Saat ini
jumlah pasien baru akibat virus corona atau Covid-19 masih bertambah,
meski demikian, Presiden AS Donald Trump pada Kamis dalam pengarahan hariannya
mulai membicarakan kemungkinan pencabutan karantina wilayah di negara bagian.
Presiden
Donald Trump mengatakan, pembukaan kembali pada wilayah-wilayah secara bertahap
sangat penting untuk mencegah kelumpuhan perekonomian yang dampaknya cukup
begitu serius bagi warga negara AS. Akibatnya terjadi penyalahgunaan terhadap
obat, stres dan bahkan bunuh diri.
Menurut
Presiden Donald Trump bahwa pembukaan kembali negara bagian perlu dilakukan
secara bertahap setelah mempertimbangkan beberapa hal seperti adanya
kecenderungan kasus infeksi baru.
Untuk
membuka karantina wilayah, otoritas di negara bagian juga perlu melakukan
penguatan dalam tahap pengujian atas corona.
Sebelumnya,
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada Jum’at
melaporkan 661.712 kasus virus corona, bertambah 29.164 kasus dari
hitungan sebelumnya.
Hal serupa
juga terjadi pada jumlah kematian, dengan tambahan 1.978 kematian yang kemudian
menjadi 33.049.
Jumlah kasus
di CDC tersebut tentu saja tidak mewakili pada kasus yang dilaporkan oleh
setiap negara bagian.
Sementara
itu, kabar baik telah datang dari dunia medis, di mana uji coba obat Remdesivir
terhadap pasien Covid-19 di rumah sakit Universitas Chicago sukses dilakukan.
Dokter
spesialis penyakit menular dari Universitas Chicago, Kathleen Mullane,
mengatakan bahwa pasien Covid-19 dengan kondisi berat mayoritas mengalami
pemulihan yang cepat dalam gejala demam dan gangguan pernapasan. Sehingga bisa
segera dipulangkan pihak rumah sakit dalam kurun waktu kurang dari satu minggu.
“Kabar
baiknya bahwa sebagian besar pasien kami sudah diperbolehkan pulang, dan itu
sangatlah bagus. Kami hanya mendapati dua pasien yang tewas,” kata Kathleen
Mullane, kepada STAT News, dilansir CNBC, Jum’at (17/4).
Menurutnya,
dalam uji coba tersebut, pihak rumah sakit Universitas Chicago hanya merekrut
sebanyak 125 pasien corona, 113 di antaranya dengan kondisi tingkat keparahan
berat. Kendati mendapat pendaftaran pasien hingga 4.000 orang untuk diuji coba.
Obat Remdesivir
sejatinya bukanlah obat baru. Sebab, telah digunakan untuk mengobati pasien
SARS dan MERS yang juga disebabkan oleh golongan virus corona.
Beberapa
otoritas kesehatan di AS, China, dan negara lainnya pun telah menggunakan Remdesivir
sebagai pengobatan saat wabah Ebola berlangsung beberapa tahun
silam.
Presiden
Donald Trump pun telah memberi sambutan hangat pada obat Remdesivir dan
malaria, hydroxycholoquine, yang dianggap sebagai sesuatu yang menarik
di tengah kepanikan warga AS. Obat tersebut kini tengah diuji klinis untuk
meneliti keefektifannya dalam mengobati pasien Covid-19.
Oleh karena
itu diharapkan obat Remdesivir agar dapat mengurangi durasi pengobatan
pasien Covid-19. Hasil uji klinis yang telah melibatkan pasien virus dalam
kondisi parah tersebut diharapkan segera selesai pada bulan April 2020.
Harapannya obat dapat dipublikasikan pada Mei 2020 mendatang
Oleh:
Suprianto
0 Comments
Posting Komentar