![]() |
Sumber: National Geographic |
Yuk, kita
simak bagaimana suasana Ramadan di berbagai belahan bumi Eropa.
1. Hungaria
Mayoritas
perayaan Ramadan di benua Eropa tidak seramai bagi mereka yang tinggal di benua
Asia. Negara yang terkenal dengan kota spa (baca: Budapest) ini ternyata
memiliki jangka waktu puasa yang cukup lama, yaitu 21 jam. Sebagai tambahan
informasi, durasi puasa di Eropa berbeda setiap tahunnya, dikarenakan Ramadan
jatuh pada musim yang berbeda. Pada musim panas matahari terbenam hampir jam 10
malam, sehingga mereka hanya memiliki sisa waktu kurang lebih 4 jam untuk
berbuka puasa dan melaksanakan ibadah malam, yang kemudian dilanjutkan dengan
sahur. Tetapi apabila Ramadan jatuh pada musim dingin, pukul 4 sore langit
sudah beranjak gelap. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap lamanya waktu puasa.
Di Hungaria
sendiri, jumlah umat muslim tidak mencapai angka 6.000 jiwa. Mereka hidup rukun
bersama komunitas maupun keluarganya. Masyarakat setempat juga menerapkan
toleransi antar umat beragama. Bahkan, di Gereja St. John, di tengah kota
Brussels, untuk menandai datangnya bulan suci umat Islam, para pemeluk agama
Kristen, Yahudi, dan Islam bersatu mengadakan acara bersama. Berkenaan dengan Covid-19,
pelaksanaan aturan lockdown di Hungaria tidak jauh beda dengan
Indonesia. Pasar masih dibuka dan transportasi umum pun masih beroperasi.
2. Jerman
Durasi puasa
di Negeri Nazi ini berada di angka 18 jam. Jumlah umat muslim di negara
tersebut mencapai 4,7 juta orang. Perlu diketahui, Jerman menempati posisi
kedua sebagai negara dengan jumlah muslim terbanyak di benua Eropa. Kebanyakan
dari mereka adalah berkebangsaan Turki.
Di daerah
Bandar Kempten, Jerman Selatan, mereka memilik tiga buah masjid yang
diperuntukkan khusus umat muslim. Bahkan baru-baru ini, adzan telah
dikumandangkan secara resmi lewat pengeras suara di kota Muenchen. Hal ini
semakin menambah haru suasana Ramadan yang terasa semakin nyata. Jika dulu
berbagai tempat ibadah dilarang menggunakan loudspeaker, sekarang
kenyataan sudah berbalik. Ketika masa Ramadan sedang berlangsung, umat muslim
di sana kerap mengadakan pasar halal guna memenuhi kebutuhan selama berpuasa.
Betapa indah dan menyenangkan ya, sobat.
3. Finlandia
Negara yang
menempati urutan pertama dalam pendidikan yang berkemajuan ini ternyata juga
memiliki umat Islam didalamnya. Meskipun tergolong agama minoritas dengan
pengikut sekitar 50 ribu-60 ribu jiwa, mereka tetap bisa beribadah dengan
leluasa. Durasi puasa di negara paling bahagia ini adalah 20 jam. Karena
letaknya yang berada di utara khatulistiwa, ketika Ramadan jatuh pada musim
panas, maka ia akan mendapat sinar matahari lebih lama. Terlebih lagi ketika
mendekati midsummer, maka durasi benar-benar akan sangat lama. Namun
jika Ramadan jatuh bertepatan dengan musim dingin, durasi puasa akan sangat
lebih pendek dari negara lain, berkisar antara 4-5 jam saja. Finlandia bagian utara
mendapat jatah waktu puasa lebih lama daripada Finlandia bagian selatan.
Dikarenakan
sisa waktu yang mereka dapatkan sangat sedikit, maka umat muslim di negara
tersebut jarang melaksanakan salat tarawih. Acara buka puasa saja sudah
mendekati pukul 11 malam. Sangat sulit jika ingin mengadakan acara buka bersama
di luar dikarenakan waktu sudah begitu larut. Yang pasti, ibadah khusus bulan
Ramadan ini tetap mereka sambut dengan antusias dan berharap segala letih akan
berganti dengan pahala yang tiada taranya.
4. Norwegia
Negara yang
menjadi salah satu penghasil minyak terbesar di dunia ini memiliki sekitar 5,7
persen umat muslim dari total jumlah warga negaranya. Dengan durasi puasa yang
lama yaitu 20 jam, tidak menyurutkan semangat kaum muslimin untuk tetap
menunaikan ibadah puasa. Hanya saja sangat disayangkan bahwa di Norwegia sangat susah menemukan street-food
atau pedagang yang menjual makanannya di sepanjang jalan. Jadi ketika waktu
berbuka puasa telah tiba, umat muslim hanya bisa berbuka di rumah saja atau di
restauran 24 jam. Masyarakat setempat juga menerapkan sikap saling menghormati
antar umat beragama, jadi umat muslim bisa tetap eksis dengan aksesoris
hijabnya dan tetap tenang menjalankan ibadah selama Ramadan.
Demikian
beberapa situasi Ramadan di berbagai negara benua Eropa. Kita yang mendapatkan
durasi waktu puasa lebih sebentar dibandingkan mereka hendaknya tetap semangat
dan produktif dalam beribadah di bulan suci ini. Terlepas dari pandemi yang
mengharuskan kita tetap tinggal di rumah saja, tidak lantas membuat kita malas
atau menghabiskan waktu dengan hanya rebahan atau meneruskan serial drama. Umat
muslim di dunia masing-masing dari mereka tentu memiliki tantangan ibadah, lalu
sudahkah kita menghadapi tantangan yang ada dengan menjadi hamba yang patuh
terhadap segala putusan-Nya?
0 Comments
Posting Komentar