![]() |
“Maka dirikanlah salat karena
Tuhanmu dan berkurbanlah.” (Al-Kautsar: 2).
Disyariatkannya
kurban sebagai simbol pengorbanan hamba kepada Allah, bentuk ketaatan
kepada-Nya dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.
Ibadah kurban mengingatkan kita
akan kisah pengorbanan Nabi Ibrahim yang bersedia mempersembahkan Nabi Ismail
kepada Tuhannya. Di mana Nabi Ibrahim diuji oleh Allah untuk menyembelih
anaknya yaitu Ismail, kemudian sembelihan itu diganti oleh Allah dengan kambing.
Makna yang tersirat dalam ibadah
ini adalah pengabdian umat muslim kepada Allah yang disertai dengan penuh
keikhlasan serta memiliki jiwa berkorban untuk kepentingan agama Allah.
“Tatkala keduanya telah berserah
diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya. Lalu Kami panggil dia,
“Wahai Ibrahim! Sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh,
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar.” (As-Saffat, 103-107).
Dan kita bisa memaknai bahwa
kurban adalah bentuk pengorbanan akan sesuatu yang amat disayangi dan paling
berharga yang telah diperoleh.
Sebagaimana Nabi Ibrahim, kita
juga diminta untuk berkurban dengan sesuatu yang kita cintai yaitu harta kita.
Di sinilah kita diuji.
Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya
setiap umat mendapatkan fitnah dan fitnah umat ini adalah harta.” (HR.
At-Tirmidzi).
Juga, bisa kita lihat bentuk
keteladanan akan patuhnya Nabi Ibrahim terhadap perintah Allah, meninggalkan
anak dan istri di tengah gurun pasir, di lembah yang tidak mempunyai
tanam-tanaman.
“Apakah Allah yang memerintahkan
kamu untuk membawa kami kemari?” Tanya Ibunda Hajar.
“Benar.” Jawab Ibrahim.
“Kalau begitu Allah tidak akan
menyia-nyiakan kami.”
Ibunda
Hajar berkorban bukan karena status sebagai istri dan ibu, tetapi karena
percaya semua kesusahan akan berakhir dengan kesenangan sekiranya mempunyai
keimanan yang tinggi kepada Allah.
Pengorbanan
tidak memerlukan status tertentu, ia bukan hanya dengan berlari di atas padang
pasir, namun, juga pengorbanan yang berpanjikan nama Allah saja yang akan
diberi balasan dan ganjaran.
“Sungguh,
telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
dengannya.” (Al-Mumtahanah: 4).
Ketika manusia memiliki keimanan
yang benar kepada Allah, akan tumbuh di dalam dirinya kesiapan untuk menjalani
segala yang diperintahkan dan ditentukan oleh Allah. Ia pun siap untuk
berkorban demi mendapatkan rida dari Allah. Bahkan ia rela mengorbankan apa
yang ia miliki dan cintai hanya untuk Allah, sebab rasa cintanya kepada-Nya
mengalahkan rasa cintanya kepada selain-Nya.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan
sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai
pemimpin bagi seluruh manusia.” (Al-Baqarah: 124).
Pengorbanan
yang kita berikan untuk agama Islam, baik pengorbanan jiwa, harta, waktu,
keluarga, dan lainnya, pasti akan dibalas dengan balasan yang sebaik-baiknya
dari Allah. Ia tak akan hilang begitu saja dan berakhir dengan kesia-siaan.
Cukuplah
kita bercermin kepada Nabi Ibrahim, Yusuf, Muhammad Saw dan yang lainnya,
bagaimana Allah memberikan kedudukan yang tinggi bagi mereka sebagai balasan
atas pengorbanan yang telah mereka persembahkan untuk Allah.
Ali Yahya
Mahasiswa International University
of Africa
0 Comments
Posting Komentar