Oleh Kautsar Ahmad Djalaluddin
Dunia terbelakang mulai berubah
ketika revolusi industri terjadi. Revolusi industri membuat perubahan besar
terhadap cara manusia dalam mengolah sumber daya dan memproduksi barang, sampai
detik ini ada 4 revolusi besar yang kita ketahui, pertama ditemukannya mesin
uap untuk proses produksi barang yang dikembangkan menjadi kapal selam.
Kemudian di awal abad 20 revolusi ditandai dengan penemuan listrik sehingga
tenaga uap mulai ditinggalkan dan terciptanya “roda berjalan” atau mobil untuk
memudahkan transportasi pada 1913. Mesin yang dapat bergerak dan berpikir
secara otomatis adalah pemicu revolusi ketiga, yaitu komputer dan robot yang
makin hari makin canggih dan mulai menggantikan banyak manusia sebagai operator
dan pengendali lini produksi.
Hal-hal yang sebelumnya dianggap
tidak mungkin oleh logika manusia ternyata mampu dipecahkan dan dibuktikan
sehingga sampailah kita pada revolusi industri 4.0 yang tidak lagi asing di
telinga kita. Menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber (komputer
dan internet). Data manusia dengan mudah didapatkan dari aktivitas di dunia
maya adalah tren di industri 4.0. Banyak hal yang sebelumnya tidak terpikirkan
tiba-tiba muncul menjadi inovasi baru,
serta membuka lahan bisnis yang sangat besar, tren ini juga mengubah banyak
bidang kehidupan manusia mulai dari ekonomi, dunia kerja bahkan gaya hidup.
Cashless society merupakan
salah satu perubahan besar dalam gaya hidup, masyarakat di Indonesia mulai
mengurangi penggunaan uang tunai dalam kehidupan, bukan berarti tidak memiliki
uang, akan tetapi uang tunai dipindahkan menjadi bermacam-macam bentuknya yaitu
debit, uang elektronik dari bank berbentuk kartu, serta tak ketinggalan dompet digital
yang ada di smartphone seperti OVO, Go-Pay, Dana dan lainnya. Sehingga
generasi zaman now merasa lebih aman jika dompet yang tertinggal
daripada handphone karena uang sudah tersedia aman di dompet digital.
Poltak Hotradero sang pengamat
ekonomi mengatakan bahwa cashless memiliki banyak benefit yang
dapat dirasakan oleh masyarakat, selain kemudahan pembayaran, dompet digital
memiliki jejak digital yang tersimpan rapi, seluruh informasi pembelian,
pemesanan, kepergian ke luar kota, makanan favorit masyarakat, bahkan informasi
pribadi tersimpan dan diketahui oleh penggiat FinTech (Financial Technology)
perusahaan yang melayani sektor jasa keuangan yang memanfaatkan teknologi
sehingga transaksi dapat dilakukan tanpa harus bertatap muka seperti OVO dan
sejenisnya.
Dengan adanya data dapat diketahui
densitas, kemana saja uang beredar, serta apa saja preferensi konsumen karena data
merupakan gambaran perilaku konsumen sehingga dapat dijadikan FinTech sebagai
tolak ukur untuk menimbang dan memutuskan kebijakan ekonomi seperti promo cashback,
diskon, realokasi subsidi sampai perencanaan strategi marketing ke depannya.
Data adalah komoditas, aset terpenting revolusi industri 4.0 karena data tidak
bisa habis dan hilang. Tidak seperti uang tunai yang tidak memiliki rekam
jejak, tidak ada informasi yang didapatkan, serta berbagai inefisiensi lainnya.
Membangun cashless society tentu
bukan hal yang mudah karena budaya yang sudah mendarah daging juga adanya
benturan antar generasi, akan ada pihak yang menerima juga menolak karena
beranggapan tidak akan bisa hidup tanpa uang tunai, perlu banyak pendekatan,
intensif seperti diskon yang menarik minat pasar. Semuanya membutuhkan waktu,
tetapi peluang tetap terbuka lebar. Seperti contohnya pembayaran tol, adanya
gerbang khusus E-toll di awal pemberlakuannya didapati banyak trouble
mulai dari lupa melakukan top-up sehingga harus mundur dan meminjam
E-toll milik mobil lain, kartu yang jatuh, tertinggal bahkan hilang, masyarakat
terus beradaptasi dan mulai terbiasa sampai pada akhirnya sekarang hampir semua
gerbang tol wajib menggunakan E-toll. Manfaat yang dirasakan tentunya banyak
sekali mulai dari berkurangnya beredar uang palsu, mengurangi kemacetan, serta
tidak perlu lagi adanya pembagian shift kerja 3 kali sehari, semua
menjadi lebih efisien dan mudah setelah melalui proses adaptasi.
Kota-kota besar di Indonesia sudah
mulai terbiasa dengan kebiasaan baru ini, banyak kelebihan yang dirasakan langsung
oleh penggunanya karena cashless menjadikan kegiatan pembayaran menjadi nyaman,
praktis dan efisien tanpa perlu membawa dompet tebal dengan perasaan was-was
akan kejahatan yang mengintai. Dengan adanya jejak digital yang tersimpan mulai
dari pemasukan dan pengeluaran memudahkan kita untuk meninjau transaksi,
kemudahan tracking dapat dijadikan sarana mengontrol transaksi yang
dilakukan agar tidak ada penyalahgunaan dana. Beragam promo dan penawaran
banyak ditemukan pada dompet digital masa kini yang merupakan subsidi dari
perusahaan FinTech sehingga membantu konsumen untuk menghemat pengeluaran. Cashless
juga tidak membutuhkan uang kembalian di mana uang kembalian atau recehan
sering tercecer dan hilang, tentu ini membuat kita semakin hemat.
Selain masyarakat, negara juga
diuntungkan dengan adanya cashless, adanya data yang terhimpun
menjasikan koleksi pajak meningkat signifikan, sehingga pendapatan tersebut
dapat digunakan untuk kepentingan infrastruktur pembangunan bagi masyarakat,
mendorong kebutuhan ekonomi serta meningkatkan pendapatan negara.
Adanya kelebihan pasti diikuti
dengan kekurangan, perlu pemahaman teknologi dalam transaksi cashless, jika
tidak mengikuti perkembangan dan tidak mau belajar tentu akan tertinggal oleh
perubahan. Meski cenderung aman dari pencopetan, dompet digital rentan terhadap
aksi cyber crime, maka sebaiknya penggantian password perlu
dilakukan secara berkala agar tidak mudah jatuh ke pihak lain. Selanjutnya,
jika kartu hilang tentu akan merepotkan karena ada beberapa perusahaan yang
tidak memfasilitasi back-up sehingga dana dapat lenyap begitu saja.
Kerugian berikutnya adalah konsumen
cenderung menjadi boros, adanya promo menarik yang harusnya membuat konsumen
lebih hemat sering kali disikapi dengan kurang bijak. Prita Ghozie yang
merupakan seorang financial consultant menyampaikan bahwa kontrol diri
adalah hal terpenting dalam menyikapi uang. Perlu adanya pembagian pos-pos keuangan
yang terbagi menjadi tiga, yaitu:
2. Saving: Simpanan untuk dana darurat, tabungan dan investasi yaitu 30% dari pendapatan.
3. Playing: Simpanan yang khusus dialokasikan untuk hiburan seperti liburan, barang mewah atau jajan, sisihkan 20% dari pendapatan.
Prita Ghozie juga menambahkan tips
agar bijak mengelola keuangan. Pertama buat alokasi pengeluaran yang jelas,
beri budget di awal bulan termasuk dompet elektronik, jika di tengah bulan
habis jangan menambahkan saldo karena itu adalah kesalahan dan tidak boleh ada anggaran
tambahan. Yang terakhir hati-hati terhadap promo, diskon bukan berarti boleh membeli
barang tanpa berpikir panjang, lihat prioritas terlebih dahulu harus dilakukan,jika
mendapatkan cashback sebaiknya disimpan bukan langsung dihamburkan.
Dengan adanya kemudahan yang dapat
kita rasakan sekarang, selamat belajar menjadi manusia bijak dalam mengatur
keuangan, juga jangan mau tertinggal perkembangan zaman yang berubah cepat dan
pesat. Kita pasti bisa!
0 Comments
Posting Komentar