Oleh Faruq Al-Quds
Ngomongin soal Covid-19 ini jujur, saya pribadi mulai bosan. Diam di rumah dan hanya mengkonsumsi berita-berita corona ternyata bisa membuat orang jengah. Grafik global yang terus-menerus naik, per-tanggal 4 Mei, pukul 1:59 CAT, kasus Covid-19 sudah menyentuh di angka 3.562.426 dengan angka kematian mencapai 248.101. Angka-angka tersebut tidak begitu menakutkan jika kita melihat jumlah angka pasien yang sembuh saat ini sekitar 1.153.071. Dari jumlah tersebut kita seharusnya bisa lebih tenang dan berpikir positif, bahwa pandemi ini bisa kita atasi bersama, membantu para pejuang garda terdepan yaitu para tenaga medis, dengan tetap diam di rumah jika tidak ada keperluan mendesak. Para ilmuwan di luar sana pun sedang berusaha menemukan vaksin untuk virus pandemi ini yang kabarnya paling cepat akan siap di pertengahan musim panas tahun depan.
Di tengah jengahnya berita-berita Covid-19,
ada hal lucu, beberapa waktu lalu seorang YouTuber yang cukup terkenal,
para pimpinannya smart people mengangkat sebuah tema yang menyatakan “corona
hanya sebuah konspirasi?”, ini cukup menarik karena yang diundang sebagai
narasumbernya adalah YoungLex. Emang si botak satu ini smart banget cari
sensasi publik wkwk. Meski dalam videonya kebanyakan obrolan yang kurang
penting, toh YoungLex juga mengatakan di akhir-akhir kalau itu cuma sebatas
prediksi dan khayalan, tapi dari video tersebut dalam seminggu waktu tayang
bisa menarik setidaknya 8,3 juta penonton. Dalam benak saya muncul pertanyaan, Apakah
semenarik itu teori konspirasi? Yang benarnya tidak pasti, bahkan bisa dibilang
halusinasi, dan penguatnya pun sekedar cocoklogi.
Hal yang lucu tidak berhenti sampai di channel
YouTube om Deddy, sekumpulan orang pengagum teori-teori bumi datar ikut
mengungkapkan pembenaran soal Covid-19 dan lockdown yang adalah sebuah konspirasi. Mereka
menyatakan bahwa Covid-19
adalah senjata biologis, virus yang dikembangkan dengan dimodifikasi genetiknya
alias virus bikinan lab buatan manusia. Benar adanya kalau Covid-19 adalah termasuk dari keluarga
virus corona. Vice.com menuliskan, sebuah artikel dalam jurnal Nature
yang terbit akhir Maret lalu menyebutkan, para ilmuwan telah berhasil
mempelajari struktur Covid-19 berdasarkan fitur genomika (cabang ilmu biologi
multidisiplin yang mempelajari DNA).
Covid-19 merupakan anggota ketujuh dari
keluarga coronavirus dan merupakan ‘saudara’ dari SARS-CoV, MERS-CoV,
HKU1, NL63, OC43, dan 229E. SARS-CoV pertama kali menginfeksi manusia pada
wabah 2003 yang pertama muncul di Guangdong, Tiongkok. “SARS-CoV-2 tidak
berasal dari pengembangan virus-virus terdahulu,” demikian kutipan kesimpulan
dari kajian tersebut. “Analisis kami dengan jelas menunjukan bahwa SARS-CoV-2
tidak dibuat di laboratorium atau dengan sengaja diciptakan.”
Salah satu tim peneliti, Robert Garry dari
Tulane University School of Medicine, mengatakan virus tersebut berasal dari kelelawar
jenis tertentu yang terkombinasi dengan virus dari hewan lain, kemungkinan
trenggiling. Covid-19 kemungkinan telah berevolusi dalam waktu yang panjang di
dalam HP tubuh hewan atau manusia, sebelum mengalami mutasi kecil yang
memungkinkan tersebar secara cepat. “Kita tau bahwa asal virus ini ‘SARS-CoV-2’
berbeda dari semua jenis virus SARS terdahulu. Ini bukan senjata biologis.
Tidak ada yang menciptakan ini di laboratorium. Ini adalah murni hasil kerja
alam.” lanjut Robert.
