Oleh
Ahmad Syakban
"Orang Sudan itu ana ingatnya santun dan lembut kayak orang Indonesia. Dulu dosen di LIPIA ada orang Sudan begitulah"
(Ustaz Bobi Saputra, alumni LIPIA
Jakarta)
Orang Sudan atau sering kita sebut sudani adalah mayoritas Muslim yang merupakan salah satu negara
Arab dengan bahasa Arab yang sangat baik.
Keseharian mereka menggunakan bahasa dariji (bahasa pasaran), kecuali mereka yang berpendidikan saja
yang berkomunisasi dengan bahasa fushah (bahasa
baku) terhadap ajanib (orang asing).
Namun demikian bahasa dariji
Sudan sangat dekat dengan bahasa fushah
dibandingkan dengan bahasa dariji
negara Arab lainnya. Bedanya, bahasa dariji
lebih ringkas dalam pengucapannya. Kita juga maklum, karena namanya bahasa
pasaran, bahasa gaul.
Selain itu, orang Sudan juga terkenal suka mujamalah (basa-basi). Hampir semua hal
ditanyakan kepada kita;
"Kaifal hal, apa kabar ?"
"Kaifal umur, bagaimana urusan!"
"Kaifal usrah, bagaimana keluarga!" dan seterusnya.
Masih banyak lagi mujamalah
mereka, agar bisa lebih dekat dengan kita dengan tata krama dan sopan santun.
Ya kita tinggal jawab saja;
"Kullu tamaam, semua baik."
"Miyah miyah, seratus persen baik."
"Quwaiisy,
baik."
Ada bagusnya juga kita melayani mujamalah mereka, tentu buat melatih bahasa Arab kita, walaupun
bahasanya agak sedikit berbeda (tidak baku). Yang jelas, kalau kita paham
bahasa suatu kaum, kita tidak akan mudah ditipu mereka.
Pada Rabu (12/08/2020) sepekan yang lalu kami berkunjung di
daerah perkampungan di tepian Sungai Nil dekat Umm Dawm, Khartoum. Di sana kami
menyaksikan langsung, bagaimana santun dan lembutnya orang Sudan terhadap kami
yang merupakan ajanib, tamu di negeri
mereka, Sudan.
Mereka juga tak segan untuk menawari atau meminjamkan barang
untuk keperluan kami bermalam di tepian Nil. Mereka penuh dengan keramahan dan
santun dalam berkomunikasi. Anak-anak Sudan pun ikut senang saat kami meminta
bantuan, misalnya minta bantuan mendapatkan air bersih untuk diminum.
Santun dan lembutnya orang Sudan tersebut, memang akan lebih
banyak kita dapati di perkampungan. Karena perkampungan terbilang masih sedikit
terjamah oleh budaya-budaya asing, beda halnya di kota.
Kita tahu di perkotaan interaksi terhadap orang asing sangat
sering. Wajarlah kearifan lokal di perkotaan mulai terkikis; misalnya sikap
santun dan lembut yang mulai diabaikan.
Sikap orang Sudan yang santun dan lembut sangatlah mirip
dengan orang Indonesia. Kita bisa merasakan kenyamanan sekalipun kita berada di
tengah kaum mereka.
Tidak heran ketika mereka di Indonesia, mereka kita temui
dengan sikap yang penuh kesantunan dan kelembutan. Sebagaimana yang dituturkan
oleh mahasiswa LIPIA Jakarta (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) yang
kebanyakan dosen bahasa Arab di sana adalah orang Sudan.
"Orang Sudan itu ana
ingatnya santun dan lembut kayak orang Indonesia. Dulu dosen di LIPIA ada orang
Sudan begitulah."
ungkap Ustaz Bobi Saputra, alumni LIPIA Jakarta.
Sikap yang demikian sangat berdampak pada kenyamanan para ajanib, baik yang menjadi pekerja
ataupun sebagai pelajar di Sudan.
Banyaknya jumlah ajanib
tentu bisa meningkatkan pendapatan negara, bisa bertukar pikiran dalam
memajukan negara, dan banyak manfaat lainnya.
Kita juga harus memberikan batasan-batasan dalam bergaul
dengan orang Sudan. Tidak semua orang sama dalam bersikap, apalagi di
perkotaan. Bahkan ada yang bersikap santun dan lembut hanya sebagai modus untuk
melakukan tindak kriminal, misalnya merampas barang. Itu kebanyakan kita temui
di perkotaan di Sudan.
Kalau mau menemukan orang Sudan yang ramah, santun, dan
lembut coba saja ke perkampungannya. Insya Allah ketemu hal yang demikian.
Lebih menarik lagi di perkampungan itu kita akan melihat
senyum keceriaan anak-anak Sudan. Sambutan keceriaan anak-anak Sudan yang
senang melihat kedatangan orang asing di kampungnya.
Boleh saja diagendakan untuk meluangkan waktunya setiap
libur semester dengan berkunjung ke perkampungan di Sudan, bagusnya bersama
teman-teman. Selain menambah wawasan kita terhadap kehidupan orang-orang Sudan,
juga bisa menguatkan tali persaudaraan kita sesama muslim.
Banyak sekali tempat-tempat bersejarah atau perkampungan di
Sudan yang penting kita ketahui untuk bisa diambil ibrah atau
pelajarannya.
Sangat banyak lini kehidupan orang Sudan yang belum kita
gali; baik nilai-nilai kehidupan, hikmah-hikmah, ataupun pesan-pesan lainnya
untuk bisa kita bawa ketika kembali ke tanah air Indonesia.
Semoga kita nyaman di Sudan. Semoga kita dipersaudarakan
bukan hanya di dunia, tapi sampai ke Firdaus-Nya. Aamiin yaa rabbal 'aalamiin.
Tetaplah santun dan lembut dalam bersikap! Sikap tersebut adalah gambaran bahwa kita adalah seorang Muslim. Santun dan lembut bukan hanya milik orang Sudan, tapi kita semua juga harus santun dan lembut dalam ber-muamalah.
0 Comments
Posting Komentar