Oleh: Jundi Imam Syuhada
Mahasiswa Islamic University of Madinah
Mahasiswa Islamic University of Madinah
Seberat-beratnya dan sesulit-sulitnya sebuah ibadah, akan hilang berat dan sulitnya, sementara pahalanya akan menetap dan menjadi bekal terbaik bagimu nanti. Sedangkan senikmat-nikmatnya dan selezat-lezatnya maksiat, akan pergi dan hilang nikmat juga lezatnya, sementara dosa juga hukuman Alloh akan menetap dan menunggumu.
Sebuah nasehat hati dari Ibnu Qoyyim Al Jauziyah :
"Berlama-lama dalam maksiat itu seperti candu tanpa rasa. Semakin kamu melakukannya, akan menjadi kebiasaan dan menjadi kebutuhan, hingga kamu harus melakukannya tanpa lagi merasakan kenikmatan dari maksiat itu sendiri."
Buah akhir dari seorang pecandu maksiat saat tubuh penuh luka sayat dan hati tertutup untuk taubat. Dan ujung perjalanannya, saat surga tidak lagi tercium olehnya, sedangkan gambaran api semakin terlihat. Mari kembali, selagi masih ada waktu untuk mengobati.
Perjalananmu masih terlalu dini jika hanya berkutat pada kebahagiaan pribadi, kenyamanan tempat tinggal, kemewahan kendaraan dan aksesoris-aksesoris pemanis dunia. Ada persiapan yang jauh lebih penting, bagaimana menjadikan setiap agenda kegiatanmu menjadi catatan pahala. Karena mati datang tiba-tiba, tanpa salam dan tanpa permisi, jika sedang asik dengan mengejar dunia lalu datang kematian bagaimana ? Maka jadikanlah setiap amalan keseharian kita menjadi pahala, bukan pekerjaan semata, bermula dari niatnya. Karena diluar sana masih banyak orang yang butuh pelukanmu, pelukan dalam arti manfaat apa yang bisa kamu berikan pada mereka, kontribusi apa yang bisa mereka rasakan dari hadirnya kamu ditengah-tengah banyaknya masalah. Menjadi penikmat saja itu mudah dan semua orang bisa, tapi menjadi bagian dari solusi umat adalah pilihan dan sangat langka. Mari lebih meluaskan pelukan kebaikan pada sekitar.
Seni membahagiakan hati itu sederhana, barangkali yang kurang luas bukanlah dunia ini, tapi lapang dadamu yang masih terlalu sempit menerima semua ketentuan dari-Nya. Barangkali yang kurang tebal bukanlah isi dompetmu, tapi sabarmu yang kadang masih sangat tipis pada perkara dan urusan dunia yang kamu dapat. Barangkali yang kurang tinggi bukanlah jabatan pekerjaanmu, namun syukurmu yang masih rendah pada apa yang kamu miliki.
Tamak pada dunia menjadikan candu, semakin candu semakin harus kamu meneguknya, dan semakin diteguk semakin haus, hingga lelah menyapamu, hingga tanpa terasa sudah tua usiamu, sementara tipis bekal perjalananmu.
Mari kembali, berjamaah akan menjadikanmu lebih mudah dalam beramal kebaikan. Bila tujuanku dan tujuanmu adalah surga, bagaimana jika kita saling membantu ?
نستفيد و نفيد
Sebuah nasehat hati dari Ibnu Qoyyim Al Jauziyah :
"Berlama-lama dalam maksiat itu seperti candu tanpa rasa. Semakin kamu melakukannya, akan menjadi kebiasaan dan menjadi kebutuhan, hingga kamu harus melakukannya tanpa lagi merasakan kenikmatan dari maksiat itu sendiri."
Buah akhir dari seorang pecandu maksiat saat tubuh penuh luka sayat dan hati tertutup untuk taubat. Dan ujung perjalanannya, saat surga tidak lagi tercium olehnya, sedangkan gambaran api semakin terlihat. Mari kembali, selagi masih ada waktu untuk mengobati.
Perjalananmu masih terlalu dini jika hanya berkutat pada kebahagiaan pribadi, kenyamanan tempat tinggal, kemewahan kendaraan dan aksesoris-aksesoris pemanis dunia. Ada persiapan yang jauh lebih penting, bagaimana menjadikan setiap agenda kegiatanmu menjadi catatan pahala. Karena mati datang tiba-tiba, tanpa salam dan tanpa permisi, jika sedang asik dengan mengejar dunia lalu datang kematian bagaimana ? Maka jadikanlah setiap amalan keseharian kita menjadi pahala, bukan pekerjaan semata, bermula dari niatnya. Karena diluar sana masih banyak orang yang butuh pelukanmu, pelukan dalam arti manfaat apa yang bisa kamu berikan pada mereka, kontribusi apa yang bisa mereka rasakan dari hadirnya kamu ditengah-tengah banyaknya masalah. Menjadi penikmat saja itu mudah dan semua orang bisa, tapi menjadi bagian dari solusi umat adalah pilihan dan sangat langka. Mari lebih meluaskan pelukan kebaikan pada sekitar.
Seni membahagiakan hati itu sederhana, barangkali yang kurang luas bukanlah dunia ini, tapi lapang dadamu yang masih terlalu sempit menerima semua ketentuan dari-Nya. Barangkali yang kurang tebal bukanlah isi dompetmu, tapi sabarmu yang kadang masih sangat tipis pada perkara dan urusan dunia yang kamu dapat. Barangkali yang kurang tinggi bukanlah jabatan pekerjaanmu, namun syukurmu yang masih rendah pada apa yang kamu miliki.
Tamak pada dunia menjadikan candu, semakin candu semakin harus kamu meneguknya, dan semakin diteguk semakin haus, hingga lelah menyapamu, hingga tanpa terasa sudah tua usiamu, sementara tipis bekal perjalananmu.
Mari kembali, berjamaah akan menjadikanmu lebih mudah dalam beramal kebaikan. Bila tujuanku dan tujuanmu adalah surga, bagaimana jika kita saling membantu ?
نستفيد و نفيد
1 Comments
Barakallah fikum ust. Jundi
BalasHapusPosting Komentar