Menangkan Pribadi Islam!

 

Sumber: kumparan

Oleh: Farrel Izham

Bismillahirrahmanirrahim

Hai Gengs!

Tahun ini kita sudah memasuki Ramadan yang ke berapa nih dalam hidup? Ada yang bisa jawab? Tapi pertanyaan sebenarnya adalah, “Setelah melewati belasan bahkan puluhan kali Ramadan, refleksi apa saja yang sudah kita dapat untuk memenangkan pribadi Islam?”

Memangnya pribadi Islam itu seperti apa, sih? Sebelum mengetahui jawabannya, mari kita tilik makna dari kata ISLAM itu sendiri!

I: Intelek

Jauh sebelum ayat tentang puasa turun yaitu surah Al Baqarah: 183 dan ‘membebani’ orang-orang beriman. Sedangkan ayat yang pertama kali turun adalah surah Al ‘Alaq ayat 1-5, yang di situlah sebenarnya Allah memberikan ‘kode keras’ bahwa umat Islam itu harus PINTAR!

-          Pintar dalam arti berwawasan luas secara umum dan kedalaman ilmu pada konsentrasi yang dia ambil.

-          Pintar dalam bersikap (Giving a Nice Attitude)

-          Pintar dalam memberi opini baik kepada masyarakat luas (Giving a Nice Opinion)

 

S: Sehat (Raga dan Hati)

Dilansir oleh Bank Dunia tahun 2018, angka harapan hidup orang Jepang ada pada angka 84,21 tahun dan jika diintip dari segi demografi di sana, mayoritas orang Jepang bukanlah yang menganut agama Islam. Sedikit fakta inilah yang seharusnya cukup untuk ‘mencambuk’ umat Islam di Indonesia khususnya, agar dapat mengusahakan merawat kesehatan raganya, terlepas dari ajal tak bisa dimajukan atau diundur kedatangannya (Qs. Al A’raf: 34).

Tentu tak hanya kesehatan raga yang harus dirawat, kesehatan hati juga harus menjadi perhatian. Menjadi salah satu hikmah bahwa bergosip termasuk perbuatan yang merusak pahala puasa, maka hindarilah hal itu agar di Madrasah Ramadan ini kita dapat ‘privat’ bersama Allah agar setelah ‘lulus’ tidak lanjut bergosip dan hati ini menjadi bersih, juga bersih dari penyakit-penyakit hati lainnya.

 

L: Luas dan Luwes dalam Bermuamalah

Muamalah dengan sesama manusia adalah yang dimaksud dalam hal ini. Bagaimana dulu Rasulullah pasa awal masa kerasulannya sudah berdiplomasi dengan mengirimkan surat-surat kepada para penguasa imperium besar saat itu, bahkan isi suratnya berupa ajakan untuk masuk ke agama Islam. Beliau merupakan teladan kita di mana memang umat Islam harus memiliki jaringan komunikasi dan ataupun persahabatan dengan orang banyak dari berbagai lapisan sosial bahkan yang berbeda agama sekalipun, yang mana nantinya pasti dengan izin Allah akan berguna untuk kemaslahatan umat ke depan.

Perlu menjadi catatan tambahan, bahwa memiliki koneksi yang luas dalam berkomunikasi dan berkerabat saja tampaknya tak cukup. Keluwesan dalam bermuamalah juga sangat diperlukan dalam hal ini, di sinilah kelihaian umat Islam diuji dalam mempelajari dan mempraktikkan ilmu sosial dan ilmu-ilmu penunjang lainnya seperti ilmu dalam berdakwah

 

A: Amanah (Berintegritas)

Mafi kita lihat atau cari presentase jumlah koruptor antara yang beragama Islam dengan yang tidak beragama Islam, yang akan menimbulkan pertanyaan, “Lebih banyak mana yang korupsi? Memangnya Islam mengajarkan korupsi?” Boro-boro mengajarkan korupsi, Rasulullah sendiri saja pernah ditegur langsung oleh Allah ketika mengabaikan permintaan untuk dipahamkan Islam oleh seorang yang buta (Qs. Abasa: 1-11). Lalu, di mana letak kesalahannya? Sudah bisa kita jadikan refleksi bersama?

 

M: Menjaga Kebersihan, Kerapian, dan Keindahan

Berjanjilah bersama bahwa mulai hari ini dan dari diri sendiri, tambahkanlah makna “Saksikanlah Bahwa Kami adalah Muslim!” dengan menjaga kebersihan, kerapian, dan keindahan diri sendiri ataupun lingkungan sekitar. Lihatlah negara Sudan, Indonesia, atau beberapa negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, kenapa banyak sampah yang berserakan di sembarang tempat?

Penulis pernah terkagum dengan Samuel Wongso yang merupakan seorang penjahit jas, dia bukanlah seorang muslim, namun ketika diwawancarai oleh salah satu siaran televisi nasional jawabannya mebuat hati tertegun dengan percakapan sebagai berikut;

“Apa motivasi anda ingin menjadi seorang tailor yang terkenal dan profesional?” tanya salah seorang host pada acara siaran tersebut.

“Saya dapati bahwa Indonesia adalah negara peringkat keempat dengan ketidakrapiannya dalam berbusana,” jawab Samuel Wongso.

Apakah ada dari kita yang sudah berpikir sampai sana? Bahwa kerapian, kebersihan, dan keindahan adalah tiga unsur penting yang Islam ajarkan. Apakah sudah ada yang meniatkan bahwa rapinya saya, bersihnya saya, dan indahnya saya adalah untuk menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang punya ‘Izzah (wibawa)?

Mari mulai perubahan dimulai dari beberapa individu yang menyadari akan poin Islam tadi menjadi kelompok-kelompok kecil (keluarga, teman diskusi, dan sebagainya) yang sadar menuju peradaban Islam yang kembali gemilang.

Maka benar Allah dengan segala firman-Nya,

“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab (sejatinya) kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (Qs. Ali Imran: 139)

Semoga dengan sesegera mungkin, Allah berikan energi kepada kita untuk mawas diri dan tekad untuk menangkan pribadi Islam! Merdekakan diri dari keburukan-keburukan yang hinggap dan membusuk yang memperlambat kemajuan peradaban Islam seperti dahulu.

Sampai bertemu di satu Syawal nanti dengan predikat ketakwaan masing-masing. Juga semoga Allah masih izinkan kita ‘privat’ dengan-Nya di Madrasah Ramadan tahun depan. Amin



Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak