Oleh Daffa
Randai*
----
Kita telah Berpisah, Mey (1)
Kita telah
berpisah, Mey.
Suatu hari, kita
mungkin
Akan kembali
hancur
Oleh bekas
kecupan
Yang tak sengaja
meluap
Dari ruang
ingatan.
Hari baru segera
tumbuh
Mungkin tanpa
Mengandung kita
di dalamnya.
Saat itu, kita
mungkin
Saling menuduh
Bahwa rindu ialah
muasal
Segala gaduh yang
terus
Membikin kita
gugup.
Akankah kita
menjadi kalah
Oleh perasaan
bersalah
Sebab telah penuh
sengaja
Meninggalkan
cinta
Yang tak lengkap
Di tubuh
kenangan?
Kita telah
berpisah, Mey.
Suatu hari, kita
mungkin
Akan menghabiskan
detik
Untuk menangis.
Menyesali kisah
panjang
Yang usai, yang
hari ini
Tak lagi sanggup
disentuh
Selain dalam
ingatan.
Berdukakah kita
dalam doa
Yang banjir air
mata
Ketika gerimis
tak reda
Menenggelamkan
kita
Di tengah
keinginan
Bisa kembali
bersama?
----
Kita telah
Berpisah, Mey (2)
Kita telah
berpisah, Mey.
Suatu hari,
mungkin kita
Akan terlahir
kembali
Untuk saling
bertemu
Dan mencintai
lagi.
Hati kita kembali
baru
Seperti bersih
dari luka
Seperti sudah
begitu siap
Dijadikan hunian.
Biarlah, Mey,
biar kueja
Sepasang matamu
yang dalam.
Di sana, biar
kukubur semua
Kebahagiaan yang
kerap
Tak berhasil
diungkap
Oleh kata-kata.
Temui aku, Mey
Temui sebelum
subuh tiba.
Sebab di ujung
tidur yang tenang
Telah kubangun
rumah
Berdinding warna
bunga
Yang tak
berbanding megahnya.
Kita telah
berpisah, Mey.
Suatu hari,
itulah keputusan
Yang tak putus
kita sesalkan.
Selain menguras
air mata
Adakah ritual
lain
Yang lebih aman
ditempuh
Untuk memohon
ampunan
Masa lalu yang
telah
Sampai pada batas
Masa tenggang?
Kita telah
berpisah, Mey.
Suatu hari,
itulah petaka
Yang tak mudah
kita usir
Keberadaannya
dari ingatan.
----
Kita telah
Berpisah, Mey (3)
Kita telah
berpisah, Mey.
Suatu hari,
apakah kita
Sanggup bertemu
Tanpa membenci?
Di ingatan orang
lain
Kita mungkin
abadi
Sebagai kekasih.
Lebih abadi dari
waktu
Dari keabadian
itu sendiri.
Tetapi, bukankah
itu
Jauh lebih perih?
Sebab detik ini
Kita telah
berpisah, Mey.
Tak ada yang
pantas dirayakan
Selain kesedihan
kita sendiri.
----
*Penulis adalah
alumnus mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta,
konsentrasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Presiden komunitas
Pura-Pura Penyair. Buku tunggal perdana: Rumah Kecil di Kepalamu (Purata
Publishing, 2018). E-mail: randaidaffa22@gmail.com, Instagram: @randaidaffa96,
Ponsel/WhatsApp: 0822-8245-2892.
0 Comments
Posting Komentar