Oleh Kautsar Ahmad Djalaluddin
Manusia Allah ciptakan dengan
berbagai macam emosi unik dan kompleks. Secara umum ada enam emosi dasar yakni
cinta, marah, sedih, malu, benci dan takut. Kali ini coba yuk kita bahas emosi
yang sering kali disalahpahami sebagian besar dari kita, emosi apakah itu?
Yap, marah. Emosi yang satu ini
acap kali diberi label negatif, orang marah adalah orang yang buruk dan tidak stabil.
Padahal marah adalah sunnatullah, semua manusia pasti merasakannya,
bahkan manusia terbaik di muka bumi ini saja Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam
juga pernah marah. Tapi yang membedakan terletak pada bagaimana cara menyikapi
kemarahan. Yuk coba pelajari emosi ini bareng-bareng biar kita tidak salah
paham lagi.
Marah adalah suatu kondisi emosi
yang intensitasnya bervariasi dari yang sesederhana teganggu dan kurang nyaman
sampai kemarahan yang intens. Seperti emosi-emosi yang lainnya, marah disertai
dengan perubahan fisiologis dan biologis seperti nafas yang tidak teratus,
tekanan darah meningkat serta jantung yang berdebar lebih kencang, bukan karena
ketemu gebetan loh ya. Karena marah adalah emosi yang sering muncul tentunya
kita tahu faktor apa saja yang menyebabkan kemarahan datang, ada faktor
eksternal seperti terjebak di kemacetan atau hal-hal diluar kendali kita. Juga
faktor internal seperti teringat masalah pribadi yang membuat frustrasi atau
khawatir dengan keluarga, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat memicu
berbagai emosi termasuk marah.
Menurut Arvan Pradiansyah, seorang
motivator nasional, leadership & happiness ada beberapa mitos dan
fakta mengenai marah, apa saja tuh? Check this out!
1. Mitos:
Marah adalah hal buruk, perbuatan setan
Fakta: Marah adalah emosi
positif yang penting, anugerah dari Allah sebuah peringatan bahwa ada sesuatu
kesalahan yang perlu diperbaiki.
2. Mitos:
Orang baik adalah mereka yang bisa menahan marah
Fakta: Marah bukan untuk
ditahan, tapi harus dikelola dan disalurkan dengan cara yang baik
3. Mitos:
Anger management hanya dibutuhkan untuk orang pemarah
Fakta: Semua orang butuh
belajar karena setiap orang berurusan dengan kemarahan setiap hari
4. Mitos:
Kita tidak perlu menunjukkan emosi, ketika sedang marah, sedih atau kecewa
Fakta: Ketika marah, katakan
saja agar tidak mengirimkan informasi yang salah kepada orang lain.
Nah sekarang, jika marah datang
apa yang harus kita lakukan? Nanan Nuraini seorang dosen psikologi di UNISBA
menyampaikan ada tiga hal yang perlu kita terapkan ketika marah datang, yaitu
identifikasi, terima, dan atasi.
Identifikasi, apa saja penyebab kemarahan
itu datang menghampiri? Kita bisa buat list apa-apa saja yang membuat marah
seperti misal ketika ruangan berantakan, target harian belum tercapai, atau
mungkin bagi ibu muda ketika anak tidak mau makan. Ada banyak sekali pemicu
kemarahan yang pastinya berbeda tiap orang, ketika kita tahu hal apa yang
membuat kita marah tentu kita akan mencoba agar hal-hal tersebut tidak terjadi
atau ketika tidak dapat dikendalikan dan hal tidak mengenakkan terjadi, tubuh
kita bisa memberi alarm bahwa kita sedang marah yang tentu saja tidak boleh
diabaikan.
Selanjutnya adalah menerima,
ketika jantung mulai berdebar dan nafas tidak teratur sampaikan kepada diri
bahwa: “Oh oke, aku lagi marah nih. Aku ga suka keadaan seperti ini”.
