GELOMBANG 5 COVID-19 IRAN

 



Presiden Iran, Hassan Rouhani mengaku khawatir Iran akan dilanda gelombang kelima pandemi Covid-19 karena kemunculan virus corona varian Delta. “Dikhawatirkan kita akan mengalami gelombang kelima di seluruh negara karena varian Delta menyebar di Selatan,” ujar Rouhani, sebagaimana dikutip pada Sabtu (3/7) oleh CNN. Dikutip juga dari Aljazera, Presiden Hassan Rouhani mengatakan, perluasan penyebaran virus Covid-19 tidak jauh dengan perilaku menurunnya kedisiplinan warga akan protokol dan pembatasan sosial.

Saat ini, Iran memang masih terus berjuang meredam lonjakan Covid-19. Begitu tinggi tingkat penularannya, kasus kematian akibat Covid-19 di Iran pun menjadi yang tertinggi di kawasan Timur Tengah.  Menurut data Worldometer, Iran tercatat memiliki 3,2 juta kasus dan 84 ribu kematian akibat Covid-19. Sejak Juni 2021, jumlah kasus di sana perlahan mulai naik kembali, dari 2,5 ribu kasus per hari pada bulan April menjadi 6 ribu per hari pada awal Juni.

Apabila mengacu pada data Kementerian Kesehatan Iran, sebanyak 92 kabupaten di sana sudah masuk dalam zona merah alias wabah parah. Jumlah tersebut mewakili kurang lebih separuh dari wilayah Iran yang terbagi menjadi 32 provinsi. Untuk menekan penyebaran virus tersebut, larangan perjalanan ke dalam dan luar kota pun diberlakukan di 266 daerah yang termasuk dalam zona merah dan jingga. Selain itu, jam malam juga turut diberlakukan dari pukul 22.00 hingga 03.00 pagi.

Di ibu kota Iran, Tehran, sekitar 70 persen dari total tenaga kerja di sana diminta untuk bekerja dari rumah. Kantor yang bergerak di sektor esensial pun diminta untuk mengurangi kapasitasnya hingga 50 persen.

"Pemilu Presiden yang diselenggarakan pada Juni lalu, memiliki dampak terhadap naiknya jumlah kasus," ujar Hassan Rouhani yang akan digantikan oleh Ebrahim Raisi pada Agustus mendatang. Situasi di Iran yang diperburuk dengan kampanye vaksinasi Covid-19 yang masih lamban, dan totalnya hanya 4,5 juta warga Iran yang sudah menerima satu dosis vaksin, yang mana angka tersebut mewakili kurang lebih 5 persen dari total populasi masyarakat Iran.

Untuk kampanye vaksinasinya, Iran megandalkan donasi dari Rusia, Cina, India, Kuba, dan COVAX Facility. Sanksi ekonomi dari Amerika, menyebabkan Iran tidak bisa membeli vaksin dengan bebas, dan hanya mampu mengandalkan donasi serta produk lokal.  Untuk mengatasi kekurangan ini, Iran memproduksi dua vaksin dalam negeri yang salah satunya berasal dari Setad dengan nama Barekat, yang mana Organisasi pimpinan Ali Hosseini Khamenei ini mengklaim sebanyak 2,7 juta dosis vaksin sudah diproduksi dan 400 ribu di antaranya sudah dikirimkan ke Kementerian Kesehatan. Rouhani juga berharap, dengan adanya program vaksinasi produksi dalam negeri ini, akan membawa Iran menjadi lebih baik ke depannya.

 Target Setad, 50 juta dosis siap didistribusikan pada akhir September ini. Sebagai perbandingan, Iran menargetkan seluruh rakyatnya tervaksin penuh pada Maret 2022. "Jika Tuhan berkehendak, situasi vaksinasi akan membaik mulai pekan depan," kata Rouhani.

 

Sumber gambar : Routers

Nur Wahid

Mahasiswa International University of Africa

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak