Di suatu tempat, sebelum di ujung sungai
sana. Sebuah jembatan coklat abu-abu yang terbuat dari batu dan kayu, sangat
indah bentuknya, memanjakan mata siapa saja. Angin sejuk sepoi-sepoi tidak
pernah berhenti bertiup di atas jembatan sana. Air sungai di bawahnya pun
jernih, jika seseorang meminum air itu, konon cerita hidupnya akan dipenuhi
dengan segala kebaikan, umurnya akan panjang. Sebenarnya banyak cerita tentang
jembatan coklat abu-abu itu. Konon katanya, saat senja sempurna jingga
keemasan, sungai di bawahnya pun ikut berubah, bagai pita jingga keemasan yang
terjulur panjang karena matahari terbenam di sisi yang satunya.
Konon cerita pula, saat senja sempurna
jingga keemasan, dari atas jembatan kau bisa melihat kereta senja yang terbang
di atas awan, di kanan kirinya banyak ikan pari mengepak seperti burung.
Warnanya pun elok, biru atasnya dan putih bawanya, dari siripnya seperti
memercikkan butiran emas yang
mengkilap. Tapi, bukan itu yang paling dicari para turis pengunjung jembatan
coklat abu-abu. Jembatan ini tidak hanya cantik dan indah kala senja saja,
melainkan dari pagi sampai pagi lagi. Keelokannya selalu ada setiap waktu.
Kunang-kunang bulan. Itulah yang banyak para turis cari. Kunang-kunang tersebut hanya muncul ketika ada orang meninggal bertepatan dengan bulan purnama. Masyarakat sekitar percaya, jika ada orang mati saat malam bulan purnama, di jembatan coklat abu-abu akan berterbangan kunang-kunang di situ. Ada yang bilang itu adalah wujud dari si mayit, jumlahnya dua puluh sebanyak jari si mayit. Ada pula yang percaya kalo itu adalah para malaikat yang akan mengantar si mayit sampai ke alam baka sana. Bila si mayit adalah orang saleh, maka kunang-kunang yang muncul adalah kunang-kunang yang begitu indahnya, kelipnya warna-warni seperti bintang di langit, bahkan warna yang belum pernah kau lihat pun ada di sana
Tapi bila si mayit adalah pendosa yang
berat, mati dalam keadaan bejat. Kunang-kunang yang muncul adalah kunang-kunang
hitam. Hitamnya legam, seram, lebih pekat dari gelap malam tanpa bulan bintang.
Cahaya bulan sekalipun lenyap bersamaan munculnya kunang-kunang tersebut
Kunang-kunang bulan keluar dari dasar
sungai yang mengalir di bawah jembatan coklat abu-abu. Terbang ke atas
jembatan, seperti ingin menggapai bulan. Seperti ruh yang ingin segera mencapai
Nirwana. Tapi, berbeda cerita bila kunang-kunang bulan yang muncul adalah
kunang-kunang hitam. Ia muncul seperti ingin menutup bulan. Seperti ruh yang
tidak ingin masuk ke dalam samsara
Aku dengar cerita dari Kakek Liom, orang yang rumahnya paling
dekat dengan jembatan coklat abu-abu, kalau jembatan tersebut dibangun dari doa
dan air mata seorang pelacur yang tobat. Kata Kakek Liom, batu
yang menyusun jembatan coklat abu-abu adalah air mata dari sang pelacur. Kayu
penyusun jembatan coklat abu-abu adalah kuku-kuku dan gigi dari sang pelacur
yang ditanam di dalam tanah yang akhirnya tumbuhlah pohon besar menjulang ke
langit. Kakek Liom melanjutkan, syarat diterimanya tobat dari si pelacur adalah ia membangun jembatan
dari bahan-bahan tersebut sendirian. Setelah ia membangun jembatan itu
sendirian selama 20 bulan tanpa tidur semalam pun, ia pun meninggal. Tuhan
melihat semuanya. Ia terima tobatnya. Si pelacur berubah menjadi kunang-kunang bulan yang begitu cantiknya.
Ia terbang menuju bulan, nirwana
di mana Tuhan sedang duduk menantinya
Nuka, nama gadis itu. Gadis yang membangun
jembatan dengan air mata dan doanya. Tuhan pun melihat semuanya. Ia menerima tobatnya. Ia jadikan Nuka sebagai mempelai
purnama. Yang dulunya paling banyak noda, kini bersenang ria sorai di dalam
nirwana
Malam ini malam purnama. Aku sengaja
datang kemari, ingin melihat kunang-kunang bulan. Tapi, aku lupa, syarat
kunang-kunang bulan itu muncul adalah nyawa orang saleh. Ah, apa aku boleh
berharap ada orang saleh mati hari ini? Tuhan, tidak maukah kau mengabulkan
harapku malam ini?
Omdurman, 8 April 2020
Faruq Al Quds
![]() |
Sumber: pampamcuapcuap.wordpress.com |
Kunang-kunang bulan. Itulah yang banyak para turis cari. Kunang-kunang tersebut hanya muncul ketika ada orang meninggal bertepatan dengan bulan purnama. Masyarakat sekitar percaya, jika ada orang mati saat malam bulan purnama, di jembatan coklat abu-abu akan berterbangan kunang-kunang di situ. Ada yang bilang itu adalah wujud dari si mayit, jumlahnya dua puluh sebanyak jari si mayit. Ada pula yang percaya kalo itu adalah para malaikat yang akan mengantar si mayit sampai ke alam baka sana. Bila si mayit adalah orang saleh, maka kunang-kunang yang muncul adalah kunang-kunang yang begitu indahnya, kelipnya warna-warni seperti bintang di langit, bahkan warna yang belum pernah kau lihat pun ada di sana
Dari tempat senja kembali pulang
Tempat bulan tak mau terbenam
Tempat pagi yang selalu membawa biru
1 Comments
Oh, pelacur yang menjelma jadi kunang² cantik itu bentuk ampunan tuhan berwujud nyata .
BalasHapusTapi sepertinya hal ini hanya buah khayal dan hidup dalam khayalan.
Mantab, imajinasi refleksi dongeng .
Sepotong senja untuk pacarku😁💕
Posting Komentar