![]() |
“Saya suka sekolah,
terutama di
saat libur. Makanya saya
pilih sekolah yang banyak liburnya.”
(Joger
Jelek- Bali)
Kutipan
perkataan dari pabrik kaos kata-kata yang berdomisili di Bali, Indonesia itu
rupanya tak berlaku untuk mahasiswa Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan
di kampus International University Of Africa
(IUA), Sudan. Pasalnya kampus yang libur lama menjadi
kekhawatiran tersendiri bagi mayoritas mahasiswa ditambah dengan ketidakjelasan
informasi yang sering diterima tentang kapan jadwal kampus beroperasi kembali.
Libur lama bukan menjadi sebuah ketenangan dan kebahagiaan, sebaliknya justru
menjadi sumber ketakutan di tengah kebijakan yang sering tidak
terprediksi pada zaman virus Covid-19
tengah mewabah. Selama kurang lebih 6 bulan tidur dan kosong proses
belajar-mengajar, berita tentang masuknya kampus IUA menjadi sebuah momen
tersendiri yang dirasakan oleh mahasiswa.
Euforia hari pertama masuk kuliah setelah kurang lebih 6
bulan kampus International University Of Africa (IUA) tidak beroperasi memberi
kesan mendalam bagi seluruh mahasiswa yang tengah menempuh studi di kampus yang
menjadi mayoritas rujukan para mahasiswa Indonesia melanjutkan studi ke Negeri
Sudan. Hilir-mudik manusia di berbagai sudut kampus yang biasanya
hanya disinggahi oleh para pekerja kebersihan atau riksyah yang kebetulan lewat karena mahasiswi yang tidak kuat membawa
barang belanjaan dari pintu istiqbal kini
dipadati oleh ritme dinamis suasana belajar-mengajar yang diseduh kehangatan.
Hari pertama masuk kuliah,
sudut-sudut kampus menyuguhkan pemandangan dari para pelajar yang ramah menyapa
teman-teman yang sudah lama tidak ditemuinya. Beberapa mahasiswa yang baru
masuk juga tampak mengelilingi kampus, bertanya tentang ruang kuliah, bangunan,
atau hanya sekadar saling berbagi jadwal. Kampus
yang lama tidak dimasuki, dengan kondisi Sudan yang rawan berdebu juga
menjadikan momen hari pertama masuk ini menjadi ajang bersih-bersih massal
sekalian menunggu dosen yang belum datang atau jadwal yang bagi sebagian
fakultas memang belum keluar.
Berdasarkan penuturan dari Mufi
Biahdi, ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Ikatan Mahasiswa Indonesia (BEM IMI)
IUA, libur panjang yang terjadi di kampus IUA ini terjadi karena beberapa hal.
Selain karena adanya libur semester, Ramadan, ataupun libur
hari raya, kampus IUA juga harus mengikuti peraturan dari pemerintah setempat
untuk meliburkan kampus dalam jangka waktu terkait karena adanya wabah Covid-19.
Perpanjangan masa libur karena adanya wabah ini sudah disikapi sebagian
fakultas dengan mengadakan sistem belajar secara daring di tengah
problematika dan keterbatasan Sudan serta fenomena pemadaman listrik
berkalanya.
Kampus internasional yang menampung
lebih dari 70 negara dari berbagai belahan dunia dan masuk menjadi anggota dari
International Association of Universities of The Islamic World (FUIW)
ini juga tengah memproses qobul bagi
para mahasiswa baru yang hendak melanjutkan studi ke kampus ini. “Untuk calon
mahasiswa baru (camaba) Indonesia sendiri, kurang lebih sudah ada 300 qobul yang keluar. Dan insyaallah akan
terus diproses keluar untuk qobul yang
lainnya.” kata Mufi Biahdi.
Kendati demikian, ia menuturkan bahwa
sejauh ini pihak BEM IMI IUA belum menemukan camaba Indonesia yang mendapatkan
beasiswa 100% sebagaimana kelumrahan yang terjadi tahun-tahun sebelumnya.
Kisaran beasiswa yang diterima oleh para calon mahasiswa sekitar 50-75% atau
tidak mendapat sama sekali dengan biaya yang perlu ditanggung sekitar USD1000-2000.
Adapun bagi mahasiswa yang mengikuti
remidi namun nilai belum keluar, pihak kampus membolehkan untuk tetap masuk
kelas. Pengecualian bagi mahasiwa yang tidak naik kelas, itu ada ijroat atau proses tersendiri yang perlu
ditempuh sesuai dengan kebijakan yang ada. Adapun bagi mahasiswa yang mahmul
atau gagal dalam memperbaiki nilai
remidial, kampus menetapkan biaya tertentu sejumlah pelajaran yang terkait.
Kampus IUA yang kembali beroperasi
menumbuhkan harapan sendiri bagi para pelajar yang tengah menempuh pendidikan
di kampus ini. Cuitan-cuitan yang dibagikan lewat cerita antar teman, status
sosial media, atau jawaban ketika pertanyaan-pertanyaan mendarat, hampir memiliki
kesamaan. Semoga kampus bisa berjalan kondusif sebagaimana mestinya, tidak
tidur-tidur apalagi jika tanpa kejelasan, dan semoga sistem dari proses
administrasi kampus bisa lebih baik dan nggak bikin dongkol mahasiswa.
Untuk sobat IUA yang sudah ngerasain bagaimana digantung tanpa
kejelasan dan kampus yang tidur nggak bangun lumayan lama, momen ‘kembali
bangunnya’ kampus ini sudah sepatutnya tidak dipandang sebelah mata. Harus ada
semangat yang ‘kembali dibangunkan’ dengan kuantitas yang berlipat untuk rajin
masuk kelas dan memperhatikan adab belajar dan ilmu yang dituturkan. Ada banyak
orang yang ingin berada di posisi kita namun butuh proses yang lebih sulit dan
berliku untuk menempuhnya. Jangan sampai kesempatan untuk bisa kuliah, di luar
negeri pula, bikin kita lupa daratan, akhirnya hidup di perairan dengan prinsip
‘ngalir aja’. Padahal banyak
problematika sekitar yang menuntut generasi-generasi muda untuk turut andil
dalam kontribusi dan solusinya.
Terakhir nih. Untuk kampus IUA.
Baik-baik terus. Jangan tidur lagi, ya. Apalagi kalau kelamaan ...
Faradilla Awwaluna Musyaffa’
International University Of Africa (IUA)
0 Comments
Posting Komentar