![]() |
Khartoum,
El-Nilein – Dilansir dari CNN Indonesia, Kementerian Luar Negeri RI
telah menyusun rencana evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI), termasuk para
diplomat kedutaan besar di Kabul, jika situasi di Afghanistan terus memburuk
akibat peningkatan serangan Thaliban (13/08).
Situasi
di Afghanistan sudah mulai tidak kondusif, sebagian negara sudah mulai menarik
kembali duta besar dan staf kedutaannya dari Afganistan seperti Amerika
Serikat, Inggris, dan Kanada. Mereka juga mengirimkan pasukan khusus untuk
mengevakuasi warganya yang berada di ibu kota Kabul. Sedangkan Indonesia
sendiri mulai menyusun rencana yang memuat langkah-langkah pengamanan WNI di sana.
“Termasuk
jika diperlukan, dapat dilakukan evakuasi,” kata direktur perlindungan WNI dan Badan
Hukum kemlu RI, Judha Nugraha. Dia juga mengatakan jumlah total WNI di
Afghanistan tinggal enam orang dan masih dalam kondisi yang baik dan aman. Mereka terdiri dari dua
WNI yang bekerja di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dua ekspatriat, dan dua
lainnya menikah dengan warga Afghanistan.
Perang
saudara di Afghanistan mulai mengganas kembali, kelompok Thaliban kini telah
menguasai dan memegang kendali 18 ibu kota provinsi yang ada di Afghanistan,
diantaranya baru-baru ini:
Qalat,
Terenkot, pul-e-Alam, Feruz koh, Qal-e-Naw, dan Lashkar Gah. Keresahan yang mulai
dirasakan oleh sebagian penduduk Afghanistan yang wilayahnya masuk dalam
kendali Thaliban mulai mengungsi dan berlindung ke tempat yang lebih aman di
ibu kota Kabul. Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan bahwa kelompok Thaliban
ini sudah menguasai sekitar 65% wilayah di Afghanistan.
Bahkan
dilansir dari CNN Indonesia, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani pada Rabu
(18/8) mencopot jabatan
Kepala
Staf Angkatan Darat, Jenderal Wali Ahmadzai, setelah beberapa provinsi mulai
diambil alih dan dikuasai oleh Thaliban. Presiden Afghanistan juga dilaporkan
pergi ke Tajikistan
untuk
menghindari bahaya karena banyaknya Thaliban yang sudah mengepung ibu kota Kabul.
Diketahui
bahwa Afghanistan berbatasan dengan Iran di sebelah barat, Pakistan di selatan, di timur Tajikistan,
Uzbekistan di utara, dan Republik Rakyat Cina di ujung timur. Oleh sebab itu
bukan hanya pemerintah Afghanistan yang bersiap siaga. Namun, Rusia juga
bersiap siaga menghadapi kelompok Thaliban apabila mereka menyerang ke
negeranya dengan mengadakan pelatihan kemiliteran bersama Uzbekistan dan
Tajikistan, juga memperkuat pangkalan militernya di
Tajikistan dengan kendaraan lapis baja dan senjata api baru, sebagaimana
dilansir dari CNBC Indonesia.
“Inilah
saatnya untuk menghentikan serangan. Inilah saatnya untuk memulai negosiasi
yang serius. Ini adalah momen untuk menghindari perang saudara yang
berkepanjangan atau isolasi Afghanistan,” jelas Sekretaris jenderal PBB Antonio
Guterres. Dia juga mengatakan,
“Konflik perkotaan yang
berkelanjutan akan berarti pembantaian yang berkelanjutan dengan warga sipil
membayar harga tinggi.” Guterres menyerukan agar konflik ini segera berakhir
dengan negosiasi yang baik. Seperti yang dikutip dari Aljazeera
Sebelumnya
Indonesia juga sudah menghimbau akan bahayanya kelompok Thaliban ini dan telah
memulangkan 43 WNI dari Afghanistan, dikutip dari Tribunnews.com. Kemlu RI lewat KBRI Kabul
meminta kepada warga negara Indonesia yang ada di sana untuk sangat berhati-hati
dan waspada serta harus memperhatikan informasi perkembangan keamanan setempat.
Imbauan ini menyusul
dari
bangkitnya kelompok Thaliban yang merebut sejumlah wilayah yang ada di negara
tersebut. Sebelumnya juga Duta Besar
Republik Indonesia untuk Afghanistan telah menyampaikan pesan perdamaian.
Indonesia mendukung proses perdamaian di Afghanistan, yang di-posting
di media sosial
pada Kamis
(27/5/2021).
Sumber gambar : SINDOnews
Toni Suhendra
Mahasiswa International
University of Africa
0 Comments
Posting Komentar