Oleh: Abdul Bashir
Bagaimana kabar pendidikan negeri saat ini? Lebih baikkah atau justru malah sebaliknya? Jika hendak dikupas tuntas tentu tidak akan selesai dalam waktu sekejap. Jauh sebelum wabah menyerang, pendidikan negeri ini memang sudah dirundung masalah. Entah itu masalah yang menimpa guru, persoalan kurikulum yang terus diperdebatkan, dan lain sebagainya. Tentunya dalam 2 bulan terakhir tidak lagi terdengar soal itu, karena yang kita tau saat ini orang-orang di negeri ini tidak lagi terfokus dalam pembahasan lain selain jaga diri dan jaga kesehatan di tengah wabah pandemi covid-19.
Sudah hampir 4 bulan lamanya sekolah diliburkan namun bukan untuk liburan, melainkan semua aktifitas dialihkan di rumah sebagaimana himbauan pemerintah. Dalam waktu hampir 4 bulan belajar di rumah tentu itu adalah hal yang membosankan dan pastinya kita rindu akan masa-masa kembali ke sekolah, bercengkerama bersama teman-teman, bertemu guru, bahkan belajar bersama di kelas itulah hal yang lebih dirindukan. Adakalanya di rumah memang lebih asyik, tetapi dalam hal rebahan kalau menurut bahasa zaman sekarang. Namun, jika kita sudah terlalu asyik dengan rebahan, belajar bisa dilupakan.
Dimulai 17 Maret 2020 himbauan sekolah diliburkan dan sistim pembelajaran dirubah menjadi daring (dalam jaringan) atau online. Belajar dengan sistim daring atau online itu adalah hal mudah karena dilakukan di rumah. Jika dilihat dari sisi peserta didik yang berada di kota tertentu itu bukanlah suatu masalah. Lain halnya dengan para peserta didik yang berada di desa atau daerah terpencil, mereka tidak hanya terkendala oleh akses listrik tetapi juga jaringan internet.
Seperti halnya yang menimpa Nabila, seorang siswi Sekolah Dasar (SD) yang berada di daerah Gunung Kidul yang cukup terpencil, jika hendak belajar online Nabila pun harus menempuh kondisi jalan yang terjal dan berbukit. Dia harus menuju rumah pamannya karena orangtuanya tidak memiliki android. Dalam liputan kompas dia mengatakan bahwa, “Kendala belajar online di daerah terpencil itu adalah jaringan internet dan pengiriman tugas lewat online menjadi sulit.” Nabila pun berujar bahwa sesungguhnya belajar dengan bertatap muka secara langdung itu lebih muda.
Pada tanggal 9 April 2020 pemerintah kembali meluncurkan program belajar dari rumah di TVRI, sebagai opsi untuk mengatasi keterbatasan jaringan internet. Barangkali itu opsi yang tepat selain daripada antisipasi untuk daerah yang kesulitan jaringan internet dan paket internet yang kian membengkak.
Kita beralih ke pulau Sumatera di Kabupaten Indragiri Hilir, tepatnya di desa Nyiur Permai Kecamatan Keritang. Siswa di sana tidaklah masalah jika belajar dengan sistim daring karena di sana mereka tidak terkendala akan jaringan internet, melainkan terkendala akses listrik. Selama pembelajaran secara daring berlangsung, beriring pula keluh kesah kian terdengar oleh orangtua siswa. Banyak mereka yang mengaku bahwa, bukan pembelajaran daring yang memberatkan, melainkan akses jaringan yang sulit dan paket data yang kian membengkak.
Misalnya di desa Dayamurni Kecamatan Muara Sugihan Kab. Banyuasin Prov. Sumatera Selatan. Di desa itu tidak hanya ada pelajar seperti SD, SMP, dan SMA tetapi juga terdiri dari mahasiswa. Kesulitan jaringan di desa tersebut tidak hanya sulit diakses oleh handphone berjenis android, bahkan handphone non kamera pun juga sulit. Para pelajar ataupun mahasiswa jika ingin belajar daring harus pergi ke daerah persawahan, karena di situlah jaringan agak mudah untuk diakses. Untuk menuju persawahan mesti harus ditempuh jarak 1 km dari pemukiman dan jika musim hujan tiba, maka akses jaringan internet akan susah didapatkan. Sekiranya itulah kendala mereka untuk belajar online atau daring.
Di masa pandemi, pendidikan Indonesia bukan tanpa masalah dan masalah itu bukan hasil dari kelalaian. Negara Indonesia termasuk negara terluas di dunia, untuk mengatasi keterbatasan jaringan di Indonesia pastinya lebih banyak membutuhkan pusat jaringan (tower).
Belajar daring atau luring adalah 2 opsi untuk mengatasi masalah di masa pandemi covid-19. Jika dengan daring atau online masalahnya adalah akses jaringan internet, jika dengan luring pun juga bermasalah. Masalah dari luring adalah tidak semua siswa dapat mengakses chanel TVRI, apalagi bagi daerah yang memang tidak ada aliran listrik. Tentunya kita tidak boleh berpangku tangan dengan masalah tersebut, karena itulah cara belajar di masa pandemi ini sembari menunggu pulih negeri ini.
Pandemi Covid-19 tidak akan berakhir dalam waktu cepat selama penawar belum ditemukan. Semoga kejadian ini menyadarkan kita akan esensi pendidikan yang begitu penting yaitu, bahwa belajar dapat dilakukan di mana saja, tidak mesti di sekolah, bisa di rumah, atau tempat lainnya selama itu mendukung.
0 Comments
Posting Komentar