![]() |
Berdiskusi
tentang shonen (sebutan untuk ragam anime khusus bagi remaja lelaki) memang
tidak ada habisnya, tontonan yang tadinya sebagai hiburan masa kecil dan remaja
ini seringkali bisa menginspirasi penontonnya untuk melakukan hal-hal yang luar
biasa dalam hidup. Salah satu unsur paling umum di shonen adalah mengenai cara
mewujudkan mimpi, mulai dari Deku yang ingin menjadi “Number One Hero”
hingga Naruto yang ingin menjadi “Hokage”. Shonen lain yang tak kalah populer
adalah One Piece, shonen yang ada sebelum saya lahir dan hingga sekarang masih
menjadi salah satu shonen yang paling ditunggu-tunggu oleh para penikmatnya.
Selain karena ceritanya yang seru, perjuangan tokoh utamanya cukup menarik
karena sangat relevan dengan konsep meraih mimpi yang disebut “infinite
mindset”.
Bagi teman-teman yang mungkin tidak cukup familiar
dengan maha karya One Piece, ada baiknya sedikit menyimak cerita singkat One Piece yang akan
dipaparkan untuk bisa sampai pada kesimpulan.
Cerita
One Piece terjadi di sebuah dunia di mana lautan dikuasai oleh para bajak laut,
cerita bermula ketika seseorang bernama Gol D. Roger yang dikenal sebagai “Raja
Bajak Laut” dihukum mati oleh pemerintah dunia. Sesaat sebelum meninggal, dia
berkata, “Harta karunku? Aku akan memberikannya, tapi … Carilah! Aku telah
mengumpulkan semua yang ada di dunia ini dan menyembunyikannya di tempat itu.”
Kata-kata terakhir Gol D. Roger ini kemudian menginspirasi semua bajak laut
untuk mengarungi lautan mencari harta tersebut. Dan harta inilah yang disebut
sebagai “One Piece”.
Bertahun-tahun
kemudian kisah Roger ini menginspirasi seorang anak desa yang mempunyai tubuh
karet akibat memakan buah setan “Gomu-Gomu no Mi” bernama Monkey D. Luffy. Ia
bermimpi untuk menemukan One Piece dan menjadi raja bajak laut. Untuk
mewujudkan mimpinya, Luffy berlayar meninggalkan desa, dan seiring berjalannya
waktu ia bertemu dengan orang-orang dengan berbagai keahlian yang kemudian merekrut
mereka sebagai kru. Armada Luffy kemudian dikenal sebagai “Straw Hat Pirates”
alias bajak laut topi jerami.
Luffy
memulai segalanya dari nol dan mulai berlayar sendiri dengan menaiki rakit.
Seiring berjalannya
waktu, Luffy telah mengumpulkan teman-teman kuat, baik
mereka yang bergabung dalam kru bajak laut topi jerami, yaitu
bajak laut yang bersumpah setia. Sampai banyak sekali orang
berpengaruh yang mendukung petualangannya. Tentu saja ia menjadi musuh bagi banyak
orang; baik bajak laut lain, mulai dari level rendah hingga level mereka yang
dijuluki sebagai “4 Yonko” alias para penguasa laut; mulai dari tentara mariner
level bawah, hingga para jendral besar.
Sesuatu
yang menarik dari anime ini, kenapa Luffy bisa sampai sebesar itu? Ia memulai
dari bukan siapa-siapa, menaiki sebuah rakit, yang kemudian bisa menjadi
komandan kru bajak laut besar. Bahkan, sekarang banyak yang menyebut Luffy
sebagai Yonko ke-5. Bagaimana caranya seorang anak desa bisa sampai
seberpengaruh itu? Padahal dalam kesehariannya Luffy digambarkan sebagai sosok
yang polos, terkesan bodoh, dan selalu bertingkah konyol. Jawabannya adalah
terlepas dari segala sikapnya itu, Luffy adalah sosok pemimpin yang keren
parah. Luffy sebagai kapten memenuhi semua checklist sebagai seorang
pemimpin visioner yang mempunyai infinite mindset. Dan itu adalah kunci
kesuksesannya.
Apa
itu infinite mindset? Dan apa itu finite mindset? Dalam buku “The
Infinite Game” karya Simon Sinek, buku yang membahas tentang pola pikir yang
harus dimiliki dalam menjalani hidup. Simon menjelaskan, bahwa pada dasarnya
ada dua tipe permainan; permainan terbatas atau disebut dengan finite game,
dan permainan tanpa ujung atau disebut dengan infinite game. Permainan
terbatas meliputi; catur, sepak bola, takraw. Kita
tahu siapa pemainnya, bagaimana aturan permainannya, serta awal dan akhirnya.
Pada permainan terbatas seperti itu, yang menang dan kalah dapat dengan mudah
diketahui. Namun, beda halnya dengan permainan tanpa ujung (belum tahu akan
bagaimana akhirnya), ini seperti karir, bisnis, atau kehidupan itu sendiri.
Aturan dari permainan tanpa ujung tidak secara eksplisit diberitahu, tidak
disebut siapa pemenang dan siapa yang kalah, yang ada hanya siapa yang berada
di depan dan di belakang. Lalu, mungkin kita bertanya, bagaimana bisa
memenangkan permainan tanpa ujung? Dalam bermain di permainan tanpa ujung, kita
juga harus punya mindset yang berbeda, Simon menyebutnya infinite
mindset atau pola pikir tanpa batas.
Kembali
lagi ke One Piece, apakah petualangan mencari One Piece termasuk dalam kategori
finite atau yang infinite? Apakah jelas aturan dalam pencarian
One Piece? Sudah pasti tidak jelas. Dan bahkan sampai sekarang tidak ada yang
tahu One Piece itu apa, dan ada di mana. Mencari One Piece adalah sebuah infinite
game, dan buat sukses di sebuah infinite game, masing-masing dari
kita perlu mempunyai kapten yang mempunyai infinite mindset sekuat
mungkin, dan Luffy digambarkan sebagai sosok tersebut.
Ciri
orang-orang yang mempunyai infinite mindset:
1.
Orang dengan Infinite mindset bermain untuk berkembang. Tujuan mereka
melakukan sesuatu adalah untuk berkembang, mereka selalu berpikir bagaimana
caranya dari hal yang sedang dilakukan dapat membantunya
untuk terus naik level.
Luffy
tidak terpaku dengan harta One Piece saja, ia tidak keberatan untuk berhenti
dan fokus latihan untuk menjadi semakin kuat. Ia rela membubarkan krunya selama
dua tahun setelah kalah di Impel Down. Ia memberi tahu semua krunya untuk
mengembangkan diri agar menjadi semakin kuat. Biar apa? Biar dalam perjalanan
berikutnya mereka siap menghadapi apapun dan tidak gampang tumbang.
2.
Orang dengan infinite mindset bermain untuk berkontribusi dan bekerja
sama. Orang dengan infinite mindset bermain bukan untuk mengalahkan yang
lain. Orang dengan infinite mindset bukan fokus
bagaimana caranya agar orang lain kalah, tetapi bagaimana caranya bisa bermain
bersama dengan asyik.
Melihat
Luffy, apakah pernah sembarangan memukul orang hanya karena orang itu tidak
sepaham dengan dia, atau karena orang itu adalah saingannya? Jelas tidak. Luffy
diketahui sering kali bertarung di lautan, tetapi ia hanya mau bertarung
melawan orang-orang yang menurutnya mengganggu kebebasan orang lain. Karena,
bagi Luffy kebebasan adalah prinsip utama.
3.
Orang dengan infinite mindset bergerak untuk sesuatu yang lebih besar
dari diri mereka sendiri. Orang dengan infinite mindset,
hidup dan bekerja untuk mewujudkan sebuah tujuan besar yang sudah ditetapkan.
Dengan kepercayaan ini, bahwa ada sesuatu yang lebih besar dibanding diri
sendiri. Mau sesulit apapun lingkungan, akan susah untuk membuatnya
goyah.
Luffy
berpetualang bukan hanya untuk kemakmuran diri sendiri, tetapi untuk kebebasan.
Luffy berpetualang untuk membela orang-orang lemah dari tangan para penjajah.
Ada adegan
luar biasa yang menggambarkan ini semua, yaitu adegan ketika Silvers Reyleigh
menawarkan kepada Luffy untuk diberi tahu One Piece itu
harta yang seperti apa, dan ditawarkan pula sebuah
kompas yang bisa langsung menunjukkan jalan ke One Piece. Namun, pada
akhirnya Luffy menolak untuk mengetahui tawaran tersebut. Kenapa? Karena ketika
ia mengetahui One Piece dan bagaimana caranya ke sana, itu
bukan lagi infinite game tetapi menjadi
finite game, karena semuanya sudah menjadi jelas. Dan buat Luffy hal itu
sangat tidak asyik, bahkan Luffy berkata bahwa lebih memilih mati saja daripada
harus mengetahui hal tersebut.
Hidup
ini adalah infinite game dan bukan finite game. Apakah kita sudah
mengetahui besok kita akan mendapatkan rezeki sekian dan sekian? Apakah kita
sudah mengetahui kapan nyawa akan dicabut oleh malaikat Izrail? Pasti tidak.
Kalau kita mempunyai mindset finite pada game yang infinite,
pasti susah.
Layaknya
bajak laut topi jerami, kita belajar bahwa dalam hidup ini memerlukan kapten
yang kuat,
pastinya kita sendiri. “You are the captain of your
own life.”
Hidup
ini adalah petualangan panjang yang kita lalui sendirian, tentu saja kita punya
banyak teman. Luffy juga punya banyak teman, ada krunya, bajak
laut lain, tetapi yang menentukan ke mana kapalnya berlayar adalah dirinya
sendiri. Dan itulah sosok kapten yang kita butuhkan dalam hidup. Jadi, apakah
kita sudah siap untuk menjadi kapten dari hidup kita sendiri? Jelas ini tidak
segampang membalikkan telapak tangan karena kita perlu mengenali diri sendiri;
apa saja kekuatan dan kekurangan kita, serta bagaimana cara mengatasinya.
Sumber gambar : IG @onepiecearmy
Suprianto
Mahasiswa
University of The Holy Qur’an
and Islamic Science
0 Comments
Posting Komentar