Ramadan Epik di Benua Eropa

Sumber: National Geographic
Hi, sobat El-Nilein. Bulan Ramadan adalah bulan yang paling dinanti kedatangannya oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Bulan di mana kita melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh, kemudian salat tarawih dan juga sahur, menjadikan bulan ini memiliki ruang spesial di setiap tahunnya. Ramadan tidak hanya disambut di Indonesia atau negeri jiran saja, tetapi saudara muslim kita di Eropa juga merayakannya. Walaupun jumlah mereka terbilang sedikit, mereka tetap tidak ingin melepas momen berharga Ramadan begitu saja. Ditambah adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang disebabkan pandemi Covid-19 yang mewabah hampir di berbagai wilayah dunia, Ramadan tahun ini menyajikan kondisi  yang sedikit berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
 
Yuk, kita simak bagaimana suasana Ramadan di berbagai belahan bumi Eropa.

1. Hungaria
 
Mayoritas perayaan Ramadan di benua Eropa tidak seramai bagi mereka yang tinggal di benua Asia. Negara yang terkenal dengan kota spa (baca: Budapest) ini ternyata memiliki jangka waktu puasa yang cukup lama, yaitu 21 jam. Sebagai tambahan informasi, durasi puasa di Eropa berbeda setiap tahunnya, dikarenakan Ramadan jatuh pada musim yang berbeda. Pada musim panas matahari terbenam hampir jam 10 malam, sehingga mereka hanya memiliki sisa waktu kurang lebih 4 jam untuk berbuka puasa dan melaksanakan ibadah malam, yang kemudian dilanjutkan dengan sahur. Tetapi apabila Ramadan jatuh pada musim dingin, pukul 4 sore langit sudah beranjak  gelap. Hal ini sangat berpengaruh terhadap lamanya waktu puasa.

Di Hungaria sendiri, jumlah umat muslim tidak mencapai angka 6.000 jiwa. Mereka hidup rukun bersama komunitas maupun keluarganya. Masyarakat setempat juga menerapkan toleransi antar umat beragama. Bahkan, di Gereja St. John, di tengah kota Brussels, untuk menandai datangnya bulan suci umat Islam, para pemeluk agama Kristen, Yahudi, dan Islam bersatu mengadakan acara bersama. Berkenaan dengan Covid-19, pelaksanaan aturan lockdown di Hungaria tidak jauh beda dengan Indonesia. Pasar masih dibuka dan transportasi umum pun masih beroperasi.

2. Jerman
 
Durasi puasa di Negeri Nazi ini berada di angka 18 jam. Jumlah umat muslim di negara tersebut mencapai 4,7 juta orang. Perlu diketahui, Jerman menempati posisi kedua sebagai negara dengan jumlah muslim terbanyak di benua Eropa. Kebanyakan dari mereka adalah berkebangsaan Turki. 

Di daerah Bandar Kempten, Jerman Selatan, mereka memilik tiga buah masjid yang diperuntukkan khusus umat muslim. Bahkan baru-baru ini, adzan telah dikumandangkan secara resmi lewat pengeras suara di kota Muenchen. Hal ini semakin menambah haru suasana Ramadan yang terasa semakin nyata. Jika dulu berbagai tempat ibadah dilarang menggunakan loudspeaker, sekarang kenyataan sudah berbalik. Ketika masa Ramadan sedang berlangsung, umat muslim di sana kerap mengadakan pasar halal guna memenuhi kebutuhan selama berpuasa. Betapa indah dan menyenangkan ya, sobat.

3. Finlandia

Negara yang menempati urutan pertama dalam pendidikan yang berkemajuan ini ternyata juga memiliki umat Islam didalamnya. Meskipun tergolong agama minoritas dengan pengikut sekitar 50 ribu-60 ribu jiwa, mereka tetap bisa beribadah dengan leluasa. Durasi puasa di negara paling bahagia ini adalah 20 jam. Karena letaknya yang berada di utara khatulistiwa, ketika Ramadan jatuh pada musim panas, maka ia akan mendapat sinar matahari lebih lama. Terlebih lagi ketika mendekati midsummer, maka durasi benar-benar akan sangat lama. Namun jika Ramadan jatuh bertepatan dengan musim dingin, durasi puasa akan sangat lebih pendek dari negara lain, berkisar antara 4-5 jam saja. Finlandia bagian utara mendapat jatah waktu puasa lebih lama daripada Finlandia bagian selatan.

Dikarenakan sisa waktu yang mereka dapatkan sangat sedikit, maka umat muslim di negara tersebut jarang melaksanakan salat tarawih. Acara buka puasa saja sudah mendekati pukul 11 malam. Sangat sulit jika ingin mengadakan acara buka bersama di luar dikarenakan waktu sudah begitu larut. Yang pasti, ibadah khusus bulan Ramadan ini tetap mereka sambut dengan antusias dan berharap segala letih akan berganti dengan pahala yang tiada taranya.

4. Norwegia

Negara yang menjadi salah satu penghasil minyak terbesar di dunia ini memiliki sekitar 5,7 persen umat muslim dari total jumlah warga negaranya. Dengan durasi puasa yang lama yaitu 20 jam, tidak menyurutkan semangat kaum muslimin untuk tetap menunaikan ibadah puasa. Hanya saja sangat disayangkan  bahwa di Norwegia sangat susah menemukan street-food atau pedagang yang menjual makanannya di sepanjang jalan. Jadi ketika waktu berbuka puasa telah tiba, umat muslim hanya bisa berbuka di rumah saja atau di restauran 24 jam. Masyarakat setempat juga menerapkan sikap saling menghormati antar umat beragama, jadi umat muslim bisa tetap eksis dengan aksesoris hijabnya dan tetap tenang menjalankan ibadah selama Ramadan.

Demikian beberapa situasi Ramadan di berbagai negara benua Eropa. Kita yang mendapatkan durasi waktu puasa lebih sebentar dibandingkan mereka hendaknya tetap semangat dan produktif dalam beribadah di bulan suci ini. Terlepas dari pandemi yang mengharuskan kita tetap tinggal di rumah saja, tidak lantas membuat kita malas atau menghabiskan waktu dengan hanya rebahan atau meneruskan serial drama. Umat muslim di dunia masing-masing dari mereka tentu memiliki tantangan ibadah, lalu sudahkah kita menghadapi tantangan yang ada dengan menjadi hamba yang patuh terhadap segala putusan-Nya?

Oleh: Amanda Dheazeta Sugandi

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak