Oleh Muhammad Najmuddin
Mumpung lagi musim kurma
di Sudan dan beberapa negara lainnya, muncul dalam benak penulis untuk menulis
kisah tentang pohon kurma yang menjadi salah satu mukjizat Nabi kita Muhammad.
Tujuan dari penulis menceritakan kisah ini tidak lain adalah mengajak pembaca
untuk menumbuhkan rasa cinta dan memantik kerinduan kita kepada Sang Baginda
Nabi.
Allah telah
menganugerahkan para Nabi-Nya dengan mukjizat-mukjizat yang luar biasa dan Nabi
Muhammad-lah yang paling banyak mukjizatnya diantara para nabi lainnya. Sebagai
makhluk yang paling mulia, mukjizat Nabi Muhammad sungguh sangat menarik jika
kita mengulasnya lalu kita ambil hikmah berharga di dalamnya. Mulai dari
Al-Qur'an yang menjadi mukjizat terbesar, hingga tangisan pohon kurma dimana
para sahabat dapat mendengar jeritannya yang akan penulis ceritakan dalam
tulisan ini.
Ini adalah kisah tentang
rintihan rindu dari sebatang pohon kurma kepada Sang Baginda dan pujaan alam
semesta. Seberapa merindunya kita kepada beliau? Mungkin pertanyaan ini bisa
jadi refleksi diri untuk kita semua. Jika perasaan itu belum muncul, maka masih
ada banyak waktu untuk merasakannya. Sebab, bagaimanapun mereka yang menyayangi
dan merindukan adalah umat yang tahu betapa luar biasanya Sang Baginda Nabi.
Alkisah, dahulu Masjid
Nabawi dinaungi oleh banyak pohon kurma. Sebelum dibuatkan mimbar, Nabi
Muhammad ketika selesai memberikan khutbah, beliau biasa bersandar pada salah
satu pohon kurma di sampingnya. Kemudian setelah dibuatkan bagi beliau sebuah
mimbar untuk bersandar, terdengar tangisan dari salah satu pohon kurma.
Ternyata itu adalah tangisan rindu dari kurma yang biasa Nabi Muhammad
bersandar.
Ibarat seorang ayah yang
menenangkan tangisan anaknya, mendengar tangisan tersebut, Nabi Muhammad
meletakkan tangan mulia beliau ke pohon tersebut, lalu pohon tersebut pun
tenang seraya menghentikan tangisan rindunya kepada makhluk paling mulia.
Peristiwa ini merupakan
mukjizat yang sungguh luar biasa. Bahkan Imam Syafi'i menyebutkan peristiwa
tersebut lebih luar biasa dari mukjizat Nabi Isa menghidupkan seseorang yang
telah tiada. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam kitabnya Hilyatul
Auliya:
قال الإمام الشافعي: «ما أعطى الله تعالى نبيًّا
ما أعطى محمَّدًا ﷺ فقيل له: أُعطي عيسى عليه السلام إحياء الموتى فقال: أُعطي محمّد
الجذع الذي كان يخطب إلى جنبه حتى هُيّئ له المنبر فلما هُيّئ له المنبر حنَّ الجذع
حتى سمع صوته. فهذا أكبر من ذاك» رواه أبو نعيم في الحلية.
Imam Syafi'i berkata,
"Allah tidak memberikan mukjizat kepada seorang Nabi yang Dia tidak
memberikannya kepada Nabi Muhammad." Dikatakan juga kepada Imam Syafi'i,
"Nabi Isa diberi mukjizat berupa mampu menghidupkan orang yang telah
mati," maka Imam Syafi'i pun berkata, "Nabi Muhammad diberi mukjizat
berupa pohon kurma yang biasa Nabi bersandar di sampingnya. Setelah Nabi
dibuatkan mimbar untuk bersandar, menangislah pohon tersebut karena rindu,
hingga terdengar suara tangisannya. Dan (peristiwa) ini lebih luar biasa (dari mukjizat Nabi Isa)."
Dari kisah ini, setidaknya
kita mampu mengambil pelajaran yang sangat berharga, bahwa pohon pun rindu akan
bertemu Nabi, lantas apakah kita tidak merasa rindu untuk bertemu beliau meski
sekedar dalam mimpi?
0 Comments
Posting Komentar