![]() |
Sumber: https://www.tokopedia.com/yourdan43store/wingko-babat-toping-wijen
|
Oleh Nurul Faiqoh
Jajanan
tradisional berbentuk bulat pipih berwarna kecoklatan yang terbuat dari olahan
kelapa muda berkombinasi dengan beras ketan dan gula pasir. Begitulah deskripsi
singkat yang ada dibayangan setiap orang ketika mendengar istilah wingko babat.
Wingko babat sering ditemukan di toko-toko oleh-oleh di daerah pantai utara
pulau Jawa, terlebih Semarang-Lamongan. Sebagai daerah yang dekat dengan
pesisir pantai olahan jajajan berbahan dasar kelapa memang sering ditemukan,
wingko babat salah satunya.
Wingko babat sering disebut sebagai oleh-oleh khas
Semarang, padahal ketika melihat namanya saja tidak mencantumkan kata Semarang
atau mewakili suatu daerah di Semarang. Tentu saja, karena sebenarnya wingko
babat berasal dari sebuah kecamatan di wilayah Kabupaten Lamongan yaitu
Kecamatan Babat. Kecamatan Babat merupakan daerah perbatasan Kabupaten Lamongan
yang menjadi titik pertemuan 4 kabupaten, yaitu Lamongan, Bojonegoro, Jombang,
dan Tuban.
Menurut beberapa sumber menyatakan bahwa wingko babat
pertama kali dibuat di Desa Babat, Kecamatan Babat pada sekitar tahun 1900-an
oleh seorang warga keturunan Tionghoa bernama Loe Soe Siang. Ceritanya Loe Soe Siang memiliki 2 anak putra-putri
yaitu Loe Lan Ing dan Loe Lan Hwa. Loe Soe Siang mengajarkan cara pembuatan
wingko tersebut kepada kedua anaknya. Tapi pada tahun 1944 Loe Lan Hwa beserta
suaminya pindah ke Semarang untuk merantau dalam rangka menyambung hidup karena
kondisi negara yang sedang tidak terkendali. Hingga pada tahun 1946 Loe Lan Hwa
memulai memproduksi wingko untuk dijual. Sejak saat itulah wingko babat mulai
terkenal di Semarang bahkan karena populernya jajanan tersebut di Semarang
banyak yang mengira olahan kelapa muda ini asli dari Semarang. Padahal wingko
lebih dulu ada dan dikenalkan di Babat.
Sampai
saat ini di Babat berdiri sebuah pabrik wingko terbesar yang beroprasi sejak
puluhan tahun lalau dan merupakan keuturanan kelima dari Loe Soe Siang, yaitu
pabrik wingko merk ‘Leo Lan Ing’, sedangkan di Semarang merk wingko yang
terkenal adalah ‘Spoor’ yang telah berganti nama dengan ‘Kereta Api’.
Keberadaan wingko dengan peminat yang cukup banyak mampu meningkatkan
produktifitas daerah dalam bentuk home industry, salah satunya yang
terletak di Desa Sawo, Kecamatan Babat. Tidak sedikit pula warga Babat yang
berprofesi sebagai penjual asongan yang berkelana ke bebrapa daerah sekitar
Babat untuk menjajakan wingko. Hanya saja wingko bagi masyarakat di luar Jawa
Timur lebih mengenal wingko sebagai makanan khas Semarang 2 faktor utama yaitu
Semarang merupakan ibu kota provinsi Jawa Tengah yang cukup ramai oleh
pendatang dan sekaligus menjadi kota wisata dengan julukan ‘The Beauty of Asia’.
Selain
menjadi salah satu komoditi mata pencaharian masyarakat Babat, tenyata wingko
juga memiliki fungsi budaya tersendiri bagi masyarakat Babat. Wingko biasanya
digunakan sebagai salah satu jajanan syarat yang perlu ada ketika prosesi
lamaran. Biasanya jajanan ini akan dibawa oleh pihak laki-laki ketika acara
lamaran sebagai simbol kebulatan tekad untuk melamar si perempuan. Sampai
sekarang budaya tersebut masih diindahkan oleh masyarakat Babat.
Seiring
berjalannya waktu, klaim makanan khas ini mulai menjadi isu kecil di
masyarakat. Banyak orang yang meyakini bahwa wingko berasal dari Semarang
ditentang oleh masyarakat asli Babat atau Lamongan. Meskipun tidak sampai
menjadi persengketaan besar dan panjang, tetapi masing-masing daerah memiliki
hak untuk mempertahankan ciri khas daerahnya, karena hal tersebut juga termasuk
dalam sejarah budaya daerah. Pun masyarakat juga memiliki hak untuk mengetahui
sejarah wingko yang sebenarnya. Sudah banyak kajian sejarah yang menulusuri
tentang wingko babat dan semua sepakat bahwa wingko babat adalah makanan khas
Babat dan menjadi salah satu dari deretan panjang list menu makanan khas
Lamongan selain soto Lamongan dan pecel lele, dua item kuliner yang
paling terkenal.
![]() |
Sumber: https://gramho.com/media/1823358988725703131 |
![]() |
Sumber: https://analisapublik.com/2018/06/22/wingko-babat-kue-khas-kota-babat-yang-cocok-untuk-oleh-oleh-setelah-mudik/ |
Oleh
adanya klaim kuliner dari dua wilayah Jawa itu maka pemerintah Kecamatan Babat
dalam naungan Kabupaten Lamongan berinisiatif membuat sebuah tugu penanda
budaya, yaitu Tugu Wingko. Tugu Wingko dibangun tepat di bundaran pertemuan
jalan ke arah Jombang, arah Bojonegoro dan arah Lamongan kota pada tahun 2016
seolah menjadi jantung kota Babat, karena di sekitar area tugu juga berdiri
pasar Babat. Tugu tersebut dibuat dengan meletakkan 6 replika wingko raksasa,
sebagai simbol bahwa inilah kota kelahiran wingko babat. Terlepas dari dual
klaim kuliner yang terjadi di masyarakat tetap tidak akan pernah merubah
sejarah. Harapannya dengan berdirinya tugu wingko akan menjadi titik kesadaran
sejarah budaya daerah dan kebanggan tersendiri bagi kota Babat serta masyarakat
yang tergabung dalam domisili wilayah kecamatan Babat.
Sumber:
Rosyidi, Faris Ilham. 2019. http://news.unair.ac.id/2019/01/23/sejarah-wingko-babat-loe-lan-ing-kudapan-legit-khas-lamongan/,
diakses 22 Juni 2020 (10.30 WIB)
Ladiniyah, Annatiqo. 2019. https://mojok.co/terminal/wingko-babat-kok-jadi-makanan-khas-semarang/,
diakses 22 Juni 2020 (10.30 WIB)
Husnia, Fitria. 2017. https://ublik.id/wingko-babat-jajanan-yang-diklaim-sebagai-jajanan-khas-lamongan-dan-semarang/, diakses 22 Juni 2020 (10.30 WIB)
Posting Komentar