![]() |
Apa
pandangan Al-Qur’an mengenai pengetahuan? Apa yang diyakini Al-Qur’an sebagai
sebuah alat pengetahuan? Apakah Al-Qur’an juga menganggap indra sebagai alat
pengetahuan? Apakah Al-Qur’an menganggap rasio (‘aql) sebagai alat
pengetahuan? Apakah Al-Qur’an beranggapan bahwa indra dan rasio, keduanya itu
diperlukan untuk pengetahuan? Apakah Al-Qur’an beranggapan bahwa ada alat lain
selain indra dan rasio? Seandainya Al-Qur’an beranggapan demikian, maka apakah
topik pengetahuan yang ada di sana berbeda dengan topik pengetahuan yang ada di
sini?
Al-Qur’an,
pada salah satu ayatnya yang terdapat dalam Surah An-Nahl memaparkan suatu
pembahasan. Dari sajian itu dapat diketahui dengan jelas bentuk pandangannya
terhadap instrumen pengetahuan. Dalam Surah An-Nahl terbaca: “Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun,
dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.” (Q.
S. An-Nahl: 78).
Dia
adalah Tuhan yang mengeluarkan manusia dari perut ibu dalam kondisi tak
mengetahui sesuatu, yakni dari dimensi pengetahuan, kita tidak mengenal sesuatu
apa pun, kita sama sekali tidak memiliki pengetahuan (pemaparan di sini tidak
akan membahas masalah fitrah karena pembahasan itu akan banyak menyita waktu
dan halaman pada tulisan). Pada penggalan ayat di atas berbunyi, “Dan Dia
memberimu pendengaran, penglihatan,” kemudian kita diberi telinga, mata,
dan berbagai instrumen lainnya. Pasti beberapa orang telah mengetahui bahwa di
antara indra yang dimiliki manusia, telinga dan mata adalah indra yang paling
berpengaruh tanpa menafikan indra yang lain. Benar adanya, bahwa indra peraba,
perasa, dan penciuman mampu menghasilkan suatu pengetahuan, tetapi hanya pada
wilayah yang sempit.
Ibn Sina berhasil menemukan suatu
neraca yang indah. Ia mengatakan, “Coba kalian cari dan temukan kata-kata yang
berhubungan dengan sesuatu yang dirasa atau sesuatu yang disentuh, setelah itu
kata-kata yang berhubungan dengan penglihatan dan pendengaran. Tentu kalian
akan dapati bahwa dalam bab penglihatan dan pendengaran terdapat beribu-ribu
kata, bahkan sebagian besar dari sesuatu yang dapat disentuh dan dirasa itu
adalah melalui sentuhan penglihatan dan pendengaran.”
Dalam
ayat tersebut, Al-Qur’an menyebutkan dua indra yang penting itu, yakni setelah
mengatakan bahwa kamu datang ke dunia ini dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu apa pun, kemudian menyebutkan, “Dan Dia memberimu pendengaran,
penglihatan,” Dia telah memberi telinga dan mata, memberi berbagai indra,
yakni memberi berbagai alat pengetahuan.Untuk pertama kali, kita tidak
mengetahui sesuatu apa pun, tidak mengenal sesuatu apa pun, lalu Dia memberi
berbagai alat tersebut agar kita dapat mengenali dan mengetahui.
“Dan
hati, agar kamu bersyukur.” Apakah Al-Qur’an merasa cukup hanya
dengan indra saja? Tentu tidak, pada lanjutan ayat tersebut disebutkan sesuatu
yang menurut istilah Al-Qur’an disebut dengan lubb dan hijr
(setiap jenis bahasa berhak untuk memberikan suatu kata pengganti bagi istilah
ini yang mana pada intinya berarti pusat pikiran).
Terkadang
Al-Qur’an menyebutkan bahwa ada orang-orang yang tidak memiliki hati (jelas
yang dimaksud di sini adalah bukan hati yang merupakan salah satu dari organ
tubuh). Allah memberi manusia berbagai hati. Setelah mata dan telinga, kemudian
disebutkan hati, yakni itu adalah suatu kekuatan yang mampu untuk memilah (tajziah)
dan menyusun (tarkib), menggeneralkan (ta’mim), dan melepas (tajrid);
suatu kekuatan yang memiliki peran yang amat penting dalam pengetahuan.
Suprianto
University
of The Holy Qur’an and Taseel of Science Wad Madani
0 Comments
Posting Komentar