Oleh Muhammad
Ismail A.S
Kita semua memiliki keinginan yang tak terpenuhi untuk mengetahui apakah kita dihargai, untuk mengetahui apakah kita ini penting atau tidak. Namun sangatlah menantang bagi kita untuk menegaskan hal ini dalam diri satu sama lain pada zaman sekarang. Tak peduli apa kata orang tentangmu, kau itu penting dan kau bisa meraih sesuatu yang hebat.
Berbeda dengan pujian. Penguatan atau penegasan memerlukan sebuah pengamatan dengan baik terhadap seseorang untuk mengetahui apa yang bisa ditegaskan, mengenal seseorang dengan baik untuk menyadari apa yang benar-benar penting. Pujian biasanya pengakuan terhadap sifat yang tidak bijaksana, sebuah pengkhianatan atas kepercanyaan. Kita berfikir mengatakan hal-hal yang harus kita katakan, tetapi pada kenyataanya, kita sama sekali tidak berpikir. Pesan apa di balik sebuah pujian?
Kita buru-buru bertemu seseorang dan mengatakan, “Hei, apa kabar? Senang bertemu dengamu.” Bahkan, kita tidak menatap mata orang. Kita tidak benar-benar berbicara dengan mereka. Jika kau melakukanya, kau akan melewatkan begitu banyak potensi dalam diri orang lain. Itu bukan tugasmu, itu adalah manipulasi bukan kepemimpinan. Manusia bukanlah sesuatu yang dibentuk; manusia adalah kehidupan yang harus dibuka. Dan itu yang dilakukan oleh pemimpin sejati. Mereka membuka kehidupan orang lain dan membantu mereka untuk meraih potensi mereka yang dianugerahkan oleh Tuhan.
Setiap orang berhak dihargai atas momen-momen terbaiknya. Saat kita memperlakukan seseorang sesuai seperti apa dirinya, kita menjadikanya lebih buruk dibandingkan dirinya saat ini; jika kita memperlakukanya seakan-akan dia sudah mencapai potensinya, kita menjadikanya dirinya yang semestinya.
Apakah kamu ingat saat seseorang mengejutkan dirimu dengan kebaikan hati yang tak pantas kamu dapatkan atau pengampunan tak bersyarat? Kejadian ini mungkin terjadi bertahun-tahun yang lalu, bahkan mungkin ketika kamu masih kecil. Akan tetapi, kemungkinan orang ini menjadi bagian permanen dalam kehidupanmu dan kenanganmu, dan emosimu saat ini masih terasa sampai saat ini.
Pada akhirnya, menjadi orang yang berpengaruh adalah tentang membuat dirimu berbeda, melangkah ke sebuah tempat yang lebih tinggi di benak dan hati orang lain, jika kamu melakukan sesuatu hanyalah bertindak atau bereaksi seperti orang lain, kamu tidak akan bisa menjadi berbeda baginya.
“Terkadang menegaskan kebaikan dalam diri orang lain berarti mengingatkan diri kita bahwa kebaikan itu ada di dalam orang tersebut.” kata Abraham Lincoln, salah satu mantan presiden Amerika. Kita semua disatukan dengan sebuah keinginan: untuk dihargai oleh orang lain. Apakah pesan ini disampaikan atau tidak menjadi keputusan kelompok.
Tidakkah pengaruh yang diberikan untuk seseorang begitu mendalam, bahkan diberikan oleh orang terkecil diantara kita, saat penguatan atau peneguhan keluar begitu bersih dari mulut kita dan hati kita? Segala kemajuan yang hebat dan pemecahan masalah dengan pihak lain terjadi saat setidaknya salah satu pihak bersedia untuk mengakui kebaikan yang ada. Dari titik itu, akan lebih mudah bagi kita untuk mengetahui dari mana kita bisa mulai dan menunutun interaksi kita menuju titik akhir yang sama-sama menguntungkan.
Referensi: Buku How to Win Friends and Influence People karangan Dale Carnegie
0 Comments
Posting Komentar