![]() |
Sumber: National Geographic |
Kecantikan menjadi salah satu topik yang tak habis
diperbincangkan oleh semua kalangan baik tua maupun muda. Banyak dari kaum
wanita sendiri melakukan pelbagai cara agar dapat tampil menarik dan
meningkatkan kepercayaan diri mereka. Standar kecantikan pun terbentuk di
kalangan sosial masyarakat, seperti seseorang akan dikatakan cantik apabila
memiliki kulit putih dan hidung mancung. Tapi siapa sangka, di negara Sudan,
mereka menetapkan tanda kecantikan dengan tradisi yang tidak pada umumnya.
Seperti apakah kecantikan menurut perspektif mereka?
Wilayah Sudan terbagi menjadi wilayah Sudan Utara dan Sudan
Selatan. Tradisi kecantikan ini dimiliki oleh suku Dinka yang terletak di Sudan
Selatan. Mereka menyebutnya dengan tradisi syulukh (شلخ ) yang artinya memotong. Dalam beberapa momen,
penulis sendiri pernah menjumpai seorang pedagang wanita yang sedang berjualan
di pasar dan di wajahnya terdapat garis sayatan luka yang membekas. Terkesan creepy,
tapi begitulah budaya yang ada. Garis luka yang diduga berasal dari sayatan
benda tajam saja atau sejenisnya
ternyata tidak benar. Mereka menggunakan cara yang terbilang cukup
ekstrim dengan menyayat wajah mereka dengan pisau yang sudah dibakar sampai
panas di wajah mereka beberapa menit sehingga menimbulkan bekas yang cukup
dalam. Uh, kebayang betapa sakitnya ya guys.
Setiap suku tentu memiliki alasan tersendiri mengenai budaya
yang diterapkannya. Mungkin bagi suku Dinka, konsep kecantikan dan kedewasaan
akan didapat ketika berhasil melewati prosesi tersebut. Budaya yang biasanya
dilahirkan secara turun temurun ini pasti akan susah apabila dihilangkan begitu
saja, jadi bagi mereka yang tetap mengikuti ritual nenek moyang dianggap loyal
dan memiliki cinta yang besar terhadap sukunya.
Sebagai manusia yang memiliki jiwa toleransi yang tinggi,
tidak sepantasnya kita menganggap remeh kepada setiap budaya yang ada. Bahkan
di negeri kita sendiri (Indonesia) memiliki ragam budaya yang tidak terhitung
jumlahnya. Demikianlah yang menjadikan negara kita dikenal di seluruh penjuru
dunia.
Mengutip perkataan dari Maisie Junardy, penulis Man’s
Defender, beliau mengatakan bahwa: “Mengenalkan dan mempertahankan budaya
itu penting, supaya manusia bisa mengenal dirinya sendiri dan bisa lebih saling
menghargai, dan sebagainya”.
Jadi budaya bukanlah perihal sesuatu yang kuno atau
ketinggalan zaman, tapi seiring dengan perubahan dan pertumbuhan dunia, budaya
akan tetap terus berkembang sebagimana bentuknya.
Oleh: Amanda Dheazeta Sugandi
5 Comments
Terjawab sudah penasaranku selama ini
BalasHapusBaru tahu, ada tradisi seperti itu.
BalasHapusTerimakasih atas ilmunya.
☺️
Alhamdulillah tambah wawasan
BalasHapusAda yanga mengatakan, sayatan itu dilakukan sejak mereka masih bayi, laki-laki dan perempuannya. Untuk memberi tanda kalau mereka dari kabilah tertentu. Maka sayatannya pun terkadang terlihat berbeda-beda, ada yang satu, dua, bahkan tiga sayatan.
BalasHapusbaru nemu ini
BalasHapusPosting Komentar