaan Bangladesh sebagai sambutan perwakilan dari
negara-negara yang hadir. Agenda terakhir menyuguhkan penampilan-penampilan budaya
dari masing-masing negara.
Pada kesempatan kali ini, Indonesia
menyuguhkan penampilan angklung. Penampilan yang sangat luar biasa dari tim
angkulng PPPI Sudan yang bekerja sama dengan Lembaga Kedaerahan PMJB itu
mendapatkan respon yang positif dan tepuk tangan yang meriah dari para
penonton. “Alat musik yang sangat unik, tidak ditemui sebelumnya di
negara-negara afrika.” ungkap pembawa acara setelah penampilan angklung
selesai.
Selama festival berlangsung, penulis
mengunjungi stan-stan pameran dari berbagai negara yang menyuguhkan
barang-barang khas dari negara masing-masing. Seperti Bangladesh yang
memamerkan tas, gelang, kalung khas dari negaranya, Mali dengan alat musik
tradisional yang serupa dengan gambang, Sudan Selatan dengan topeng khas salah
satu sukunya, Ethiopia dengan lukisan-lukisan pemandangan di negaranya, dan
masih banyak lagi.
Sempat ada kendala berupa mati lampu di akhir acara, namun kendala bisa teratasi kemudian dilanjutkan hingga penampilan terakhir dari Somalia. “Acara kali ini sangat sukses, sangat berkesan. Kita ingin bekerja sama dengan yang lain untuk mengenalkan musik, makanan, dan budaya kepada lainnya. Aku merasa sangat senang karena acara ini dihadiri oleh lebih dari sembilan negara dan saling mengenalkan budaya mereka, terutama saling mengenal budaya Sudan itu sendiri.” ungkap Priyanthe selaku Ketua IOM kepada reporter El-Nilein.
Sumber gambar : Dokumentasi Penulis
[Nailul Rohmatul Muwafaqoh]
0 Comments
Posting Komentar