Para pengagum teori konspirasi tidak
berhenti sampai di situ, mereka mengungkapkan bahwa virus ini sengaja dibuat
oleh para elit global, salah satunya Bill Gates. Agar ketika nanti pandemi ini
terjadi, negara-negara yang ada menyiapkan dana yang lebih dibawah kendali
mereka, ’maksudnya Bill Gates’. Padahal, apa yang dikampanyekan Bill Gates
melalui TED Talk pada tahun 2015 adalah ketidak siapannya global jika terjadi
pandemi seperti sebelumnya. Sebenernya, dalam kampanyenya Bill Gates itu lagi ‘ngide’
ingin mengajak para investor untuk lebih ber’investasi’ di bidang pendidikan
dan kesehatan. Dan ide tersebut baik dan bagus untuk kepentingan global, dan
bukan sekedar alasan ingin memperkaya diri sendiri (Bill Gates khususnya).
Saya gatau pastinya, mereka para
pengagum konspirasi ini sudah melakukan usaha dalam bentuk apa untuk menangkal
laju Covid-19 ini selain dengan teori-teori halu mereka, yang jelas,
Bill Gates yang mereka tuduh-tuduh itu, sudah menyumbangkan 250juta USD untuk
pengembangan vaksin Covid-19.
Teori konspirasi yang nggak kalah halu-nya,
mereka menyatakan bahwa kalau Covid-19 ini menyebar melalui jaringan 5G. Mereka juga mengatakan kalau 5G
itu bisa menghancurkan imunitas tubuh. Teori-teori tersebut jelas terpatahkan,
karena jaringan 5G bertransmisi lewat gelombang radio non ion yang tidak
merusak sel-sel tubuh dan Covid-19
sudah jelas-jelas menjangkiti negara yang belum memiliki teknologi 5G.
Teori-teori halu bikinan mereka ini
yang bertemakan konspirasi, termasuk video om smart people yang mendapat
banyak perhatian dari warga net, kenapa hal-hal yang berbau konspirasi ini,
banyak peminatnya, apalagi di tengah-tengah kepanikan pandemi sekarang ini. Asumsi.co
lewat video YouTubenya menjelaskan, menurut ahli psikologi Jan-Willem van
Prooijen, saat ada perubahan dalam hidup seseorang, kehilangan pekerjaan atau
karena bencana alam orang punya dorongan untuk mencari tau apa yang sebenarnya
terjadi, dan ada tendensi untuk berasumsi buruk. Itulah mengapa teori-teori
konspirasi masih laku di kalangan khalayak awam.
Lalu, apakah ada efek negatif dari teori-teori
konspirasi tersebut? Teori konspirasi berbahaya dan bisa mengancam hidup orang
lain. Masih dari Asumsi.co, yang saya baca, anggapan virus menyebar
lewat 5G menyebabkan puluhan menara BTS di Inggris dibakar. Target
misinformasi, seperti Bill Gates, kerap mendapat ancaman pembunuhan. Informasi
palsu juga bikin orang salah langkah dan memperparah krisis kesehatan. Ada
orang yang menolak dikarantina karena takut dipasangi mikrochip buatan Amerika.
Ini udah kelewatan.
Sedalam-dalamnya teori konspirasi dipelajari, itu
hanya sebatas asal-usul virus tersebut. Di masa sekarang ini, musuhnya sudah
ada, sudah muncul di permukaan. Dari pada effort kita terbuang untuk
saling tuduh dan mencari hal-hal yang sifatnya halu, lebih baik
usaha-usaha kita lebih difokuskan untuk menangani orang-orang yang sudah
terkena dampaknya. Kalo pun teori-teori itu ’mendekati’ kata ‘benar’ pun yang
seperti itu ga bisa langsung menyembuhkan yang sakit, atau menghidupkan yang
mati. Oh iya, satu lagi, kurang-kurangin nonton yang ‘begitu’, lama-lama
bisa nurunin IQ wkwk.
Ngomongin soal Covid-19 ini jujur, saya pribadi mulai bosan. Diam di rumah dan hanya mengkonsumsi berita-berita corona ternyata bisa membuat orang jengah. Grafik global yang terus-menerus naik, per-tanggal 4 Mei, pukul 1:59 CAT, kasus Covid-19 sudah menyentuh di angka 3.562.426 dengan angka kematian mencapai 248.101. Angka-angka tersebut tidak begitu menakutkan jika kita melihat jumlah angka pasien yang sembuh saat ini sekitar 1.153.071. Dari jumlah tersebut kita seharusnya bisa lebih tenang dan berpikir positif, bahwa pandemi ini bisa kita atasi bersama, membantu para pejuang garda terdepan yaitu para tenaga medis, dengan tetap diam di rumah jika tidak ada keperluan mendesak. Para ilmuwan di luar sana pun sedang berusaha menemukan vaksin untuk virus pandemi ini yang kabarnya paling cepat akan siap di pertengahan musim panas tahun depan.
0 Comments
Posting Komentar