Oleh Efrinda Ari
Ayuningtyas
Pernahkah
kalian berkunjung ke Borneo? Nama lain dari pulau
Kalimantan, pulau terbesar di Indonesia. Keanekaragaman budaya dan adat
Kalimantan menyimpan banyak cerita dan keunikan. Salah satunya adalah di
Kalimantan Selatan. Banjarmasin sebagai ibukotanya, terkenal dengan sebutan
"Kota Seribu Sungai" karena memiliki banyak aliran sungai. Bila
dilihat dari peta, sekitar 40% wilayah Banjarmasin terdiri atas sungai besar
dan kecil yang saling berpotongan. Salah satu sungai yang melewati wilayah ini
adalah sungai Martapura yang
menjadi salah satu sumber kehidupan masyarakat setempat.
Masyarakat
Banjarmasin menganggap sungai tidak hanya sebagai sumber air, tetapi juga
sebagai identitas diri dan orientasi kehidupan secara turun-temurun. Hampir
semua aktivitas sehari-hari dilakukan di sungai seperti mandi, mencuci, hingga
berdagang, dan mencari ikan. Budaya sungai
inilah yang erat kaitannya dengan cara hidup dan beradaptasi. Salah satunya
adalah dengan pola permukiman di sepanjang sungai
Martapura.
Permukiman
ini berpola memanjang di tepian sungai Martapura karena sejak dulu aktivitas
dan jalur transportasi masyarakat adalah melalui sungai. Adapun rumah yang
dibangun di kawasan ini terbagi menjadi dua jenis yaitu rumah lanting atau
rumah yang dibangun di atas air dan rumah panggung atau rumah yang dibangun di
atas daratan tepian sungai.
Permukiman
di tepian sungai
Martapura diawali dari sejarah orang perahu. Aktivitasnya berupa meramu hasil
hutan dan mencari ikan di sungai. Hasilnya dijadikan sebagai barang jual beli yang dilakukan pula di
atas perahu di sepanjang sungai. Sekitar abad ke-17, orang-orang perahu tersebut sudah
mulai jarang terlihat dan tinggallah rumah-rumah yang mengapung sebagai tempat
berjualan. Jika dilihat dari sejarahnya, dapat terlihat bahwa permukiman di
tepuan sungai di kota
Banjarmasin mengalami perubahan. Seiring perkembangan kehidupan, permukiman
yang awalnya berorientasi ke sungai, mulai mengarah ke daratan.
Perubahan
yang paling menonjol adalah tata letak bangunan pada rumah terapung atau rumah
lanting. Rumah ini bersifat fleksibel, dapat disesuaikan dengan pasang surut
air sungai, bahkan bersifat nomaden karena dapat berpindah-pindah posisi. Sejarah
menemukan bahwa pada abad ke-17, orang-orang berdagang di atas sungai Martapura
tidak hanya menggunakan perahu, tetapi juga membawa serta rumah lanting mereka
berpindah dari luar kota menuju sungai Martapura. Pindah rumah lanting ini
ditarik menggunakan perahu dan akhirnya berdagang di kawasan tersebut dan
menetap.
![]() |
Rumah lanting di tepian sungai Martapura, Banjarmasin. Dokumentasi pribadi, 2015. |
Rumah
lanting berbahan dominan dari kayu untuk dindingnya, sedangkan bagian bawah
terbuat dari kayu gelondongan atau bambu, sehingga dapat mengapung. Adapun
bagian atap berupa pelana atau rumbia yang ringan serta seng yang tidak
menambah beban pondasi bangunan. Tipe bangunan ini sangat sederhana. Nampak
dari dekorasinya tersebut, rumah lanting umumnya dimiliki oleh masyarakat
dengan ekonomi menengah ke bawah dengan mata pencaharian rata-rata adalah
pedagang atau nelayan.
![]() |
Aktivitas nelayan di sungai Martapura. Dokumen pribadi, 2015. |
Jenis
rumah kedua yang paling banyak ditemukan di sekitar kawasan tepian sungai Martapura khususnya
dan wilayah Kalimantan Selatan pada umumnya adalah rumah panggung. Rumah tipe
ini berdinding kayu dan beratap perisai. Rumah panggung agak berbeda
dibandingkan dengan rumah lanting yang sifatnya dinamis. Rumah panggung lebih
bersifat tetap pada tempatnya, tidak dapat berpindah-pindah karena fungsinya adalah
sebagai rumah tinggal. Rumah panggung ini dibangun di kawasan transisi antara
rawa dan sungai, sehingga konstruksi bangunannya harus lebih kokoh. Keunikan
dari rumah panggung ini adalah pada pemakaian kayu ulin dan galam sebagai bahan
pondasi dan bagian bawah atau lantai bangunan. Kayu ini berfungsi sebagai
pengikat lumpur yang mendominasi jenis tanah di daerah ini, sehingga ketika air
sungai sedang pasang atau terjadi luapan, kayu ini justru akan menguat,
sehingga rumah tidak mudah roboh atau terserap lumpur.
![]() |
Rumah panggung |
Jika
dibahas dari aspek rumah adatnya saja sudah menyimpan keunikan dan sejarah
seperti itu, apalagi dari aspek budaya dan tempat wisatanya ya? Wah, seru
rasanya bisa berkeliling Indonesia yang kaya akan hasil cipta karya manusianya.
Untuk kalian para penikmat dunia travelling, jangan lupa berkunjung ke tepian sungai Martapura di
Banjarmasin. Temukan keunikan rumah asli Banjar yang menarik untuk dijadikan
tambahan wawasan dan berswafoto bersama kerabat dan keluarga. Kalau mau mampir
ke sini, tunggu corona benar-benar mereda dulu ya, lengkapi dulu segala
kebutuhan perjalanan dengan matang dan jangan lupa jaga kesehatan.
0 Comments
Posting Komentar