Oleh: Faradilla Awwaluna Musyaffa'*
“Aqsa! Aqsa! Jangan menangis! Kami tidak akan pernah membiarkanmu mati!”
(Teriak salah seorang demonstran di Inggris saat berdemo di depan kediaman Perdana Menteri Inggris )
Penyerangan Israel pada warga yang terjadi di Palestina sejak Jumat (07/05) kemarin yang menyerang warga di kompleks Masjidil Aqsha dan menyebabkan sedikitnya 205 warga Palestina dan 71 aparat keamanan Israel luka-luka. Menurut kantor berita Reuters merujuk pada laporan dari kedua belah pihak ini dipicu oleh pengusiran warga Palestina di wilayah yang diklaim pemukim Yahudi. Peristiwa yang memanas yang memicu adanya bentrokan berdarah selepas berbuka puasa waktu setempat di kawasan Masjidil Aqsha juga di dekat Sheikh Jarrah ini diwarnai dengan polisi Israel yang menyerang warga dengan peluru karet dan granat kejut. Sementara di wilayah Sheikh Jarrah sendiri polisi Israel menggunakan meriam air dan kendaraan lapis baja untuk membubarkan kerumunan demonstran Palestina.
Penyerangan Israel yang mengakibatkan layanan ambulans Bulan Sabit Merah Palestina membawa setidaknya 88 orang terluka ke rumah sakit setempat akibat terkena peluru logam berlapis karet dan turut menyebabkan satu orang kehilangan mata, dua orang menderita luka serius di kepala, dan dua lainnya mengalami patah rahang ini menarik tanggapan dari PBB yang disampaikan melalui Juru Bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Rupert Colvie agar Israel menghentikan langkahnya. PBB menyerukan pada Israel untuk menghentikan semua penggusuran paksa, termasuk yang terjadi di kawasan Shekh Jarrah, ataupun aktivitas apapun yang berkontribusi pada lingkungan yang memaksa dan mengarah pada risiko pemindahan paksa.
Kendati demikian penyerangan Israel pada warga Palestina tetap berlanjut dam tidak dapat dielakkan. Pada Sabtu (08/05) penyerangan kembali terjadi di Gerbang Damaskus setelah puluhan ribu jemaah muslim Palestina menggelar salat di Masjid Al-Aqsha untuk menyambut Lailatulqadar. Sebelumnya polisi Israel telah menghentikan puluhan orang yang membawa rombongan jemaah dan menangkap sejumlah warga setelah kekerasan yang terjadi sehari sebelumnya. Tim kesehatan Palestina mengungkapkan ada 90 orang warga Palestina yang terluka dan hanya satu orang petugas Israel yang mengalami luka-luka. Hal ini disebabkan bentrok berdarah yang tidak seimbang antara warga Palestina yang mempersenjatai diri dengan batu sementara pembalasan serangan yang dilakukan Israel ditanggapi dengan penembakan granat kejut dan meriam air. Hal yang sama juga terjadi pada bentrokan sehari setelahnya pada Minggu (08/05) kemarin.
Hingga saat ini (10/05) penyerangan Israel terhadap warga Palestina masih terjadi. Dilansir dari cnnindonesia.com bentrok lanjutan hari ini menyebabkan 215 warga Palestina luka-luka dan jumlahnya diperkirakan akan meningkat. Penyerangan Israel ke Masjid Al-Aqsha dini hari ini dengan penembakan bom gas air mata dan meriam kejut juga menyebabkan warga Palestina sulit bernapas dan ambulan sulit mengevakuasi korban di samping rusaknya beberapa fasilitas publik di kawasan Masjid Al-Aqsha sendiri.
Kekerasan Israel yang menyerang warga Palestina beberapa hari ini sontak menjadi perhatian dunia. Dilansir dari anadolu Agency, Senin (10/05) sejumlah demonstran di Inggris memadati pusat kota Manchester dan luar Downing Street untuk melakukan protes pada hak-hak warga Palestina yang dilanggar, pendudukan ilegal Israel atas tanah Palestina, serta turut mengecam kekerasan pada wanita dan anak-anak yang tidak bersalah. Daily mail juga menyebut bahwa aksi protes serupa juga terjadi di kota Birmingham dan Bradford.
Sementara di Yordania sendiri pengecaman pada tindakan Israel disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi yang menyebut bahwa penggusuran warga Palestina di Syekh Jarrah adalah sebuah kejahatan perang. Lebih lanjut beliau menyebutkan bahwa akan melakukan upaya terbaik untuk melindungi hak-hak warga Palestina dari klaim kepemilikan oleh pemukim Yahudi di sana. Pemerintah Yordania sendiri pada Minggu (09/05) menyebut apa yang dilakukan Israel adalah suatu perilaku barbar yang ditolak sekaligus dikutuk.
Di Turki, aksi demonstrasi untuk warga Palestina dipadati oleh 300 orang yang berdemo di depan Konsulat Israel, Istanbul menindak-lanjuti pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki yang meminta Israel menghentikan tindakan agresif dan provokasi pada warga Palestina. Kecaman pada Israel juga hadir dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan melalui cuitan di akun twitternya yang menyatakan sikapnya untuk terus berada di pihak saudara-saudara Palestina.
Penolakan bernada kecaman yang hampir sama juga hadir dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Oman terhadap rencana Israel untuk menggusur sejumlah keluarga Palestina. Kementerian Luar Negeri Saudi menyebutkan bahwa Arab Saudi menolak rencana dan langkah Israel untuk mengusir sejumlah warga Palestina dan menerapkan kedaulatan Israel. Hal yang sama diungkapkan Menteri Luar Negeri UEA yang mendorong otoritas Israel untuk memikul tanggung jawab mereka sesuai hukum internasional. Sementara Oman menegaskan posisinya yang teguh dalam mendukung hak sah membentuk negara Palestina merdeka.
Sementara di Indonesia, kutukan atas tindakan yang dilakukan Israel disampaikan langsung oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo yang mengutuk tindakan Israel dan mendesak PBB untuk mengambil tindakan atas pelanggaran berulang yang dilakukan oleh Israel. Kementerian Luar Negeri Indonesia juga mengungkapkan bahwa pengusiran paksa dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Israel bertentangan dengan resolusi DK PBB, hukum humaniter internasional, khususnya Konvensi Jenewa IV tahun 1949 yang mampu menyebabkan ketegangan dan instabilitas di kawasan.
Berbagai media Indonesia juga berlomba-lomba memberitakan tentang berita terkini seputar kondisi Palestina di berbagai aplikasi media sosial, serta memberikan ucapan doa dan dukungan terhadap mereka, kendati ada beberapa aplikasi yang melarang penggunanya mengekspos berita terkini seputar isu Palestina. Tentunya aksi solidaritas untuk memberisikkan apa yang menimpa saudara kita di Palestina sana harus terus digaungkan. Sebab apa yang terjadi di Palestina adalah suara-suara tentang adanya penyelewengan akan hak-hak manusia di sana. Sebuah penjajahan yang seharusnya ditiadakan.
0 Comments
Posting Komentar