Oleh Sintya Kartika Prameswari*
Khalifah muda pemanggul tinta
Rapalan doa mengetuk pintu langit di sepertiga malam yang terang
Jibril terpaksa bangun karena gemersik doa kalian terlalu ribut
Tak sabar ingin menyapa Tuhan
Khalifah muda pemintal ilmu, kau tak pernah bisa bersembunyi dari kebenaran
Ia mengejarmu layaknya akar mengejar hara
Seperti pena haus akan tinta
Sepahit apapun rasa yang haus kau telan
Lelah menyapa, keringat mengalir deras
Sifatnya memaksa untuk diterima
Jangan pernah lari, berpaling, apalagi sembunyi
Terima dia dengan keikhlasan
Karena ilmu memiliki cahaya nyata
Karena kebenaran mendekatkanmu kepada Tuhan
Guncangan hati yang pilu, seakan lautan terindah ikut mengiring
Dengan lirik-lirik yang tak tertandingkan
Lirik-lirik yang berisi akan dunia
Terdengar merdu ketika dilantunkan
Seperti permintaan yang ingin segera dikabulkan
Berjihad tuk dihafalkan, menjadi satu padu dengan keikhtiaran
Tiada yang tau menau akan kabulnya doa yang dipanjatkan
Wahai, kalian pemuji-Nya
Memenuhi jiwa, tertumpah deras air mata
Terdengar merdu, di baca dengan rasa cinta
Ikhlas, sabar, serta harapan untuk selalu terus menerus meminta
Ku ingat akan hidup, semua bergantung kepada-Nya
Berbeda dengan ilusi yang hanya tipuan fatamorgana
Perempuan pengumpul pahala pendamba surga
Bidadari saja iri dengan shalihnya kalian
Khalifah muda pemburu hikmah
Yang selalu dinanti sekembalinya pulang
Rengkuh ia dalam-dalam
Bersihkan dari dosa duniawi yang menghitam
Pungutlah dimanapun kalian menemukan
Perih…
Biarlah sejenak ku obati, karena Tuhan tak pernah salah dalam berkehendak
Baik buruknya takdir, biarlah pandangan kita sendiri
Semoga cahaya hikmah tak meninggalkanmu ketika jasad bersatu dengan lahat
Khalifah muda pejuang surga
Terompah kalian terdengar sampai surga
Detak jantung yang selalu berdzikir asma Tuhan
Diseling deru nafas pengabdian sebagai Sang Khalifah
Ketika tubuh manusia berselimut di malam gelap
Dari kalian mengalir doa panjang
Sejenak, Jibril pun tersenyum melihat keindahan malam penuh kehidupan
Tak kuasa ingin selalu berada pada setiap malamnya
Hidup dengan tangisan-tangisan harapan yang agung
Air mata mengumpul di ujung mata, tangisan meluruh di atas sajadah
Tangan mungil mengadah ridho-Nya semata
Kalian bersungguh-sungguh untuk doa sederhana
رَبِّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَارْفَعْنِي ، وَارْزُقْنِي ، وَاهْدِنِي
Rintihan di penghujung malam yang mengharap iba Tuhan alam semesta
Siapa yang tega tidak mengabulkannya
Siapa yang tega untuk mengabaikannya
Selama hembusan angin mengayuh dedaunan kering
Kurenungkan mimpi khalifah muda kelak
Diperantara laut dan darat
Semua makhluk ciptaan-Nya mengabdikan untuk ibadah
Tak kenal jabatan, materi, tinggi selain hanya beribadah
Menit demi menit berganti
Putaran waktu tak ada habisnya untuk itu
Andai saja…
Rintihan itu berhenti dengan lalai dunia
Apa jadinya kita tak tau menau akan makna hidup hakiki
Ketika hidup, banyak hal kita miliki
Pengabdian diri kepada Sang Maha Segala-Nya
Namun ketika mati, tak ada yang tersisa
Untuk mujahid tangguh pemanggul tinta, para khalifah muda
Semoga doa kalian cukup tulus untuk dikabulkan
*Mahasiswi UNIDA
Gontor
0 Comments
Posting Komentar