Ibu, apa kabar?
Syukur alhamdulillah aku baik-baik saja
Bu, maaf, Ramadan
kali ini aku masih belum bisa pulang juga
Sepertinya takdir
masih usil menguji kesabaran kita
Tapi, lihat saja,
siapa yang paling kuat, doa-doa kita atau mereka, para takdir dan waktu yang
selalu saja berusaha memisahkan kita
Ramadan tahun ini
sepertinya kita hanya bisa berbagi sahur melalu WhatsApp
Aku ingat dulu
sekali, ibu sudah bangun pagi lebih awal,
Bertabuhkan
genderang wajan dari dapur, berperang melawan kantuk, hanya untuk menyiapkan
sahur untuk ayah, kakak, dan aku
Padahal aku tahu, ibu lah yang tidur paling akhir setelah
tilawah selepas tarawih
Aku rindu ibu
yang memburuku untuk menghabiskan makan ketika sahur
Untuk sekarang
sih tidak perlu, toh kadang aku juga kelupaan sahur, bu
Tapi aku tetap
puasa seharian, menahan lapar dan haus
Karena aku anak
laki-laki ibu
Ibu, kalau aku
pulang nanti
Masak masakan
kesukaanku ya, yang ibu hidangkan setiap buka puasa
Dan yang selalu
ibu hangatkan setiap sahur, jangan lupa sesendok cintanya yang ibu campur
kedalamnya
Aku deh yang
bikin teh panas nya
Lalu kita
mengobrol bersama, melupakan rindu yang mungkin sudah babak belur dihajar
doa-doa kita
Bu, aku pun ingin
kalau pulang nanti
Ibu yang
membangunkan ku untuk sahur, seperti dulu-dulu lagi
Tuhan Yang Maha
Baik
Terima kasih Kau
sudah menciptakan manusia sebegitu hebatnya,
Ibuku yang tak
pernah lelah, bahkan tidak juga mengeluh
Yang selalu
menghilangkan resah, juga gelisah
Tuhan Yang Maha
Kasih
Kasihlah aku
beberapa Ramadan lagi
Supaya aku bisa
meneguk hangat sayang dari teh milik ibu
Supaya aku bisa
lebih berterima kasih, Kau sudah menciptakan manusia yang begitu sempurna
Ibu
Omdurman, 5 Mei
2020
Anak laki-laki
biasa, putra dari seorang ibu yang maha tulus
Faruq
0 Comments
Posting Komentar