Malaikat dalam Kemasan Pelacur

 



Dari bayang-bayang cahaya lampu kota

Dari gang-gang sempit yang telah dilewati

Dari langkah-langkah yang mengayun perlahan di atas tanah berlapis aspal

Berjalan terseok-seok seorang diri

Dengan mata lapuk menahan kantuk

Tubuh kuyup berlumur macam-macam cairan

Alis mata lelah seusai menari bersama desah

 

Di atas jalan yang telah muak melihat murung wajahnya

Berpapasan dengan sekerumunan manusia suci

Didengarnya mulut-mulut itu sibuk mencaci

Dibalasnya dengan diam dari segala yang tak bisa diungkap kata

Kebenaran yang tak bisa dibantah oleh perempuan di luar kuasa

 

Detik tak lupa untuk selalu berdetak

Menghibur murung wajahnya yang penuh bercak

Menggapai gagang pintu yang rapuh berbisik-bisik

Rumahnya sunyi dari segala wujud bunyi

Melebur dalam berbagai bentuk yang tak murni

Membawa semesta di atas punggung penuh duri

 

 

Senyuman lebar terlukis di depan pintu

Sang putri menatapnya tajam penuh kasih

Menyambut kedatangan belahan jiwa

Merangkul begitu erat

Mengecup pipi kiri dan kanan

Menggenggam erat tangan berlumur noda

 

Langkahnya pelan menuju tempat penyucian

Dilihatnya lekat-lekat

Jasmani dan rohani yang telah suci dari segala bentuk yang tak murni

Memangkas pelangi dan mengurung puisi paling puitis

 

 

Sembahyang telah ia kerjakan

Memandu sang putri telah ia tunaikan

Waktu kian sempit memasung di atas kantung matanya

Raga tumbang di atas sajadah biru yang mulai memudar

Matanya mulai menutup perlahan di hadapan wajah sang putri tercinta

Dialah sosok cinta kasih dalam wujud yang paling sederhana

 

Sumber gambar : Instagram @kintanalifa

Oleh: Suprianto

Kampus: University of The Holy Qur'an and Taseel of Science


Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak