Oleh Amir Syarifuddin
Khotib Al-Baghdadi mengatakan:
لا ينال
هذا العلم الا من عطل دكانه، و خرب بستانه، و هجر اخوانا، ومات أقرب أهله فلم ير
جناحته.
“Ilmu ini tidak akan didapat kecuali dengan menutup
tokonya, hancur kebunnya, meninggalkan saudara-saudaranya, dan meninggalnya
kerabat keluarga tanpa menyaksikan jasadnya."
Sulit ketika
mendengar ibu, ayah, ataupun
saudara kita wafat ketika kita jauh di luar negeri. Tak sanggup melihat untuk
terakhir kalinya dalam hidupnya. Seorang yang benar-benar kita cintai selama
ini, sudah lagi tiada waktu bersama. Meski sedetik pun. Lenyap, hilang, musnah semua
kenyataan dalam kebersamaan. Semua kini hanya terkenang.
Memang begitulah
hidup seorang tholabul ilmi "penuntut ilmu". Sudah terjadi pada ulama-ulama
terdahulu sebelum adanya kita. Mereka pun merasakan, letih dan betapa berat
jalan ini. Meninggalkan semua keadaan berkecukupan dan kenikmatan demi secarup
ilmu. Seolah-olah itulah ganti makanan lezat yang dahulu sempat terhidang.
Rasa pahit
dan getir hingga menetes air mata di
setiap sujud malam terakhir..
Mendoakan seorang
yang kita cintai dari kejauhan. Berderu air mata memohon meminta agar ia dan
dirinya selamat dan masuk ke dalam jannah-Nya untuk bersama kembali.
Hubungan darah
terkadang memang tidak akan kuat hingga menembus alam akhirat..
Akan tetapi
hubungan keimananlah yang nantinya akan mengekalkan kita untuk bersua bersama kembali membangun
istana di sisi Sang Rabb..
Begitulah jalan
para Anbiya.. Begitulah juga jalan para Sahabat, jalan para ulama dan fuqoha..
وَوَصَّىٰ
بِهَاۤ إِبۡرَ ٰهِـۧمُ بَنِیهِ وَیَعۡقُوبُ یَـٰبَنِیَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ
لَكُمُ ٱلدِّینَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
"Dan Ibrahim
mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. “Wahai
anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah
kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim."
Islam dan
keimananlah yang nantinya mesti kita tanamkan di dalam kehidupan kerabat
saudara kita nantinya agar kekal pertemuan kita dunia ataupun akhirat.
Islam dan imanlah
yang mesti kita terapkan bersama mereka..
Karena itulah
tanda kecintaan yang abadi di sisi Allah SWT.
Maka cintailah
mereka dengan segenap hati karena Allah, cintailah mereka karena engkau ingin pertemuan ini
tidak terpisah karena kematianya..
Pergilah,
Tuntaskan
keilmuanmu untuk menjadi seorang yang tahu kedudukan Rabb-mu, dengan ilmu-ilmu
syariat yang akan mengantarkanmu kepada doa yang akan terkabul di sisi Rabb-mu.
Hakikat seorang thalabul
ilmi..
Pantang sekali
menangis karena meninggalkan seorang yang kita cintai hanya karena keterikatan
ataupun kecintaan bukan karena Allah.
Imam Ibnu Qosim Al-Maliki, sempat mengatakan kepada istrinya yang
sedang mengandung si buah hati,
Bahwa ketika ia
hendak belajar dengan Imam Malik di Madinah dan akan meninggalkan ia dalam
keadaan tersebut, "Inginkah kau kuceraikan atau sabar menungguku hingga
selesai perjalanan menuntut ilmu ini?"
Berat, ketika
seorang istri dalam keadaan mengandung, dan ditinggal oleh seorang yang akan
menjadi ayah si buah hati nantinya. Namun begitu tidak inginya ia dicerai, ia sabar
menunggu dengan hati yang kuat.
Hingga setelah 20
tahun kemudian, ia disusul oleh anaknya yang sudah menjadi pemuda gagah,
seorang anak yang dahulu masih dalam kandungan ibunya ketika ditinggalkan oleh
ayahnya berkelana demi ilmu, Allahu akbar..
Sebuah kisah Nabi
Ibrahim Alaihissalam yang sangat masyhur pun sering kita
dengar. Ketika ia tinggalkan istrinya dan anaknya Ismail di padang pasir panas gersang dan jauh dari
perkampungan. Namun ia tetap melangkah maju ke depan tanpa menoleh kembali ke belakang.
Begitulah kuatnya
azzam para fuqoha', meniti jalan para Rasul dan anbiya.
Dikarenakan mereka
tahu, perjalanan thalabul
ilmi ini, bukanlah perjalanan yang dekat dan ringan. Namun perjalanan yang
begitu sangat panjang dan berat.
Wafatnya seorang kerabat, susah untuk berpisah dengan orang yang kita
cinta, pengorbanan semua yang kita sukai, semua kita tinggalkan, kembali jauh
berkenang, menetes air mata, hanya berlalu dengan doa semua tersampaikan. Di situlah salah satu
alasan ulama adalah pewaris para nabi, dimana semua hal itu telah mereka lalui.
Maka kuat-kuatlah wahai
penuntut ilmu!
0 Comments
Posting Komentar