“Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.
Sebuah kalimat legenda yang sempat dipekikkan oleh bapak bangsa, Bung Karno.
Masa depan suatu bangsa sangat tergantung pada mutu sumber daya manusianya.
Keberhasilan sebuah bangsa dapat dilihat dari kualitas pemudanya, karena pemuda
mempunyai peran yang sangat besar bagi perubahan-perubahan sosial untuk bangsa.
Pemuda adalah manifestasi bagi bangsanya di kemudian hari. Melalui ikhtiar
pendidikan tentunya cita-cita luhur tersebut dapat diraih.
Saat ini pendidikan sekolah (baik
formal maupun non-formal) wajib di terima oleh seluruh masyarakat Indonesia,
karena dengan mengenyam pendidikan kita dapat mengikuti arus global dan mampu
bersaing untuk dapat sejajar dengan negara lain. Mengulik sistem pendidikan di
Indonesia dewasa ini lebih cenderung dan berorientasi pada pendidikan hard
skill (keterampilan teknis). Pembelajaran di pelbagai sekolah bahkan perguruan
tinggi lebih menekankan pada perolehan nilai hasil ulangan maupun nilai hasil
ujian. Memang, nilai merupakan data yang dapat di gunakan untuk mengukur
kapabilitas siswa. Namun banyak guru yang memiliki persepsi bahwa peserta didik
yang memiliki kompetensi baik adalah peserta didik yang memiliki nilai yang
tinggi. Tidak ada musabab jika tanpa sebab. Berangkat dari sanalah banyak yang
dibuat lalai disamping tingginya sebuah angka yang dicapai juga harus adanya
sebuah keselarasan antara pendidikan karakter pun nilai-nilai moral (adab) yang
tercermin dari setiap individu.
Kata karakter sendiri berasal dari bahasa Yunani “to mark” yang berarti menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Sedangkan kata pendidikan berasal dari bahasa latin “pedagogi” yaitu kata “paid” artinya anak dan “agogos” yang artinya membimbing. Jadi, istilah pedagogi di artikan sebagai “suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak”. Dalam pengembangan selanjutnya istilah pedagogi berubah menjadi ilmu dan seni mengajar. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan segala sesuatu yang dilakukan seorang guru yang dapat mempengaruhi peserta didik. Pendidikan karakter berpijar dari serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivation), dan keterampilan (skills) yang di dapatkan seorang murid dari sebuah lembaga pendidikan, terlebih dari seorang guru yang membimbingnya. Guru harus mampu mendidik bukan hanya mengajar (transfer of knowledge). Karena guru sendiri dalam bahasa Jawa memiliki arti digugu dan ditiru.
![]() |
Syed Naquib Al-Attas, sumber: www.merdekaaward.my |
Oleh: Malla Hasyimi
[1]
Hisyam bin Abd Malik, Al-‘Alaqoh Baina al-‘Ilm wa al-Suluk, Riyadl : Jami’ah Muhammad Ibn Sa’ud, 2009,
hlm 21.
[2]
Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, hlm
117-118.
[3]
Ibn Jama’ah, Tadzkirah al-Sami’ wa al-Mutakallim fii Adab al –A’lim wa
Muta’allim, Beirut: Dar Al-Basyairal-Islamiyah, 1983, hlm.48
3 Comments
👍👍👍
BalasHapusTakbirr!!
BalasHapusMantap
BalasHapusPosting Komentar