Melihat Lebih Dekat Fenomena Cocoklogi Dalam Islam


Sumber: republika.com/pulsk.com


Ya Allah, semoga Engkau hanya sedang ingin memperlihatkan kuasa-Mu lewat tanda-tanda kiamat yang Engkau munculkan di 2020 ini, seperti dentuman Gunung Krakatau. Sesungguhnya kami adalah milik-Mu dan jika Engkau berkehendak maka kembalilah kami kepada-Mu

Begitulah cuitan salah satu warga Twitter ketika berita mengenai erupsi Gunung Krakatau beredar. Tweet yang berasal dari pemilik akun @ShofiyaNahliya ini kontan menuai banyak tanggapan. Ada yang berpendapat bahwa opininya tentang bencana saat ini terlalu berlebihan, tapi tak sedikit pula yang ternyata menyetujui pernyataannya. Ditambah persoalan mengenai Corona yang belum ada ujungnya, tahun 2020 ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat kita. Pertanyaan-pertanyaan seperti: apa benar dunia saat ini sedang menuju ambang kehancuran, apakah lockdown adalah simulasi ketika nanti peristiwa dukhon datang, atau akankah kiamat akan terjadi dekat-dekat ini, berseliweran di platform media sosial. Lalu, apa hubungan ini semua dengan teori cocoklogi?

Perlu kita ketahui, cocoklogi adalah sebuah pemikiran yang mengaitkan suatu kejadian yang satu dengan kejadian yang lain. Pembahasan ini sempat tren dibicarakan oleh banyak orang, termasuk para ustadz kondang. Telah beredar video kajian yang diisi oleh Habib Husein bin Hasyim bin Thoha Baagil dimana beliau menyinggung jauh-jauh hari prediksi mengenai Corona beserta anjuran untuk tetap tinggal dirumah, dan juga penutupan majelis taklim serta perkumpulan jemaah lainnya. Dalam video tersebut, sang Habib juga mengulang fatwa soal baiatul kubro. Beliau menegaskan bahwa apa yang disampaikan dalam ceramahnya akan terjadi. Dan benar saja, kondisi sekarang menjadi bukti kebenaran ucapannya, seperti larangan keluar rumah dan sepinya Ka’bah.  

Hal ini menimbulkan berbagai penafsiran atas ucapan seseorang terhadap terjadinya suatu peristiwa. Masyarakat yang awam akan sangat mudah percaya apabila seorang ‘alim mengatakan bahwa tahun 2020 ini tanda-tanda kiamat sudah tampak dan kedatangannya tidak membutuhkan waktu yang lama. Ditambah banyaknya berita-berita serta video tentang keadaan dunia saat ini, akan menumbuhkan rasa panik serta mudahnya mereka menelan informasi yang disajikan oleh media yang terkadang memberikan liputan secara dramatis. Acapkali mereka tidak menelaah darimana sumber berita itu didapat, akibatnya semakin banyak kabar hoax tersebar ditengah-tengah kita.

Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc. MA mengatakan bahwa kita bisa memastikan tanda-tanda kiamat apabila sudah ada dalilnya. Seperti jikalau perkara sudah diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat. Dan diantara tanda-tandanya, jika kamu melihat para penggembala kambing tidak memakai alas kaki, lalu mereka saling berlomba-lomba meninggikan bangunannya. Kita sudah bisa melihat bahwa ini semua telah terjadi, Arab Badui yang dulu tidak memiliki apa-apa, sekarang sedang membangun gedung-gedung pencakar langit (baca: Dubai).

Ada lagi yang mengatakan bahwa dulu ketika ISIS muncul dengan identitas bendera hitam, mereka beranggapan itulah pasukan Imam Mahdi. Sampai disini kita bisa menyimpulkan bahwa jangan hanya karena kesamaan ciri yang sedikit, lantas bisa diabsahkan kesahihannya

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-A’raf : 187 yang artinya:

“Mereka bertanya kepadamu tentang kiamat “Kapankah terjadinya?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Rabb-ku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.””

Kemudian sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: “Segeralah beramal baik sebelum terjadi enam tanda kiamat, yaitu matahari terbit dari arah ia terbenam, munculnya dajjal, asap tebal, satwa melata yang dapat berbicara, petaka (kematian spesifik) perorangan, dan petaka umum (kiamat besar).” HR. Ahmad

Allah dan Rasul-Nya sendiri sudah menjelaskan perkara kiamat beserta tanda-tandanya. Hanya saja kebanyakan dari kita sering mengambil pemahaman sendiri menurut cara berpikir masing-masing. Selagi tidak berniat untuk menyebarkan kebohongan atau membuat isu yang dapat memecah belah serta menimbulkan kepanikan, kita boleh saja melakukan tafakkur ataupun tadabbur perihal hari kiamat.

Yang perlu kita garis bawahi adalah bahwa segala perkara pasti memiliki ilmu yang mendasarinya. Jadi, tetaplah berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman kita semua dalam mengkaji setiap peristiwa.

Wallahu a’lam bisshawab

Oleh: Amanda Dheazeta Sugandi (Mahasiswi International University of Africa)

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak