Kepulangan Syekh Hamzah; Ratusan Mahasiswa Penuhi Bandara Khartoum

 



Ahad malam (19/10), ratusan mahasiswa memenuhi bandara Khartoum, Sudan. Mereka dibawa oleh dua muwasholat (bus kota) yang keberangkatannya dari Asrama Maududi dan Rumah Khandaq. Hal itu dilakukan untuk mengantar Dr. Hamzah Abubakar Mahmud Zakaria Idris atau Syekh Hamzah yang akan safar nihai (istilah bagi mahasiswa yang pulang ke negaranya dan tidak kembali lagi ke Sudan) ke negara asalnya Ghana.

Sudah menjadi tradisi bagi mahasiswa yang beramai-ramai mengantarkan kepulangan mahasiswa lainnya ke bandara, terlebih untuk mereka yang safar nihai. Kali ini, giliran Syekh Hamzah yang pulang ke kampung halamannya, setelah sepuluh tahun lamanya menuntut ilmu di Sudan. Beliau banyak mengajarkan ilmu-ilmu, terutama ilmu Al-Qur’an (tajwid, qiraat, dan lain-lain) kepada thulab (mahasiswa-mahasiswa) Asia dan Afrika.

Mereka yang mengantar Syekh Hamzah bukan hanya orang Indonesia ataupun orang Ghana saja, tetapi banyak juga mahasiswa dari negara Asia dan Afrika lainnya yang ikut mengantarkan kepulangan beliau ke negaranya seperti; Thailand, Malaysia, Nigeria, dan Somalia. Beberapa masyaikh (ulama) juga turut mengantarkan beliau, di antaranya; Syekh Fahd Al-Bahry Al-Yamani dan Syekh Muslim Mikail An-Nijery.

Dosen tafsir dan ulumul qur’an ini memang sangat akrab dengan para mahasiswa, terutama bagi para mahasiswa yang tinggal di asrama. Pasalnya, beliau juga tinggal di asrama mulai dari menempuh studi pendidikan strata 1 sampai degan strata 3. Kemudian, beliau mulai tinggal di rumah (luar asrama) sekitar enam bulan terakhir, karena diamanahi sebagai musyrif (pengasuh) Rumah Daurah Khandaq.

Salah satu mahasiswa International University of Africa (IUA) mengungkapkan kedekatannya dengan Syekh Hamzah melalui story Whatsapp-nya, “Dulu ana pernah di-mahrum-in (tidak lulus) ujian tahfiz sama Syekh Hamzah, karena jarang masuk di kuliah beliau.  Abis tu ana datangin beliau ke kamarnya, ana bujuk-bujuk supaya bisa ikut ujian, ternyata beliau luluh, tapi dengan syarat, kalo mau ikut ujian beliau minta dipijit dulu. Sekarang beliau safar, sayonara Syeikh,” ungkap mahasiswa dari kekeluargaan Minang tersebut.

Syekh Hamzah juga merupakan dosen pembantu di IUA dan University of The Holy Qur’an and Islamic Science. Pendidikan strata 1 beliau tempuh di IUA jurusan dirasat islamiah (2011-2015), lalu berlanjut ke jenjang berikutnya, magister di University of The Holy Qur’an and Islamic Science dengan program studi (prodi) tafsir dan ulumul qur’an (2016-2018), dan terakhir program doktor, yang mana beliau kembali lagi berstudi di IUA pada prodi tafsir dan ulumul qur’an (2018-2020).

Para mahasiswa sangat kehilangan dengan kepulangan ulama asal Ghana ini. Pada Sabtu malam (18/10) Rumah Daurah Khandaq mengadakan acara perpisahan. Di samping ramah tamah yang nikmat, acara tersebut juga dipenuhi dengan kalimat-kalimat hikmat akan nasihat perpisahan dari Syekh Hamzah. Ucapan perpisahan juga disampaikan oleh rekan-rekannya di halakah Abdullah ibn Mas’ud, Masjid Raudah.

“Perpisahan dengan engkau wahai Doktor adalah hal yang sangat menyedihkan karena kami kehilanganmu.” Hal itu diungkapkan oleh Syekh Saifullah (salah satu musyrif di halakah) dalam posting-an story Whatsapp-nya. Halakah ini khusus bagi penghafal Al-Qur’an yang ada di kompleks Asrama Maududi, yang buka setiap hari setelah Magrib dan Subuh kecuali pada hari Jumat. Syekh Hamzah adalah salah satu pendahulu yang mengawali berdirinya halakah Abdullah ibn Mas’ud ini. Halakah Al-Qur’an yang sampai saat ini masih tetap eksis melahirkan puluhan para penghafal Al-Qur’an tiap tahunnya.

Sebelum Musyrif Khandaq ini masuk ke ruang tunggu bandara yang jadwal berangkatnya pukul tiga dini hari tadi, beliau menyampaikan sedikit motivasi untuk thulab di Sudan, di antaranya; agar tetap kokoh dalam kesabaran, ikhlas dalam menuntut ilmu, dan menganggap kerdil semua masalah dengan besarnya tujuan utama kita menuntut ilmu di Sudan. Beliau juga sangat berterima kasih kepada thulab Asia dan Afrika.

Syekh Hamzah juga berpesan agar para thalabul ilmi bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, dan tidak berleha-leha, agar dapat menuai keberhasilan dalam menuntut ilmu. Beliau menukil kalam ulama yang berbunyi, “Al-‘ilmu lan yanaala biraahatil jasad (ilmu tidak akan didapatkan dengan bersantai-santai).” Pesan-pesan perpisahan beliau tadi malam juga bisa dilihat kembali di akun facebook @Wahdah Islamiah Sudan.

Fii amanillah ya duktur, semoga selamat sampai tujuan,

 

Sumber gambar : Facebook @Wahdah Islamiah Sudan

April Setiawan

Mahasiswa Jabroh

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak