Oleh: Albana
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas pada Kamis akhir pekan lalu tanggal 29 April 2021, mengumumkan penundaan pemilu parlemen yang seharusnya akan diadakan pada 22 Mei 2021 mendatang. Alasan Mahmoud Abbas menunda pemilu parlemen, dikarenakan belum adanya jaminan dari Israel bahwa Jerussalem akan menjadi salah satu tempat untuk diselenggarakannya pemilu, mengingat Jerussalem merupakan kota impian bagi rakyat Palestina sebagai ibu kota di masa depan. “Kami memutuskan penundaan pemilu hingga adanya jaminan terhadap Jerussalem dan masyarakat mendapat hak demokrasi mereka,” ungkap Mahmoud Abbas pada Jumat lalu.
Seperti yang diketahui, Israel mencengkeram Jerussalem melalui aneksasi, yang berarti hak-hak waga Jerussalem berada di bawah kekuasaan pemerintah Israel. Dalam pidatonya pada salah satu stasiun televisi, Mahmoud Abbas mengatakan,”Kami tidak bisa menyelenggarakan pemilu tanpa adanya Jerussalem sebagaimana di Tepi Barat.”
Tentu keputusan Abbas ini mendapat reaksi dari berbagai pihak, terlebih pemilu tersebut sangat penting demi keberlangsungan keamanan dan ketentraman Palestina yang hingga saat ini masih di jajah oleh Zionis Israel. Pemilu ini juga melibatkan dua partai politik besar yakni, Fatah dan Hamas. Keduanya sempat memiliki hubungan yang kurang harmonis meski akhirnya sepakat berdamai.
Lalu, Bagaimana Sikap Partai Hamas?
Jamal Al Tawil selaku pimpinan Hamas menyatakan penolakannya terhadap penundaan pemilu. “Keputusan pemilu ini, jika benar terjadi akan menjadi permasalahan serius. Keputusan ini tertolak dan nantinya angka kerusuhan yang terjadi di masyarakat akan meningkat.” Sementara itu, ratusan warga Palestina menyuarakan kemarahannya atas keputusan Abbas. Mereka berdemonstrasi di pusat kota Ramallah untuk mengutuk pernyataan Mahmoud Abbas.
Pekan lalu, surat kabar Al Quds Daily memberitakan bahwa adanya motif penekanan dari pihak negara-negara Arab dan Amerika Serikat terkait keputusan Abbas yang membuat geram rakyat Palestina. Kabarnya, pihak-pihak tersebut tidak ingin jika nantinya Hamas memenangkan pemilu, yang mana justru ada kemungkinan elektabilitas suara partai Fatah yang dipimpin oleh Abbas akan merosot akibat keputusannya menunda pemilu parlemen.
Lalu, apakah Hamas memiliki peluang untuk memenangkan pemilu parlemen? Kemudian, apa sebenarnya motif Mahmoud Abbas dalam menunda pemilu? Menarik untuk ditunggu.
Sumber: TRT.World
0 Comments
Posting Komentar