Hei tapi bukan berarti boleh meledak ya, cukup sampaikan dalam hati lalu kita
bisa pergi sebentar dari tempat kejadian, tarik nafas panjang dan jangan
melarang diri untuk marah, karena semakin sering menolak, marah akan
menggungung dan suatu saat dapat meletus dengan kemarahan luar biasa.
Marah butuh jeda untuk
menenangkan pikiran agar dapat berpikir jernih, otak tempat kita berpikir tidak
akan berfungsi secara maksimal karena didominasi oleh emosi sehingga keputusan
yang diambil ketika marah pasti bukan hal yang bijak. Saatnya mengatasi dan berdamai
dengan kemarahan, kita dianjurkan untuk berganti posisi. Jika marah datang saat
berdiri, kita bisa duduk, ketika duduk cobalah berbaring, akan tetapi jika
ingin damai segera datang, ambillah wudu dan dirikan salat karena ketika
mengingat Allah hati pasti akan menjadi tenang.
Kita sudah tahu bahwa marah tidak
boleh dipendam, tapi apakah boleh kita meluapkan kemarahan langsung kepada
seseorang yang membuat kita marah? Atau kita boleh melampiaskan kepada siapa
saja yang bahkan tidak bersalah? Tentu tidak, banyak sarana pelampiasan yang
lebih baik dan bijak kok! Kamu yang hobi menulis, tulis apapun yang ada di pikiranmu
sampai kamu merasa puas, buat yang suka berbicara, kamu bisa merekam semua
keluh kesah di handphone sampai lega, atau kamu yang suka banting-banting
pintu atau barang ketika marah, bagaimana kalau pukul bantal beserta foto orang
yang kau kesali lalu tinju sekuat tenaga, bisa juga disalurkan dengan menyikat
kamar mandi, membersihkan gudang, bahkan menguras kolam renang karena ketika
marah kita memiliki energi berlebih yang harus disalurkan dengan baik, jika
salah menyalurkan bisa jadi kita malah melukai orang lain. Oh iya satu lagi,
biasanya ketika marah ada orang yang suka menyakiti diri sendiri, sebenarnya
jika itu dilakukan sekali-kali dan jarang itu termasuk wajar, namun jika menjadi
kebiasaan itu tandanya kita butuh bantuan tenaga profesional seperti psikolog,
karena bisa jadi ada kesehatan mental yang terganggu.
Ketika semua energi berlebih
sudah tersalurkan dan perasaan menjadi lebih enteng dan tenang, kita bisa mulai
membicarakannya ketika itu memang marah yang dapat diungkapkan seperti kepada
teman ataupun anak. Dengan suasana hati yang sudah membaik, kita pasti bisa
memilih pilihan kata yang baik pula, menjelaskan alasan kemarahan serta saran jika
memang ada. Dan yang perlu diingat adalah, kita marah karena perilaku seseorang
bukan kepada pribadinya. Ketika marah yang tidak mungkin diungkapkan, kepada
orang yang disegani seperti dosen atau atasan di tempat bekerja, tidak masalah
jika marahmu tidak tersampaikan kepadanya, asal sudah disalurkan dan
dilampiaskan kepada hal-hal yang sudah dijelaskan di atas.
Wah gimana nih guys,
selama ini pemahaman kita mengenai marah sudah benar belum? Semoga setelah ini
kita tidak salah paham lagi dan bisa menerima marah dengan lebih baik. Karena orang
yang paling perkasa adalah orang yang bisa mengendalikan diri ketika marah,
maka kita harus terus belajar mengendalikan diri agar tidak mudah meledak
karena amarah. Ketika sedang marah diamlah, jika sudah mereda bicaralah. Marah
itu boleh dan wajar kok, yang tidak boleh itu adalah marah-marah! Hehe sekian,
semoga yang sedikit ini bermanfaat ya! Wallahu a’lam.
0 Comments
Posting Komentar