Oleh Nurul Faiqoh
Bagaimana seseorang
merasa kehilangan?
Bahkan, memiliki
saja tidak.
Bagaimana
seorang merasa berhak?
Bahkan, melakukan
kewajiban saja tidak
Sering sekali setiap orang merasa dirinya kehilangan ketika
benda-benda kesayanganya tak lagi di tangan, ketika orang-orang terkasihnya
pergi, atau ketika kebiasaan-kebiasaan menyenangkan yang biasanya hadir
tiba-tiba absen. Tidak ada satu
pun yang menghendaki mengalami rasa
kehilangan dalam hidupnya. Segala hal yang sedang berputar di sekitarnya saat
ini pasti diperoleh dengan usaha dan doa luar biasa. Benda, prestasi,
teman-teman dekat, kekasih, pengakuan, dan bahkan kehormatan. Padahal
sebenarnya tidak ada yang benar-benar dimiliki, karena semuanya adalah milik-Nya. Sebagaimana termaktub dalam Q.S. Al-Maidah ayat 120:
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَمَا فِيهِنَّ ۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa
yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Lalu, segalanya yang selama ini ada dalam kehidupan
manusia tak lebih dari sekadar titipan, dipertegas dalam Q.S. Al-A’raf ayat 128:
قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهِ
اسْتَعِيْنُوْا بِاللّٰهِ وَاصْبِرُوْاۚ اِنَّ الْاَرْضَ لِلّٰهِ ۗيُوْرِثُهَا
مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ
“Musa berkata kepada kaumnya, ‘Mohonlah
pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini) milik Allah;
diwariskan-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan
kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
Namanya titipan cepat atau lambat bisa saja
diambil kembali dan manusia sama sekali tidak memiliki hak untuk menuntut
balik. Hanya saja manusia seringkali ‘merasa memiliki’ hal-hal yang sebenarnya
tidak pernah menjadi miliknya. Paling menyesakkan adalah ketika seseorang itu
sudah terlalu menyayang sesuatu, kemudian diambil begitu saja oleh Sang Pemilik
tanpa ada persiapan untuk melepaskan. Seperti ketika dia meninggalkanmu,
seseorang yang kau istimewakan dalam hidupmu, pada suatu titimangsa dia
menghilang meninggalkan seuntai tanda tanya dan luka. Sebenarnya selama ini
kehadirannya dalam hidupmu juga tidak lebih dari sekadar titipan dan Allah bisa
membuatnya pergi kapan saja jika Allah tidak meridhoi kalian bersama.
Cukup menjengkelkan memang ketika sudah mulai
mempercayai seseorang untuk membersamai hidup kita, tapi kemudian dia
memecahkan kepercayaan begitu saja. Tapi dalam Q.S. Al-A’raf ayat 128 dengan jelas disebutkan “…diwariskan-Nya kepada
siapa kepada yang Dia kehendaki ….” Tak lupa ayat tersebut juga mengingatkan kita
untuk memohon pertolongan dan selalu bersabar, yang artinya bersabar atas
keputusan-Nya. Jika seseorang istimewa itu pergi dari hidupmu, maka Allah
memang tidak mengendakimu atas dirinya atau sebaliknya.
Bisa
juga kepergian seseorang itu merupakan pengabulan doa yang seringkali diminta.
Doa yang dimaksud adaah doa seperti berikut:
اللَّهُمَّ لاَ تُعَلِّقُ
قَلْبِيْ بِماَ لَيْسَ لِى. اللَّهُمَّ اشَّغَلْنِى ذِكْرِ مَنْ سِوَاكَ.
اللَّهُمَّ اخْرُجْ فِى قَلْبِى أَيُّ شَيْءٍ لَا يُرْضِيْكَ
"Ya Allah, janganlah engkau kaitkan hatiku pada apa-apa yang
bukan Engkau takdirkan untukku. Ya Allah, sibukkanlah aku dengan mengingat-Mu dibanding mengingat
selain-Mu. Ya Allah, keluarkanlah dari hatiku apa-apa yang tidak engkau
ridhoi".
Jadi ketika Allah mengeluarkan seseorang dari hidupmu
bisa jadi adalah sebuah bentuk pengabulan doa. Bukankah sebagai muslim kita
semua tahu bahwa segala yang dilakukan adalah untuk mendapatkan ridho Allah?
Dan ketika Allah sudah tidak menghendaki sesuatu itu artinya tidak ada
keridhoan daripada hal tersebut. Di sinilah teori sabar dan ikhlas
diaplikasikan, karena sejatinya setiap kehadiran dan kepergian merupakan
cobaan.
Tanpa disadari cobaan tidak selalu tentang hal yang
menyedihkan, bahkan hal yang menyenangkan (nikmat) juga bisa menjadi cobaan.
Allah hadirkan cobaan berbalut kebahagiaan untuk mengetahui sejauh mana
hamba-Nya bersyukur dan dihadirkannya cobaan dalam bentuk kesedihan tak lain
untuk menguji kesabaran hamba-Nya. Bisa dikatakan pula bahwa setiap orang
merupakan cobaan bagi orang lainnya, sebagaimana tercermin dalam Q.S. Al-Anfal
ayat 28:
وَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَآ
اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ
ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu
hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Kau pasti merasa bahagia saat ada orang yang mengisi
ruang-ruang dalam hatimu. Allah ingin tahu bagaimana kau menempatkan rasa
cintamu kepada-Nya, bagaimana caramu bersyukur atas kehadirannya, dan bagaimana
keikhlasanmu menerima nikmat, karena setiap yang ikhlas menerima nikmat tak
akan keberatan jika nikmat itu diambil kembali kapan saja.
Sejauh ini setiap manusia telah mengalami begitu banyak
kehilangan, entah dalam bentuk apapun. Semakin banyak kehilangan yang dirasakan
akan membuat seseorang terbiasa untuk kehilangan dan lebih menyadari bahwa tak
ada satu pun yang menjadi miliknya secara mutlak. Semua adalah milik Allah dan
kepada-Nya pula segalanya akan kembali. Kehilangan sejatinya hanyalah sebuah
perasaan yang tidak pernah benar-benar terjadi, karena kita tidak pernah
memiliki jadi sebenarnya kita tidak pernah kehilangan. Hanya saja, yang pernah
berada di sisi kita sedang kembali kepada pemilik-Nya. Kita hanya bisa berupaya
serta berdoa agar digantikan dengan yang lebih baik dan Allah berkenan
menitipkan nikmat lainnya dalam hidup kita. Semoga kita pernah lagi merasa
kehilangan dan semakin larut bersama keikhlasan.
Selamat membaik
setiap harinya atas segala hal bisa jadi tak bersama kita esok hari.
0 Comments
Posting Komentar