Dalam suatu kisah, tersebutlah di
sebuah masjid, seorang pria menyendiri di salah satu pojokan masjid setelah dia
melaksanakan shalat dua rakaat dan dilanjutkan dengan istighasah kepada
Allah SWT, dimulainya ketika namanya jatuh dalam undian untuk memenuhi hajat
dari rombongannya agar melaksanakan beban-beban berdasarkan undian tersebut.
Setelah menghibur diri dengan
sholatnya kemudian ia mau beranjak pulang, tiba-tiba seorang pemuda masuk ke
dalam masjid.
Pemuda itu berkata, "Mana Al-Hasan
bin Sufyan?
Ia menjawab, "Aku."
Kemudian pemuda berkata, "Amir Thulun menyampaikan
salam kepada engkau. Dia memohon maaf karena membiarkan engkau, Ini 100 dinar
untuk masing-masing sahabat engkau.
Ia tertegun mendengar hal itu.
Namanya Al-Hasan bin Sufyan, seorang
ahli hadis dari Khurasan dan dia wafat tahun 303 Hijriyah. Peristiwa itu terjadi ketika ia
melakukan rihlah (perjalanan) untuk mencari hadis bersama dengan kawan-kawannya
di Mesir.
Di tengah perjalanan, ternyata rombongan mendapati keadaan yang sangat sulit, sehingga
terpaksa tinggal selama 3 hari dengan tidak makan apa-apa. Mereka juga tidak
memiliki harta benda yang dapat dijual untuk membeli keperluan berupa bahan
makanan.
Namun dalam keadaan yang menyiksa
seperti itu tidak lantas memaksa mereka untuk meminta kepada orang lain, bahkan
mereka mengeluarkan segenap tenaga demi bertahan di kondisi seperti itu.
Ingat kembali surah Al Mulk ayat 15.
Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.
Atas keadaan itulah, mereka saling
mengundi di antara mereka bahwa di antara mereka harus ada yang melaksanakan
beban-beban berdasarkan undian
Terpilihlah Al-Hasan bin Sufyan dari
hasil undian itu sebagai tulang punggung yang akan melaksanakan beban-beban
yang harus ia emban tersebut.
Kemudian Al-Hasan bin Sufyan masih
tertegun dengan pemuda yang memberinya 100 dinar untuk masing-masing sahabatnya.
Ia lalu bertanya kepadanya, "Apa
yang menyebabkan Amir berbuat hal ini?"
Pemuda itu menjawab, "Ketika Amir
Thulun sedang tidur, tiba-tiba datang kepadanya penunggang kuda di udara dengan
membawa tombak di tangannya. Penunggang kuda itu masuk ke dalam rumahnya dan
meletakkan pangkal tangkai tombak pada pinggangnya dan memukulnya seraya
berkata, "Bangkitlah! temuilah Al Hasan bin Sufyan dan kawan-kawannya.
Mereka telah 3 hari kelaparan dan sekarang tinggal di masjid fulan."
Amir pun bertanya kepada orang itu,
"Siapakah engkau ?"
Ia menjawab, "Aku Ridhwan,
penjaga surga."
Mendengar hal itu lalu Bangkitlah
sang Amir dengan keadaan pinggang yang terasa sangat sakit, ia kemudian
memerintahkan untuk memberikan harta kepada Al-Hasan bin Sufyan dan
sahabat-sahabatnya.
Bukan hanya itu, Amir Thulun
juga langsung berziarah kepada mereka dan membebaskan tanah sekitar masjid
sebagai guna untuk dimanfaatkan oleh para ahli hadis ketika dalam rihlah
(perjalanan) mencari hadis.
Sepenggal kisah itu mengingatkan
kepada ayat:
Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.Surat Ath-Thalaq, Ayat 3
Banyak yang menyalahpahami makna
tentang rezeki itu sendiri, seringkali menjangkiti pikiran kita,
Bahwasanya rezeki bukan hanya tentang
harta benda perhiasan,
Di masa lockdown ini,
Allah mengaruniakan rezeki yang
berlimpah ruah memenuhi setiap insan, ada dua nikmat rezeki yang patut kita
syukuri hari ini
Yaitu,
Kesempatan, yang dengannya kita
bersua ria gembira, bernikmat-nikmat dengan makanan, bertenang-tenang dengan
rebahan, berfokus-fokus dengan YouTube-an bersenyam-senyum dengan
kawan-kawan,
Di kala banyak orang yang untuk makan
saja harus bersusah payah, hidup gentar-gulintar tidak bisa tidur karena
memikirkan harga pasaran yang terus meningkat, jangankan berkumpul dengan
kawan-kawan, waktu keseharian pun diperas dengan kerja keras.
Sudahkah kita hari ini mensyukurinya…
Yaitu,
Kesehatan, yang dengannya kita
bernafas lancar tanpa dihambat-hambat dan sesak napas, bergerak bebas tanpa
dibatas-batas
Di kala banyak orang yang geraknya
terbatas, dadanya sesak napas, kesehatannya dibabas-babas oleh makhluk yg tak
bisa dibalas yaitu Corona.
Sudahkah kita hari ini
mensyukurinya..
Kenikmatan dunia ini hanya satu tetes
air ditengah lautan yang luas dan itupun setiap kita tak akan mampu untuk
menghitungnya.
Sebagaimana tertuang di An-Nahl: 18
Dua mata kail ini, kesehatan dan
kesempatan yang seringkali terlewatkan dari kesadaran kita.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ
وَالْفَرَاغُ
“Dua nikmat, kebanyakan manusia
tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)
Maka ketika dua nikmat ini ada dalam
diri kita, bersyukurlah…
Oleh: Toni Suhendra
0 Comments
Posting Komentar