![]() |
Tahun 2019,
revolusi pro-demokrasi Sudan suskes menjadi berita utama di seluruh dunia, yang
juga mengejutkan dunia internasional adalah wanita memegang peranan besar di sana.
Diperkirakan 70% demonstran yang terjun dalam aksi digulingkannya rezim Omar
Al-Bashir adalah perempuan.
Di tengah demonstrasi
yang tengah berlangsung, seorang perempuan dengan thobe (pakaian
tradisional Sudan khusus perempuan) berwarna putih yang berdiri di atap mobil
sambil mengangkat tangannya menunjuk langit, menjadi viral di berbagai media massa.
Ia memimpin yel-yel protes anti-pemerintah dengan meneriakkan “thawra”.
Dalam bahara arab “Thawra” sendiri berarti revolusi. Tersebarnya foto
tersebut perlahan menjadi simbol gerakan perlawanan perempuan.
Perempuan dalam
foto yang diidentifikasi sebagai Alaa Salah yang berusia 22 tahun oleh berbagai
media lokal Sudan dan Buzzfeed dengan cepat menjadi ikon protes.
Terlepas dari
teriakan yel-yel protesnya, yang menarik dari wanita tersebut adalah thobenya,
jubah putih yang biasa digunakan pekerja profesional Sudan ke tempat kerjanya.
Pakaian tersebut melambangkan identitas pekerja wanita: seorang wanita yang
mampu mengerjakan banyak hal namun tidak melupakan budayanya.
Anting-anting
emas berbentuk bulan yang ia kenakan merupakan perhiasan pernikahan
tradisional. Masyarakat Sudan, seperti menurut beberapa penutur Arab seringkali
menjadikan bulan sebagai metafora kecantikan feminisme. Menurut Marie Grace
Brown, asisten profesor sejarah di University of Kansas, “Perhiasan telah menjadi sarana yang digunakan wanita
Sudan untuk menyimpan kekayaan mereka, sehingga
perhiasan diturunkan dari ibu ke anak perempuannya, dan bertambahnya
nilai anting-anting emas itu juga membangkitkan kekayaan dan
kekuatan rumah tangga.” Pakaian yang sama
juga dikenakan oleh wanita di era 60-an, 70-an, dan 80-an ketika mereka melakukan
long march menentang kediktatoran militer sebelumnya.
Pemrotes wanita
oleh masyarakat Sudan disebut Kandaka, yang berarti “wanita hebat”, merupakan istilah
kerajaan yang diberikan kepada pemimpin Moroe dan kerajaan Kush. Ratu Nubia
Sudan kuno menghadiahkan kepada keturunannya sebuah warisan wanita berdaya yang
membela negara serta memperjuangkan hak-haknya.
“Wanita di atas
mobil itu, mewakili semua wanita dan gadis Sudan, dan juga menginspirasi semua
wanita yang ada,” ungkap Haroun, wanita yang mengambil foto viral tersebut. “Dia
menceritakan wanita Sudan,” tambahnya.
Hala
Al-Karib, seorang aktivis hak-hak perempuan Sudan dengan inisiatif strategis
untuk Perempuan di Tanduk Afrika, memuji foto itu sebagai kesimpilan dari “momen
yang telah kami nanti-nati selama 30 tahun terakhir”.
Harapan
besar diberikan kepada Pemerintah Transisi Sudan untuk mengerahkan negara menuju
demokrasi dan membongkar struktur “hukum moralitas” yang secara tidak adil
menargetkan perempuan.
Amatullah Amalia Nur Santoso
Mahasiswa Omdurman Islamic
University
0 Comments
Posting Komentar