Pengangguran

 


Pikiran menggumpal menghiasi langit-langit kamar

Ingin mengumpat melafalkan kata-kata bijak nan syahdu

Leher bersandar menindih bantal yang sudah tak empuk lagi

Kepala sudah penuh sesak dengan ramalan masa tua

Berpikir tentang kata mengapa dan mengapa

Bola mataku sulit kubenamkan dalam himpitan perjalanan yang semakin curam

Pikiran terus melompat-lompat memenuhi genangan di kepala

 

Bagaimana tidak, aku yang pengangguran

Tiap hari luntang-lantung mencari puisi dan anak-anaknya

Di bawah kolong jembatan dan perkantoran

Masuk pabrik dan menaiki tangga orang-orang kaya

Menenteng ijazah bertuliskan sarjana

Ditolak mentah-mentah tanpa ekspresi

Sial, semua diukur berdasarkan orang dalam

Padahal sudah kurencanakan untuk membangun istana megah beratap metal berisikan puisi

Akan kupersembahkan kepada sosok yang paling kucinta

Sosok yang paling berjasa bernama ibu

Ibu yang sudah menunggu di rumah dengan hidangan makanan kesukaanku

 

Mungkin, beberapa hari ini

Aku akan sedikit merayu Tuhan di sepertiga malam

Akan kulontarkan kata-kata manis nan puitis dengan penuh pengharapan

Mari tidur dan berharap esok akan lebih baik

 

Sumber gambar : CNBC Indonesia

Suprianto

University of The Holy Qur'an and Taseel of Science

 


Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak